BAB 2

589 Words
Leah menunggu di halte bus, sembari menyeka pakaiannya yang basah. Dua menit berlalu, bus malam kota terakhir singgah di sana. Saat Leah masuk, sudah sepi. Hanya seorang karyawan perusaahan yang lembur setengah mengantuk yang habis mabuk dan juga perempuan tua dengan keranjang setengah penuh berisi pastel. Dagangannya tidak laris hari ini.     Leah memandangi pemandangan di luar sana. Kota di malam hari bercahaya, lima tahun belakangan ini dunia berubah drastis. Iklim yang sulit ditebak, pembangunan yang kian marak, mengikis habis pegunungan di seberang kota, belum lagi virus-virus aneh yang dianggap normal, syukurnya para ilmuwan akhirnya berhasil menemukan vaksin untuk itu. Harusnya kota ramai malam ini, karena akhir pekan. Tetapi karena ini musim hujan, orang-orang lebih memilih tinggal di dalam rumah dan memakan semangkuk mie kuah dengan telur di atasnya. Leah memegangi perutnya yang keroncongan. Ia memandangi kertas kecil di genggaman. Berharap saat ia tiba, ia bisa langsung makan dan berbaring dalam selimut tebal. Bus berhenti di halte berikutnya. Karyawan mabuk tadi turun dari bus dengan linglung, badannya bergerak terhuyung-huyung dan hampir saja terjatuh di tangga bus. Untung ada kernek bus yang membantunya. Di pemberhentian berikutnya, giliran perempuan tua tadi yang turun. Leah yang kasihan sempat membeli lima butir pastelnya. Lagi pun Leah lapar. Dimakannya dua pastel itu sementara sisanya di masukkan ke dalam saku tas. Barulah Leah berhenti di pemberhentian ketiga. Dengan bersemangat ia menyeret kakinya. Berjalan menyusuri g**g-g**g kota yang sempit berbau pesing. Pelosok memang tak seindah pusat kota. Di sini sangat sepi, jalanan dipenuhi tikungan dengan rumah yang berhimpitan. Miris tetapi tak semiris yang kalian bayangkan. Masih layak huni. Tetapi di seberang sungai setelah komplek ini barulah kalian melihat kehidupan miris sebenarnya. Bangunan kumuh dengan sanititas air yang buruk. Leah tak sampai di sana. Tujuannya memang hanyalah di komplek ini. Ia memperhatikan kertas sembari melihat nomor rumah bergantian. Sampai rumah berwarna merah muda di sudut jalan adalah rumah yang alamatnya tertulis di kertas. Ia mencocokkannya sekali lagi. Ya, tak salah lagi. Leah mengetuk pintu. Kakinya gemetaran. Ia gugup, ditambah cuaca menjadi sangat dingin. Sekarang pukul sepuluh malam, pelosok kota sudah sangat sepi. Kecuali bunyi serangga malam yang perlahan punah tenggelam dalam bisingnya hiruk-pikuk kota. Seseorang membuka pintu. Leah tak melihat apa pun, sebelum ia menunduk. Anak kecil yang berumur empat tahun tersenyum ramah padanya. "Cari siapa?" Leah kebingungan. Tak tahu menjawab apa. Sementara pikirannya sudah diisi dengan pertanyaan semacam "siapa anak ini?", "Apa aku salah alamat?". Di perhatikannya kertas itu sekali lagi. Tidak. Ini alamat yang benar. Karena menunggu lama, dan tak ada jawaban, anak kecil itu berteriak, "Ma... Ada tamu." "Tunggu sebentar, mama baru mematikan kompor." Terdengar jawaban dari dalam. Deg. Suara itu!!! Suara yang tidak asing di telinga Leah. Suara yang membawanya ke kenangan masa kecil. Es krim stroberi, belajar membaca, piknik, memasak, omelan karena tidak merapikan kamar. Itu suara ibunya. Dan siapa anak ini? Leah memandangi wajah anak kecil dihadapannya lamat. Mata anak ini…. persis seperti mata ibunya. "K-kurasa aku salah alamat dek,” kata Leah gelagapan. Dia meninggalkan rumah itu secepat yang ia bisa. Berlari. Lalu kehilangan arah. Dia tak tahu harus pergi kemana lagi. Satu hal yang bisa dilakukannya saat ini hanyalah menangis. Dengan derasnya hujan membasahi tubuhnya, menjadi saksi pilu kehidupannya. Kalau ada hal lain yang bisa ia lakukan, mungkin itu adalah—mengakhiri hidup. Pukul dua belas tengah malam di bawah derasnya hujan, setelah menulis sebuah surat, Leah menyisiri jalanan sepi di pinggiran kota. Ia berlari secepat mungkin yang ia bisa sambil berteriak. “HIDUP INI TIDAK ADIL, TIDAK ADIL…” Menyeberangi jalan dan… BRUUUUGGKKKKK! Tubuhnya terlempar jauh. Penglihatannya seketika gelap. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD