bc

CATATAN LANGIT UNTUK BUMI

book_age18+
288
FOLLOW
2.0K
READ
system
others
brilliant
genius
ambitious
like
intro-logo
Blurb

KELANJUTAN CERITA KETIKA AKU MEMILIHMU

Maryam Aisyah Putri Alaric, sosok perempuan tangguh yang mampu menghadapi takdir yang mengajaknya bertualang dalam kehidupan menghadapi serangkaian permasalahan, menghadapi pertikaian karena hidup bagaikan buronan keluarganya sendiri setelah ayahnya meninggal. Namun, semua permasalah yang selalu berhasil membuatnya jatuh, tidak pernah membuat dia menyerah, karena dia selalu memilih bangkit setelah jatuhnya.

Tabi Hasan Abdul Ghani, satu – satunya laki – laki yang Maryam kenal selama dia hidup. Sosok laki – laki yang selalu ada ketika Maryam membutuhkan, dia selalu hadir dengan kehangatan hingga membuat sosok Maryam merasa aman ketika sosok ayah sudah tidak ada di dalam hidupnya. Namun, tidak tahu apa yang takdir rencanakan, karena ternyata sosok laki – laki yang Maryam pikir bisa menjadi tempat paling aman untuknya berlindung, justru memberikan permasalah rumit dalam hidupnya di tengah persembunyian yang sedang dia lakukan dari kejaran keluarga ayahnya.

chap-preview
Free preview
#R – Masalah Dari Masa Lalu
            Masalah, mungkin tidak akan pernah lepas dari kehidupan siapapun, karena hadirnya masalah dalam kehidupan bagaikan sebuah bumbu dalam masakan, akan terasa hambar. Kadang, hadirnya masalah bisa membuat kita belajar agar lebih ikhlas dan sabar, atau belajar untuk menemukan satu solusi yang bisa kita terapkan di kemudian hari jika menemukan masalah serupa. Setidaknya, permasalahan itu harus bisa memberikan pengaruh pada potensi dalam diri, agar permasalah hadir bukan hanya untuk sekedar membuat kita mengeluh saja. “Saya gak mau tahu, pokoknya kalian harus menemukan keberadaan anak itu segera, bagaimanapun caranya, bawa dia segera !!!” Agra memandangi layar ponselnya sendiri setelah sambungan telepon baru saja terputus, terdengar helaan nafas berat keluar dari hidungnya setelah untuk yang kesekian kalinya dia kembali di maki – maki atasannya karena tidak kunjung menyelesaikan tugas yang dia berikan. Sebuah misi mencari cucu dari seorang pengusaha besar dari Jerman. “Cepat, cari gadis itu, kalau perlu kalian acak – acak pasar ini yang penting gadis itu secepatnya di temukan !!!” ujar Agra, memerintah para anak buahnya.  Setelah mendapat perintah, lima anak buah Agra langsung berpencar mencari keberadaan gadis yang sudah hampir beberapa tahun mereka cari dari mulai kota ke kota, sampai akhirnya mereka mendapatkan titik terang mengenai keberadaan gadis itu di kota Makassar, hanya saja sudah hampir enam bulan mereka melakukan pencarian gadis itu masih belum juga berhasil mereka temukan keberadaannya. Agra, langsung berlari saat dia melihat seorang gadis bercadar menggunakan setelan gamis berwarna hitam berlari menuju angkutan umum terdekat dari terminal. Karena gadis itu terlihat sangat mirip dengan gadis yang sedang di carinya. “Gadis itu, cepat kejar dia !” ujar Agra, pada salah satu anak buahnya yang saat itu masih berada di dekatnya. Kemudian, Agra bersama satu orang anak buahnya langsung mengejar gadis yang dia pikir adalah anak yang sedang mereka cari menggunakan sebuah motor. Kemudian, mereka langsung menghadang angkutan umum yang ditumpangi oleh gadis bercadar ltadi. Namun, tepat ketika gadis bercadar itu keluar, Agra langsung membiarkannya begitu saja, karena saat itu dia sadar salah orang. Meskipun orang yang dicarinya sama – sama bercadar, tapi yang selalu Agra ingat orang yang dicarinya memiliki iris mata berwarna abu – abu dengan tinggi 165 cm, sedangkan gadis yang baru saja dia temui tidak masuk satupun kualifikasi dari ciri – ciri tersebut. Sementara itu, dibalik tumpukan peti buah yang sudah tidak lagi terpakai, seorang gadis bersama perempuan berusia setengah baya sedang bersembunyi dengan perasaan takut yang menyelimuti keduanya. Tidak tahu sampai kapan mereka harus diam di sana, karena mereka tidak tahu apakah keadaan sudah aman atau tidak. “Umma, tenang saja, nanti kalau mereka datang aku yang akan melawan mereka” ujar sang gadis, terdengar begitu berani membuat ibunya tersenyum kecil melihat sikap putrinya. “Dengan cara ?” tanya perempuan yang sempat gadis itu panggil dengan sebutan Umma. “Menggunakan kekuatan do’a” jawabnya, dengan ekspresi lesu membuat sang ibu terkekeh kecil melihatnya. “Kekuatan do’a adalah kekuatan yang paling kuat dari segala kekuatan yang ada di dunia ini sayang, jadi selalu yakinlah” ujar perempuan yang di panggil umma, sambil membelai kepala gadis itu dengan penuh kasih sayang.  Namun, ketenangan sepasag ibu dan anak yang sedang bersembunyi itu dikagetkan oleh seorang laki – laki bertopi yang tiba – tiba menarik tangan gadis itu dan membawanya masuk ke dalam mobil. Dibantu ibunya, gadis itu berusaha melakukan perlawanan dan berniat langsung kembali turun dari dalam mobil, tapi belum sempat mreka di bebaskan mobil itu sudah lebih dulu melaju duluan. “Lepasin !!” ujar gadis itu, sambil berusaha mencubiti lengan laki – laki yang saat itu masih memegang lengannya. Kemudian, secara refkeks laki – laki itu langsung melepaskannya. Setelah itu, dia juga melepaskan topi dan masker yang dia gunakan sehingga membuat wajahnya terlihat secara keseluruhan. Sepasang ibu dan anak itu langsung menghela nafas lega sambil menyandarkan punggungnya pada jok mobil saat mereka mengenali sosok yang sudah membuat membuat mereka panik, sedangkan laki – laki itu hanya terkekeh kecil karena merasa berhasil membuat sepasang ibu dan anak yang sedang duduk di sampingnya panik. “Nanti kalau misalkan mau nolongin tolong ngajak dulu kenalan ya, atau paling enggak beri sedikit aku dan Umma ciri – ciri biar enggak jantungan,” tawa Hasan semakin kencang saat dia mendengar perkataan sosok gadis yang sedang duduk di sampingnya. Dialah Hasan, sosok laki – laki yang gadis itu kenal. Sosok laki – laki yang sudah mengadzani bayi perempuan yang diberi nama Maryam Aisyah Putri Alaric saat terlahir ke dunia, dan hingga saat ini Hasan selalu ada untuknya, dia berhasil memerankan sosok teman, kakak, seligus ayah untuknya. Bahkan kali ini, tidak tahu untuk yang keberapa kalinya dia berhasil menjadi pelindung di dalam hidup Maryam. “Lagian, kamu gak nyadar juga, itu yang nyetirin Mas Adrian” ujar Hasan berhasil membuat sepasng ibu dan anak itu dengan kompak langsung menatap kearah depan tepat dimana ada Adrian yang sedang duduk tenang mengemudi mobilnya. Adrian, satu lagi sosok laki – laki yang paling berjasa dalam hidup Maryam bersama ibunya. Orang yang ayahnya percaya untuk menjaga dan melindunginya, dan ternyata ayahnya memang tidak salah memilih, karena hingga saat ini Adirian masih tetap bertahan menjadi orang paling cepat melindungi Maryam ketika bahaya sedang mengintai mereka. Adrian masih berdiri setia menjadi pelindung bagi Maryam dan ibunya tanpa sebuah kata tapi dan syarat. “Mobilnya bukan yang biasa, jadi gak kenal, lagian mana sempet merhatiin orang yang nyetir, aku sama Umma lagi panik” jawab Maryam, dengan nada merajuk, dan hal itu berhasil membuat semua yang berada di dalam mobil langsung terkekeh karena gemas melihat tingkah gadis itu. “Sebaiknya Bu Intan dan Non Maryam jangan dulu keluar rumah, karena sepertinya orang – orang suruhan tuan Aland sudah mulai menemukan titik terang keberadaan Ibu dan Non Maryam di kota ini” ujar Adrian, berusaha mengingatkan Maryam dan ibunya, jika keadaan mereka saat itu cukup berbahaya. Menjadi buronan kakeknya sendiri, itulah yang dialami oleh Maryam. Setelah ayahnya dinyatakan meninggal bertepatan dengan hari kelahirannya, Maryam bersama ibunya menjalani hari – hari mereka dengan sangat tenang, hidup dengan keadaan cukup berada, karena perusahaan yang sudah diam – diam Alaric bangun menggunakan uang hasil jerih payahnya sendiri tanpa sepengetahuan orang tuanya, berhasil menyelamatkan Intan dan Maryam dari keadaan kekurangan. Sejak kecil, Maryam sangat jarang keluar rumah, dia hanya keluar bila bersama ibunya di temani oleh Hasan atau Adrian. Bahkan untuk sekolah, Intan memilih membiarkan Maryam untuk homeschooling, karena nyatanya sejak dulu Intan dan Adrian sudah memprediksi apa yang hari ini terjadi, jadi untuk mengantisipasinya Intan membiarkan Maryam homeschooling. Namun, meskipun Maryam jarang bergabung dengan dunia luar, gadis itu sangat interaktif, dia bisa dikatakan sebagai gadis yang cerdas, buktinya sekarang dia sudah menguasai 3 bahasa asing, yaitu Inggis, Arab, dan Jerman. Selain memberikan pembelajaran umum, Intan juga sangat menekankan tentang pemahaman agama, dan hasilnya di usia Maryam yang masih sangat dini, tanpa di suruh anak itu meminta izin kepada Intan ingin menggunakan cadar setelah dia sempat mempertanyakan tentang hal yang berkiatan dengan cadar kepada gurunya. “Apa kita masih tetap aman, apa perlu saya dan Maryam pindah saja, kami akan pergi dan bersembunyi, saya gak ingin apa yang terjadi kepada Alaric juga menimpa Maryam” ujar Intan, sambil menggenggam tangan anaknya dengan perasaan cemas. “Saya rasa, rumah ibu masih cukup aman, saya akan coba memikirkan tentang bagaimana cara agar para anak buat tuan Aland tidak lagi melakukan pencarian di kota ini lagi, Bu” ujar Adrian, berhasil membuat Intan menghela nafasnya lega. “Mbak, sama Maryam tenang aja, kan ada aku yang selalu siap siaga menjaga dan melindungi kalian dimanapun, kapanpun, dan dari siapapun” ujar Hasan, sambil menepuk dadanya sombong dan hal itu berhasil membuat Maryam dan Intan tersenyum. Setidaknya, saat itu Maryam dan Intan bersyukur karena mereka selalu dilingkari oleh orang – orang yang sangat baik. Hasan, Alina, Risa, dan Angga, adalah satu keluarga  yang merupakan teman Alaric semasa dia masih hidup dan hingga saat ini mereka masih selalu memberikan banyak bantuan kepada Intan dan Maryam. Keberadaan mereka membuat mereka sadar jika mereka memiliki orang – orang yang akan selalu siap ada di dekat mereka untuk mengulurkan tangan saat mereka membutuhkan bantuan. “Emm.. bau ketek, sana mandi mumpung udah sampe rumah nih” ujar Hasan, pura – pura mencium aroma tubuh Maryam padahal tidak karena selama di dalam mobil meskipun mereka duduk bersebelahan tapi ada jarak yang cukup jauh diantara mereka. Maryam langsung melirik kearah Hasan dengan ekspresi merajuknya, “enggak ya aku udah mandi” tegasnya, sambil memalingkan wajahnya lagi, dan hal itu berhasil membuat Hasan terkekeh karena gemas melihat tingkah Maryam. “Udah, sana sayang kamu bersih – bersih lagi, tadikan kita udah main petak umpet sama bodyguard, udah sore juga” ujar Intan, berusaha menengahi Maryam dan Hasan. Maryam hanya menganggukan kepalanya, setelah itu dia langsung turun karena memang saat itu sudah sampai di rumahnya. Kemudian, Hasan dan Intan ikut menyusul turun, karena saat itu ada suatu hal yang harus Hasan lakukan juga. “Tadi, ko bisa kamu temuin kita ?” tanya Intan, saat mereka sudah duduk di sofa ruang tamu. “Aku dapat kabar dari Mas Adrian kalau orang – orang suruhan kakeknya Maryam udah mulai menyusuri kota ini untuk mencari Maryam, karena saat itu Mbak sama Maryam sedang keluar jadi Mas Adrian minta tolong untuk menyuruh seorang perempuan dandan mirip Maryam untuk mengelabui mereka sama aku, sementara Mas Adrian harus menukarkan mobil, karena jika menggunakan mobil yang biasa di gunakan itu akan bahaya, setelah semuanya orang – orang itu benar – benar berhasil kita kelabui aku dan Mas Adrian langsung mencari kalian yang bisa segera kami temukan dengan sangat mudah melalui GPS handphone Maryam dan Mbak yang terhubung dengan ponselku dan Mas Adrian” ujar Hasan, sambil tersenyum mengenang kejadian beberapa saat lalu yang jujur saja sempat membuat dia khawatir pada Maryam dan Intan. “Syukurlah kami bisa membawa Mbak dan Maryam kabur dari mereka, setidaknya aku lega hari ini” ujar Hasan, sambil memejamkan matanya. Keselamatan Intan terutama Maryam, selalu menjadi hal yang paling utama bagi Hasan.  Semua itu terjadi mungkin karena dia sangat dekat dengan Alaric, laki – laki itu yang menami Hasan remaja melewati kerasnya hidup bersama ibunya, dia yang selalu ada untuk Hasan. Jadi, saat laki – laki itu sudah tidak ada, melihat Maryam tumbuh Hasan merasa bertanggung jawab untuk ikut menjaganya sebagai bentuk balas budi kepada Alaric. Selain itu, kedekatan antara dia dan Maryam yang sudah seperti kakak adik menjadi salah satu alasan bagi Hasan tidak pernah mau dan tidak pernah bisa melihat Maryam bersedih ataupun terluka. “Terima kasih ya, setidaknya Mbak tenang jika kematian datang menjemput Mbak” ujar Intan, sambil tersenyum menenangkan kearah Hasan. “Mbak harus selalu sehat, lagi pula gak usah berterima kasih sama aku, aku hanya melakukan apa yang sudah seharusnya aku lakukan” jawab Hasan, balas tersenyum kearah Intan. Manjaga, melindungi, dan membahagiakan Maryam, akan selalu berada dalam list kehidupan Hasan. Dia, tidak akan pernah berhenti melakukannya terlebih sebelum ada seseorang yang datang menjamin keamanan dan kebahagiaan Maryam melebihinya. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Aggreement

read
81.3K
bc

Scandal Para Ipar

read
694.5K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K
bc

Dilamar Janda

read
319.5K
bc

Sang Pewaris

read
53.1K
bc

JANUARI

read
37.2K
bc

Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi

read
2.7M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook