"kenapa tuh wajah lecek kayak kertas?" Tanya Meliana ketika baru tiba di ruangannya Karina.
Wajah gadis itu tampak tertekuk sambil melihat ponsel miliknya. Bibirnya sedikit manyun setelah mendapatkan pesan balasan dari Adam beberapa menit lalu. Sedikit banyak, Karina ingin membeli beberapa barang dan ingin meminta pendapat Adam sebagai calon suaminya. Menurut Karina tak ada salahnya dia mencoba membuat komunikasi dua arah. Karena toh kedepannya mereka berdua pasti akan membuat keputusan bersama-sama. Begitulah yang ada dalam pikiran Karina saat ini. Tapi pada kenyataannya, semua rencananya tak sesuai dengan ekspektasi yang dia inginkan.
Karina mengangkat wajahnya dan mendapati Meliana telah berada di ruangannya sembari memegang dua map. Tandanya dia harus bekerja ekstra keras lagi saat ini.
"Kerjaan baru lagi nih," ucap Karina mengalihkan pertanyaan Meliana.
Kalau dia mengatakan yang sebenarnya pada sahabatnya itu, Karina pasti mendapatkan beberapa nasehat kembali. Karina sedang menghindari hal itu untuk saat ini.
Meliana meletakkan map yang dia pegang di atas meja kerja Karina. "Biasa lah dan seperti biasa harus segera diselesaikan." Melihat ekspresi wajah Karina yang sudah tampak lelah duluan membuat Meliana tak tega.
Karina menghela nafas berat. Kalau sudah mendapatkan pemberitahuan seperti itu tandanya dia harus lembur malam ini.
"Lembur?" Tanya Meliana pada Karina yang seolah tampak bimbang. "Kalau kamu lembur, aku temani deh."
Karina menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Gak usah, kamu udah ada janji kan." Karina mengingatkan kembali tentang janji Meliana kepada kekasihnya. "Nikmati aja waktu kamu sama dia." Karina merasa sungkan meminta bantuan terus menerus kepada Meliana. Walaupun mendapatkan uang lembur tapi Karina tak bisa memaksakan Meliana mengikuti ritme kerjanya yang terkadang bisa tak mengenal batasan waktu.
"Yakin nih?"
Karina menganggukkan kepalanya mantap. "Yakin seratus persen," jawab Karina dengan sangat yakin. Karina mengambil map berwarna merah dan melihat isinya. "Tenang masih bisa aku urus kok," imbuh Karina.
"Oke tapi kalau butuh bantuan, jangan sungkan kabari." Setelah mengatakan itu, Meliana pun pamit untuk berkerja lagi.
Karina menghempaskan punggungnya di sandaran kursi ketika sosok Meliana tak terlihat lagi. Sepertinya dia memang harus mengalihkan pikirannya dari Adam untuk saat ini. Memikirkan jawaban Adam membuat Karina terkadang sulit untuk bernafas.
Sebuah suara notifikasi terdengar dari ponsel Karina. Buru-buru Karina menegakkan kembali tubuhnya dan segera meraih ponselnya. Entah kenapa dia sangat berharap jika Adam lah yang mengirimkan dia pesan. Kedua bola mata Karina melebar ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Bibirnya yang tadi manyun kini mulai merekah karena rasa bahagia yang membuncah di dadanya.
Adam mengirimkan pesan padanya. Biasanya Karina yang selalu mengirimkan pesan kepada pria itu. Bukankah ini sebuah kemajuan yang sangat luar biasa?
Buru-buru Karina membuka kunci layar ponselnya dan segera membaca pesan yang di kirim Adam. Bibirnya yang tadi merekah karena tersenyum senang kini makin makin mengembang. Karina benar-benar merasa bahagia.
Adam
Karina, jika ada waktu jam 8 malam aku ingin kita bertemu. Nanti aku jemput di lobi perusahaan tempat kamu kerja.
Karina mengigit bibir bawahnya saking gemes nya membaca pesan dari Adam. Baru kali ini dia di jemput oleh seorang cowok ketika pulang kerja. Karina berpikir sejenak, apakah ini bisa di sebut kencan? Karina memegang kedua pipinya yang entah kenapa terasa sangat panas. Jika dia berkaca saat ini pasti pipinya merah merona seperti warna tomat.
Karina
Oke, aku tunggu kamu di lobi jam 8 nanti.
See you Adam ❤️
Karina membaca sekali lagi pesan balasan yang akan dia kirim ke Adam. Sepertinya tidak perlu menambahkan emoticon love merah. Buru-buru Karina menghapus kembali emoticon love tersebut.
Karina
Oke, aku tunggu kamu di lobi jam 8 nanti.
See you Adam
Take care
Karina membaca sekali lagi pesan balasan tersebut sebelum di kirim. Sepertinya ini lebih baik dan Adam tak akan berpikiran yang aneh-aneh padanya. Setelah pesan tersebut di kirim, Karina pun meletakkan ponselnya ke dalam laci meja kerjanya. Kalau udah seperti ini dia tak bisa bersantai-santai. Setidaknya menjelang setengah delapan malam, Karina sudah harus merampungkan semua pekerjaannya.
***
Alina menggelayut manja di lengan kiri Adam. Alina sudah persis terlihat seperti bayi koala yang tak bisa lepas dari induknya. Bahkan sesekali kepalanya mendusel ke arah perut Adam dengan manja. Adam yang melihat kelakuan Alina yang super manja hanya bisa tersenyum.
"Sayang," panggil Adam sambil mengelus rambut Alina. "Kira-kira apalahi hal yang perlu kita beli?"
Alina menegakkan tubuhnya dan kini memilih menyadar di bahu kiri kekasihnya itu. "Udah semua sayang," sahut Alina.
Adam mencari chanel siaran televisi sore itu. Dia harus mengatur rencana untuk nanti malam. Hampir seminggu ini Adam mengurangi frekuensi berkomunikasi dengan Karina. Padahal hanya tinggal seminggu lagi mereka berdua resmi bertunangan. Dan Adam tak bisa mengabaikan Karina lebih lama lagi sebelum aksi Adam diketahui oleh ayahnya.
Tiba-tiba saja Alina mengelus pipi Adam dan membuat Adam sedikit terperanjat kaget. "Makasih udah mau kabulkan semua keinginan ku sampai detik ini sayang," ucap Alina bersungguh-sungguh.
Jemari kanan Alina bergerak menuju ke arah bibir Adam yang tampak sangat menggodanya. Bibir yang selalu memberikannya kecupan hangat dan mampu menenangkan dirinya saat kalut. Alina tahu, semingguan ini Adam mengurangi interaksinya dengan wanita bernama Karina itu. Alina tahu dia sangat egois memonopoli perhatian Adam saat ini.
Adam segera menangkap jemari Alina ya g nakal lalu membawanya ke arah bibirnya dan mengecupnya. Kedua mata Adam yang tampak tajam menatap tepat ke dalal kedua netra Alina. Hal itu membuat perut Alina merasa tergelitik karena ulah Adam. Tak hanya sekedar mengecup, Adam malah memasukkannya jemari Alina ke dalam mulutnya sebentar. Melihat reaksi Alina membuat Adam tersenyum.
"Ini hukuman buat pacar ku yang nakal," ucap Adam jahil setelah dia mengeluarkan jemari Karina dari dalam mulutnya. Wajah Alina memerah dan membuat Adam ingin menggodanya lagi. "masih mau di lanjut lagi?" Goda Adam sambil tersenyum geli.
Alina memukul pelan d**a Adam. "Jahat kamu."
Adam malah tertawa. Suatu saat Adam pasti akan merindukan suasana seperti ini dengan Alina. Jika dia menikah dengan Karina, pasti akan sangat sulit untuk bertemu dengan Alina.
Tiba-tiba saja Adam meraih tubuh Karina dan membawanya ke dalam dekapannya. Adam menghirup dalam-dalam aroma tubuh Alina yang beraroma vanilla itu.
"Aku minta izin sama kamu, nanti malam aku akan menemui Karina," bisik Adam pelan. "Aku akan mengusahakan pulang secepatnya."
Hati Alina mencelos. Ketika dia mulai merasa bahagia, ada saja hantaman badai yang membuat Alina sadar akan posisinya saat ini.
"Iya gak apa-apa Adam," sahut Alina pelan. "Aku selalu ada di sini karena aku adalah rumah mu," lanjut Alina membalas pelukan Adam.