"Pada akhirnya lo benar-benar habis kesabaran dan datengin dia langsung ya?" Gibran menyeringai, melepas jas hitam yang dia kenakan dan menyampirkannya di kursi. "Kalau engga begitu, dia mana tahu kalau gue udah habis sabar dikirimin anaknya sama proposal terus-terusan?" Ia mengambil duduk di kursi kerjanya, melonggarkan dasi dan mulai menyalakan komputer di depannya. "Soal pertemuan sama pihak Javas, jadinya tiga hari lagi. Lo mau gue pesenin tiket?" tanya Tian. Gibran menoleh, menggeleng kemudian. "Lo aja yang berangkat. Gue mau nyelesaiin masalah yang ada disini sebelum gue berangkat ke Jogja buat megang Javas. Lo keberatan engga kalau lo yang berangkat?" tanya Gibran. Tidak disangka, Tian langsung menggeleng. "Engga. Kalau begitu gue yang akan berangkat ke Jogja tiga hari lagi

