04. Sultan Manja

1494 Words
Setelah menikah, Ella baru tahu kalau Ardi bisa bersikap sangat manja dan kekanakan saat sedang sakit. Tingkah yang seakan memanfaatkan situasi, tingkah khas yang menyebalkan dari seorang sultan manja. Namun Ella juga tidak tega untuk menolak segala permintaan sang suami. Apalagi kalau mengingat keadaan Ardi yang hampir meregang nyawa beberapa hari yang lalu karena tragedi kelengkeng. Rasanya Ella jadi ingin menuruti apapun permintaan dari suaminya itu. "Nah begitu donk pinter, sudah habis." Ella tersenyum puas memuji Ardi. Yang telah berhasil menghabiskan semangkuk penuh bubur sarapan paginya. "Minum obat dulu ya sekarang, Mas." Ella menyodorkan beberapa butir obat dan segelas air putih kepada Ardi. Sekali lagi Ardi menurut tanpa banyak protes untuk meminum obatnya. Barulah kemudian dia menagih janji Ella. "Sekarang waktunya minta hadiah." "Memangnya Mas Ardi mau minta apa sih? Ciuman?" Ella berusaha menebak reward apa yang kira-kira akan diminta suami mesumnya itu. Ella mengambil dan meraih nampan berisi bekas alat makan Ardi dan meletakkannya di meja sebelah ranjang. "Kunci dulu pintu kamarnya!" Alih-alih menjawab pertanyaan, Ardi malah memberikan perintah kepada Ella. "Haaaah? Kunci pintu? Kenapa harus kunci pintu segala?" Ella kebingungan mendengar ucapan Ardi. "Udah jangan banyak protes. Aku kan tadi sudah menurut, sekarang giliran kamu yang harus menuruti kemauanku." "Memangnya Mas Ardi mau ngapain?" Ella merasa semakin curiga. Jangan bilang dia mau minta jatah? Badan aja masih lemes begitu kok mau sok-sokan minta jatah? Memangnya kamu bisa, Mas Ardi? "Kayaknya kamu deh yang mikirnya macam-macam." Ardi balik menggoda Ella. "Nggak, aku kan cuma memperkirakan apa yang kira-kira kamu inginkan." Ella membela dirinya. "Memangnya aku pengen apa?" Tantang Ardi. "Pengen ..." Ella berhenti sebentar karena terlalu malu untuk menyebutkan kata itu. "Pengen itu kan?" "Salah!" Ardi menertawakan sikap malu-malu Ella dan tebakannya. "Aku cuma minta buat ditemenin bubuk sama istri tercinta kok." Lanjut Ardi dengan nada sok imut. Jawaban dan tingkah janggal Ardi mampu membuat bulu kuduk Ella sedikit meremang. Karena dia tahu benar kalau pasti ada udang dibalik batu dari permintaan sang suami. Cukup lama Ella terdiam mengamati wajah Ardi yang terlihat terlihat serius. Sepertinya sedang tidak berbohong, bahkan cenderung memelas. "Duh, imut banget. Mana tahan untuk menolak kamu kalau begini?" Ella membatin dan akhirnya Ella mau untuk menuruti permintaan Ardi. Dia beranjak mengunci pintu kamar mereka. "Sini Honey, come to me!" Ardi menepuk ranjang tepat di sebelahnya. Mengajak Ella untuk ikut naik dan berbaring tepat di sana. Dengan keheranan yang semakin memuncak, Ella menurut untuk naik ke atas ranjang. Dia mengambil posisi duduk bersandar pada sandaran ranjang, tepat di sebelah Ardi. "Terus, setelah itu kita ngapain?" Tanya Ella menginterogasi. "Gak ngapa-ngapain, aku cuma pingin berduaan saja sama kamu." Ardi beringsut mendekat dan menyandarkan kepalanya ke pundak Ella dengan semakin manja. "Dasar!" Ella tertawa ringan. "Ngapain pakai tutup pintu segala kalau cuma mau begini?" Lanjutnya bertanya sambil membelai lembut kepala Ardi yang bersandar di bahunya. Untuk memberinya perhatian lebih kepada sang suami. "Biar gak digangguin sama Bi Ijah." "Bi Ijah? Mana mungkin Bi Ijah berani gangguin kita?" Ella semakin tergelak mendengar jawaban Ardi. Bilang saja kamu pingin mesra-mesraan, gengsi ya untuk mengatakannya? "Temenin sampai aku tidur lagi ya, Honey." Ardi mengatakan permintaannya. "Iya boleh." "Puk-pukin pantatku juga ya." "Iya-iya ..." Ella menyanggupi tanpa banyak protes. Dia sudah hafal dengan hobi aneh sang suami yang suka sekali ditepuk-tepuk pantatnya sebelum tidur. Tingkah menggemaskan yang seperti anak kecil saja. "Ayo berbaring ..." Ella dapat menebak bahwa dia tidak akan lama untuk memanjakan suaminya itu. Karena Ardi pasti sebentar lagi akan mengantuk dan terlelap saat pengaruh mulai bereaksi. Ardi merebahkan tubuhnya perlahan, tidur miring di ranjang king size empuk mereka. Sudah bersiap untuk pergi menuju ke alam mimpi. "Kamu ini aneh sekali, Mas. Masa sudah dewasa sukanya di puk-pukin begini?" Ella mulai menepuk ringan bagian belakang tubuh Ardi. "Kalau anak-anaknya sakit, mama selalu menjaga kami. Beliau menemani kami sampai tidur dengan dipuk-pukin." "Sampai kalian segede ini?" Ella tidak menyangka bahwa mama mertuanya yang terlihat tegas bisa semanis itu. Bahkan saat putra dan putrinya sudah dewasa. "Iya ..." Cukup lama Ella menepuk ringan badan Ardi. Sampai kedua mata suaminya itu hampir menutup. Ella mengira Ardi sudah akan tidur namun ternyata tidak. "Sini, Honey." Ardi menyuruh Ella untuk berbaring di sebelahnya. Tanpa bertanya, Ella menurut berbaring tepat di sebelah Ardi. Keduanya pun berhadapan satu sama lainnya, dengan jarak yang hanya beberapa jengkal saja. Saling melemparkan senyuman indah di bibir mereka. Baik Ardi dan Ella terdiam sambil terus memandangi wajah ganteng serta cantik di hadapannya. Bersyukur di dalam hati karena memiliki pasangan yang terasa begitu sempurna, sosok yang ada di hadapan mereka. Hanya butuh beberapa menit sampai Ella tak tahan lagi dengan tatapan tajam Ardi kepadanya. Tidak tahan dengan tatapan Ardi yang tajam dan mematikan bagaikan sinar laser yang menembus kepalanya. Ella refleks membalikkan tubuh untuk membelakangi Ardi dengan malu-malu. "Lho kok menghadap ke sana sih?" protes Ardi pada Ella. "Nanti kamu gak tidur-tidur kalau ngelihatin aku terus kayak gitu." Ella mencoba mencari alasan. Ardi tidak menjawab protes Ella, tetapi malah menggerakkan tubuhnya untuk semakin mendekat ke arah Ella. Dia meraih, memeluk dan mendekap tubuh sintal itu dari belakang. Tidak hanya sampai disitu, Ardi bahkan mulai menciumi rambut Ella dengan gemas dan sayang. Menikmati sensasi aroma wangi yang sangat memabukkan bagi Indra penciumannya. "Hubby? Kamu ngapain?" Pekik Ella kaget. Tidak mengira akan menerima pelukan erat Ardi pada tubuhnya. Bahkan suaminya semakin membenamkan kepalan ke leher dan tengkuknya. "Cari kehangatan," jawab Ardi santai. Dia semakin menempelkan tubuhnya ke tubuh Ella sampai tak berjarak. "Cari kehangatan apaan sih?" Ella tak habis pikir dengan tingkah manja Ardi. "Heeemmmm." "Aduuuh, tanganmu kemana itu, Mas?" protes Ella saat merasakan kedua tangan Ardi mulai menyelinap masuk ke dalam kemeja yang dia kenakan. Membelai lembut kulit di bagian sensitif tubuhnya. Ardi tak menggubris protes yang dilancarkan Ella, malah melanjutkan gerakan tangannya dengan lebih agresif. Bahkan kedua telapak tangan Ardi sudah mencapai penutup buah persik Ella dan menyingkapnya. Lalu menyentuh buah ranum yang tersembunyi di sana. "Aaaahhh Mas Ardi nakal!" Ella tersentak kaget saat tangan Ardi menyentuh bagian depan tubuhnya yang menonjol. "Aku kangen sama asetku, El." guman Ardi tanpa perduli dengan protes Ella. Kedua tangan Ardi semakin aktif bergerak dan bermain-main dengan aset favoritnya di tubuh Ella. Benda kenyal yang begitu enak dan terasa sangat pas digenggaman dalam tangkupan tangannya. "Mas Ardi ... Please stop ... Aaaahhh geli!" Ella tak dapat menahan diri untuk mengeluarkan desahan. Tubuhnya sudah menggeliat geli karena sentuhan lembut Ardi di bagian-bagian rahasianya. "Heeem jangan ganggu, aku lagi asik mainan ..." Ardi malah menjawab dengan nada tak punya dosa. Ardi menciumi dan menikmati aroma tubuh Ella yang sangat wangi. Membuat kepala bagian atas dan bawah sudah jadi overexited. Meningkatkan suhu tubuhnya untuk menginginkan sesuatu yang lebih. "Sabar dulu deh, cuma sampai mainan aja kali ini." Ardi memutuskan dalam hati. Dia tahu benar keadaan tubuhnya yang masih lemah. "Mainan? Enak aja aset milikku dibilang mainan." Ella mememberikan perotes. Dia memberontak dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Ardi. Akan tetapi tetap tak dapat dapat melepaskan tubuhnya dari pelukan erat dan beban berat tubuh Ardi. "Kan memang milikku. They're mine!" Ardi sedikit menarik dan meremas lebih keras bagian puncak dari aset yang katanya miliknya. Seolah pria itu ingin menegaskan kepemilikan mutlak atas kedua aset berharga kesukaannya. "Aaaaah aduh ... Sakit Mas," Ella merintih tak tertahankan lagi. Rasa sakit memang menghampirinya untuk sesaat, tapi selanjutnya entah mengapa Ella dapat merasakan suhu tubuhnya mulai memanas dan ritme pernapasannya menjadi tidak teratur. Kenapa ini? Kenapa rasanya ada yang aneh dengan tubuhku? Rasa memabukkan dan menyenangkan. "Sakit? Maaf ya Honey..." Ardi lebih melembutkan gerakan tangannya. Terus bermain-main di sekitaran aset Ella. Ella hanya sanggup mendesah perlahan sebagai jawaban. Pasrah membiarkan Ardi terus bermain dengan aset favorit di tubuhnya. Berusaha menahan dan meredakan gejolak serta debaran di d**a akibat lonjakan hormon oxitoxyn yang membuatnya tak bisa berpikir jernih. Pikiran Ella seakan melayang-layang, terbang ke langit tingkat tujuh demi menikmati setiap belaian lembut Ardi kepadanya. Sentuhan yang sungguh sangat menggairahkan. Tak lama kemudian pelukan dan dekapan Ardi pada tubuh Ella terasa semakin melonggar. Bahkan genggaman tangan Ardi pada kedua aset berharga Ella juga mulai terlepas begitu saja. Ditambah pula dengkuran halus yang mulai terdengar di belakang Ella. "Rupanya kamu sudah mulai terlelap, Mas?" Gumam Ella sambil tersenyum. Di satu sisi dia merasa lega karena aksi nakal suaminya itu tidak berlanjut lebih jauh lagi. Akan tetapi di sisi lain, entah mengapa ada sedikit kecewa juga karena hal itu. Tunggu-tunggu, kok jadi mikir ke situ? Aaaarrgggg aku mungkin sudah gila! Ella menunggu beberapa saat dengan tetap terdiam, tidak bergerak dan beranjak dari posisinya. Sabar menunggu sampai Ardi sudah benar-benar pulas terlelap. Setelah cukup lama, Ella beranjak perlahan dari dekapan lengan Ardi. Bergerak sehalus mungkin agar tidak menggangu suaminya yang sedang tertidur. Ella mengamati sejenak wajah tidur Ardi setelah berhasil melepaskan diri. Wajah tidur yang terlihat begitu menggemaskan, membuatnya tak tahan untuk mendaratkan ciuman ringan di sebelah pipi suaminya itu. "Get well soon, Hubby. Kamu cepet sembuh dan jangan sakit-sakit lagi ya," bisik Ella perlahan. Ella beranjak dari ranjang dan meninggalkan Ardi untuk beristirahat di kamar mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD