bc

My Daddy My Husband

book_age16+
1.2K
FOLLOW
4.9K
READ
love after marriage
scandal
tragedy
bxg
suger daddy
city
like
intro-logo
Blurb

MAURA (19 tahun) dinyatakan hamil ketika tiba-tiba saja dia jatuh pingsan di tengah kegiatannya yang sedang mengikuti ekskul di kampusnya. Kabar itu langsung tersebar ke seantero kampus yang seketika pula membuat Maura dikeluarkan dari kampusnya itu. Malu, Sedih, Geram, dan Menyesal. Semua itu telah bercampur menjadi satu. Dan bukan hanya Maura saja yang memikul beban itu, melainkan ada pihak lain juga yang merasa sangat terpukul di kala ia tahu bahwa anak sematawayangnya telah dihamili oleh lelaki yang pergi begitu saja setelah berhasil merenggut kesucian sang anak.

INDRA (36 tahun) sebagai ayah yang menyayangi anaknya, dia pun tidak bisa tinggal diam jika lelaki yang sudah menghamili anaknya, justru malah menolak untuk menikahi perempuan yang sudah dinodainya bahkan sampai tertanam benih hasil penyatuannya. Diiringi dengan amarah yang membuncah, pada suatu malam, Indra pun mencari keberadaan si lelaki yang tak mau bertanggungjawab itu. Sampai pada saat ia sudah menemukan keberadaannya, Indra pun berniat menghampiri lelaki itu andai si lelaki tidak keburu melarikan diri.

Nahasnya, di tengah jalan ketika lelaki itu sedang berada dalam pengejaran ayah si perempuan yang sudah dihamilinya. Tiba-tiba saja, ia pun harus tertabrak mobil ketika sedang hendak menyeberangi jalan. Menyisakan tangis kepedihan dan rasa sesal yang teramat besar dari Maura sendiri ketika akhirnya lelaki itu sudah dikebumikan. Lantas, bagaimana nasib Maura selanjutnya? Akankah ada yang bersedia menikahinya atau justru dia malah harus bernasib serupa dengan ayahnya yang menjadi single parent di usia muda dan kelak harus mengurus anaknya sendirian saja?

chap-preview
Free preview
BAD NEWS
"APA? MAURA HAMIL?" pekik salah satu mahasiswi yang sempat mendengar kabar terkini dari bagian klinik kampus Elang Sakti. Diawali dari Maura yang dilarikan ke klinik saat tiba-tiba saja dia jatuh pingsan di tengah dirinya yang sedang mengikuti salah satu ekstrakurikuler yang sedang berlangsung di lapang terbuka. Kebetulan sekali, sewaktu Maura pingsan, ia pun langsung diperiksa oleh dokter yang sedang bertugas di ruang pemeriksaan tersebut. Walau sempat tak yakin pada hipotesanya, tapi kemudian hal itu pun dibenarkan oleh tes kehamilan yang dilakukan Maura secara langsung. Saat dia sadar dari pingsannya, dia pun segera diminta untuk melakukan tes urine melalui tes alat kehamilan yang umum dipakai demi membuktikan kebenarannya. "Gue juga gak yakin sih, tapi kayaknya beneran deh. Soalnya, tadi gue sempat lihat kalo si Maura digiring ke ruang dekan. Gila tu anak! Padahal selama ini, dia kan keliatan baik dan lugu banget. Tapi nyatanya, dia cuma pura-pura lugu. Aslinya liar gitu ih. Senakal-nakalnya gue, belum pernah tuh gue sampe terjerumus ke dalam pergaulan yang bebas," ujar si pembawa informasi sembari tak henti bergidik. Membuat temannya ikut mengangguk dan setuju pada statement yang diutarakan oleh si perempuan bernama Lisa tersebut. "Terus sekarang gimana ya? Apa jangan-jangan, si Maura lagi disidang ya sama staf kampus. Duh, jadi kepo deh gue. Boleh ngintip gak sih?" tukas Karin penasaran. "Emangnya lo doang yang mau tau sama apa yang terjadi di ruang dekan sana. Gue juga kali. Ya udah yuk, kita coba samperin aja ke sana. Barangkali kita bisa ngintip kan, lumayan... Ada bahan buat bincang-bincang nanti kalo pas kumpul sama yang lain," lontar Lisa terkikik sendiri. Setelah itu, ia pun buru-buru mengajak Karin untuk pergi ke arah ruang dekan bersama-sama. Memang dasarnya mereka adalah biang gosip paling tahu segala hal, maka sangatlah wajar apabila keduanya terlihat begitu penuh semangat ketika mereka mendengar sebuah kabar yang teramat mencengangkan. Seperti yang sempat diperkirakan oleh kedua perempuan tadi, di dalam ruangan dekan, sebuah sidang sedang berlangsung. Maura tampak duduk dengan kepala tertunduk di tengah para petinggi kampus yang kala itu tak hentinya melontarkan sejumlah pertanyaan kepada si terdakwa. "Jadi siapa, Maura? Lelaki mana yang sudah menghamilimu? Apakah dia masih mahasiswa setingkat denganmu? Maka cepat katakanlah! Setidaknya, dia pun berhak menerima sanksi dari kami jika memang dia adalah mahasiswa yang belajar di kampus ini juga," urai Liana. Dia merupakan dosen wali Maura yang sedang berusaha keras untuk meraih jawaban jujur dari anak didiknya tersebut. Alih-alih menjawab, Maura malah tetap saja bungkam di tengah kepalanya yang masih setia menunduk. Dalam hatinya, dia bertekad untuk tidak menyeret nama si lelaki yang menyebabkan dirinya hamil. Pikirnya, biar saja dia yang menuntaskan segala sesuatunya dengan si lelaki. Tapi tentu Maura pun tidak akan pernah memberitahukan pada siapapun mengenai identitas si lelaki yang sudah menghamilinya seperti ini. Ketika dosen wali dan petinggi kampus lainnya sudah merasa jengkel karena Maura tak mau juga buka suara, tiba-tiba pintu yang tertutup rapat pun diketuk oleh seseorang dari arah luar. Membuat hampir semua penghuni ruangan menoleh ke pusat suara terkecuali Maura, dan tak lama kemudian, pintu pun didorong terbuka yang seketika menampilkan sosok pria bertubuh tegap dengan perawakan tinggi dan berparas tampan walau raut tegang sedang menghiasi wajahnya. Untuk sesaat, perhatiannya pun jatuh ke arah di mana Maura berada. Sempat menatap gadis itu dengan sorot tak terbacanya sebelum akhirnya ia dipersilakan masuk oleh pemilik ruangan karena ternyata dia adalah Indra Taneja, ayah dari Maura Amanda yang sedari tadi masih belum juga bersedia buka suara sekalipun dosen walinya sudah bersikeras menghujaninya dengan banyak pertanyaan. *** Indra tidak percaya dengan apa yang ia dengar mengenai kabar kehamilan dari putri sematawayangnya. Pasalnya, selama ini bahkan Maura tidak pernah ketahuan berpacaran dengan lelaki manapun. Namun tahu-tahu, Indra malah mendapat kabar tidak sedap yang seketika membuat jantungnya nyaris terlepas dari tempatnya. Untuk itu, Indra pun lekas saja mendatangi kampus sang anak walau ia sedang ada kepentingan di restorannya. Bisik-bisik mulai riuh terdengar di sepanjang koridor di mana Maura dan Indra melangkahkan kakinya selepas meninggalkan ruangan dekan. Ya, keputusan sudah ditetapkan tanpa mau memberikan sedikit pun kesempatan mengingat Maura sudah sangat fatal melanggar aturan yang diberlakukan oleh pihak kampus. Maura terpaksa harus dikeluarkan walau selama ini dia terbilang cukup berprestasi di kampus Elang Sakti. Andai saja kesalahannya tak sampai membuat dirinya hamil, maka mungkin pihak kampus tidak akan sampai mendepak Maura begitu saja. Indra berulang kali mendesah berat setiap kali teringat pada ucapan demi ucapan yang dilontarkan para petinggi kampus. Mengenai kehamilan Maura yang tak pernah disangka-sangka akan terjadi, Indra pun layak marah dan kecewa pada putrinya ini. Di sepanjang perjalanan pulang di dalam mobil, tidak ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut Indra. Begitupun Maura, gadis itu hanya bisa menunduk dengan isi kepala yang sangat kacau dan berantakan. "Maura beneran hamil ya? Terus dia dikeluarin dong dari kampus? Ya ampun, kasian banget sih. Padahal kan, dia termasuk mahasiswi yang banyak prestasinya. Tapi hanya karena kesalahan fatalnya, dia malah harus di drop out." Itu adalah salah satu bisik-bisik yang sempat sampai ke telinga Maura juga Indra. Walau sebenarnya Indra ingin sekali menegur siapapun yang sudah berani berkata buruk tentang putrinya, tapi sungguh pria ini tak berdaya karena ucapan mereka memang telah menjurus pada kenyataan. Sampai setibanya mereka di rumah, Maura pun buru-buru turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah. Disusul oleh Indra yang juga sigap mengejar sebelum putrinya pergi masuk ke dalam kamarnya nanti. "Siapa pelakunya, Maura?" lontar Indra agak lantang. Sontak saja, suaranya itu pun menghentikan ayunan langkah sang gadis yang hampir saja berjalan menuju ke arah kamarnya. Dilontari pertanyaan seperti itu, Maura pun hanya diam saja. Membuat Indra lantas berjalan mendekat dan kembali melontarinya dengan sebuah pertanyaan, "Setidaknya, beri tahu ayahmu ini mengenai pelaku yang sudah menghamilimu! Janganlah berusaha menutup-nutupi identitasnya. Apalagi dengan kamu yang sudah dikeluarkan dari kampus, seharusnya kamu pun mengatakan siapa pelakunya di hadapan semua pihak yang hadir di ruangan dekan tadi. Bukan malah diam dan tak mengaku." Indra mendesah gusar. Merasa kesal pada putrinya sendiri hanya karena Maura tak juga mau buka suara mengenai lelaki yang sudah menyebabkannya hamil. "Apa dia juga mahasiswa di kampus yang sama denganmu, Maura?" tanya Indra tak menyerah. Kali ini, dia pun sudah berdiri di hadapan sang anak sembari sekaligus meraih kedua bahunya dan mencengkeramnya di tengah tatapannya yang menyorot tajam. "Jawab, Ra! Jangan hanya diam saja seperti ini," desak Indra terus. Sempat mengguncang bahu Maura juga saking kesalnya ia terhadap sang anak yang tak juga mau berkata jujur. Maura memejamkan matanya di tengah sang ayah yang sedang mengguncang bahunya. Sampai pada saat Indra sudah berhenti dan melepas kedua tangannya dari bahu Maura, barulah gadis itu pun kembali membuka matanya bersamaan dengan ia yang menemukan adanya linangan air mata di kedua belah pipi ayahnya yang kala itu sedang menunjukkan raut frustrasi yang juga telah menghiasi wajah lelahnya. Melihat air mata yang merebak di pipi sang ayah, seketika itu pula tubuh Maura pun meluruh duduk dan bersimpuh di kaki Indra seiring dengan tangisnya yang pecah bersedu. "Maafin Maura, Yah. Maura bener-bener nyesel karena udah bikin ayah kecewa kayak gini. Maura sungguh minta maaf sama Ayah. Maura gak pernah nyangka kalo pada akhirnya Maura bakalan hamil dan bikin Maura dikeluarin dari kampus juga. Sekali lagi maaf, Yah. Maura pantas mendapat hujatan bahkan hukuman. Tapi tolong, jangan paksa Maura untuk bilang siapa lelaki yang udah hamilin Maura. Biar Maura aja yang coba bicarain baik-baik sama dia. Maura gak mau kalo sampe dia ketakutan hanya karena dilabrak sama Ayah. Maura cuma kepengin dia menyadari kesalahannya dan akhirnya bersedia buat tanggungjawab sama Maura. Cuma itu yang Maura harapkan sekarang, Yah. Gak ada lagi yang Maura inginkan...." tutur sang gadis di tengah tangis sesenggukannya. Membuat Indra lantas menghela napas berat sembari ikut berlutut di hadapan sang anak yang kemudian ia peluk dengan sangat erat.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.9K
bc

My Secret Little Wife

read
94.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook