bc

Tawanan Hati Bos Arogan

book_age18+
398
FOLLOW
2.6K
READ
one-night stand
HE
kicking
bold
office/work place
assistant
like
intro-logo
Blurb

Laura terlibat cinta satu malam dengan atasannya setelah memergoki kekasihnya berselingkuh dengan wanita lain. Namun, akibat dari perbuatannya, Laura justru malah berakhir hamil. Laura menyembunyikan fakta itu dan tidak pernah memberitahu siapa pun mengenai kehamilannya. Namun, apakah Laura bisa menyembunyikan kehamilannya hingga akhir, terlebih dari ayah biologis anaknya yang setiap hari ditemuinya di tempat kerja? Bagaimana jika kehamilannya terbongkar? Akankah pria itu mau bertanggung jawab atas anak yang dikandungnya?

chap-preview
Free preview
Bab 1
Laura menghembuskan napas kasar. Betapa dia ingin sekali merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan bermalas-malasan seharian selama hari libur kerjanya. Namun, ketika melihat isi kulkasnya kosong dan tidak ada satu pun camilan yang bisa dimakannya, Laura terpaksa harus pergi ke supermarket untuk mengisi penuh kulkasnya lagi. “Eh?! Apa yang kau lakukan?!” Laura baru saja berhasil menuruni tangga, tetapi tiba-tiba ada seorang pria yang menarik pergelangan tangannya dengan kasar. Pria itu mengenakan topi dan masker yang menutupi setengah wajahnya, membuat Laura bertanya-tanya akan identitasnya. Laura memberontak. Dengan sekuat tenaga dia berusaha menarik kembali tangannya dari pria asing tersebut, tetapi sayangnya tidak berhasil. “Lepaskan aku! Kau ini siapa?! Apa yang hendak kau lakukan padaku?!” Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut pria itu, membuat Laura semakin panik dan takut. Pikiran-pikiran buruk pun mulai bermunculan di dalam kepalanya. Bagaimana jika pria itu hendak menculik, memperkosa, lalu membunuhnya di suatu tempat? Sungguh Laura merasa takut, apalagi karena tidak ada seorang pun di sekitarnya yang bisa dimintai tolong. Laura menggigit bibir bawahnya pelan, lalu menyapukan pandangannya ke segala arah. Dia berpikir bahwa mungkin saja ada seseorang yang lewat dan melihatnya diseret oleh pria asing ini, tetapi sayangnya nihil. “Masuklah!” Pria itu membukakan pintu mobil dan langsung menyuruh Laura masuk ke dalamnya. Laura bergeming. Entah mengapa suara pria itu terdengar tidak asing di telinganya. Laura seperti pernah mendengar suaranya di suatu tempat, tetapi dia tidak terlalu yakin. “Aku tidak akan melakukan apa pun terhadapmu, jadi masuklah.” Pria itu kembali berbicara, tetapi dengan suara yang lebih rendah dari sebelumnya. Sontak Laura masuk ke dalam mobil, begitu pula dengan pria itu yang kemudian langsung mengunci pintu mobilnya seketika. Hingga kemudian pria itu mencondongkan tubuhnya ke arah Laura, dengan segera Laura merapatkan tubuhnya pada pintu mobil. “A—apa?” Ketakutan Laura malah membuat pria itu terkekeh. Pria itu lantas membuka topi dan masker yang digunakannya, lalu menyunggingkan senyum tipis ke arah Laura. Seketika pupilnya melebar, mulutnya sedikit terbuka, tetapi dengan segera dia menutupnya dengan tangan. Betapa terkejutnya Laura ketika mengetahui bahwa pria mencurigakan yang telah menyeretnya hingga masuk ke dalam mobil adalah Chris Lorenzo, atasannya sekaligus pria yang sempat ditinggalkannya di kamar hotel. “Ada apa? Mengapa kau sangat terkejut seperti itu?” Laura berdeham kecil, lalu menurunkan tangannya sembari langsung memalingkan wajah ke arah lain. “Maaf, tadinya saya pikir kalau Anda adalah seorang penjahat.” “Jika aku seorang penjahat, apakah kau hendak kabur lagi seperti tadi pagi?” Laura menundukkan kepala, tetapi Chris langsung mengangkat dagunya hingga membuat pandangan mereka bertemu satu sama lain. “Kau harus menatapku ketika aku sedang berbicara denganmu, Laura.” Chris sengaja mengambil jeda hanya untuk sekadar menatap wajah Laura dan pakaian yang dikenakan gadis itu saat ini. Penampilan Laura sangat berantakan dengan pakaian yang masih sama seperti kemarin, riasannya bahkan sudah luntur ke mana-mana. “Bagaimana keadaanmu?” Chris memberikan sapu tangan miliknya kepada Laura. Chris tahu bahwa tadi malam adalah pengalaman pertama Laura tidur dengan seorang pria, terlihat dari bercak darah yang sudah mengering di atas seprei kamar hotel. Banyak orang berkata bahwa pengalaman pertama untuk seorang wanita adalah rasa sakit yang luar biasa. Chris merasa khawatir, tetapi dia juga merasa marah kepada Laura yang tiba-tiba menghilang pada saat dirinya masih tidur. “Saya baik-baik saja.” Laura menerima sapu tangan pemberian Chris meskipun dia tidak tahu untuk apa pria itu memberikannya. “Untuk kejadian tadi malam—“ “Tolong lupakan!” Laura meremas erat sapu tangan pemberian Chris. “Kejadian tadi malam adalah sebuah kesalahan. Saya tidak berniat tidur dengan Anda, jadi tolong jangan pernah membahasnya lagi.” Chris terdiam selama beberapa saat, berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan Laura terhadapnya. Lupakan? Mana mungkin Chris melupakan kejadian yang menurutnya sangat luar biasa tersebut. Untuk pertama kalinya dia menghabiskan malam panas dengan seorang wanita, dan wanita itu adalah Laura. Chris menarik sudut bibirnya ke atas. “Aku tidak menyangka jika kau akan mengatakan hal itu padaku, tapi sayangnya aku tidak bisa melupakannya. Sebaliknya, bukankah seharusnya kau bertanggung jawab atas kejadian tadi malam?” “Bertanggung jawab?” “Ya. Kau adalah yang pertama kalinya bagiku, dan maka dari itulah kau harus bertanggung jawab.” Laura bergeming dengan sebelah alisnya yang terangkat ke dahi, sedangkan netranya masih terkunci pada sosok pria tampan di hadapannya. Sejujurnya, dia tidak mengerti. Mengapa Chris tiba-tiba memintanya untuk bertanggung jawab? “Kau harus menjadi kekasihku, Laura.” Masih tidak ada jawaban apa pun dari Laura. Hingga kemudian dia merasakan tangan besar Chris yang membelai wajahnya, sontak gadis itu tersentak. Laura menahan tangan Chris yang hendak turun menyusuri lehernya. “Maaf, tapi saya tidak mengerti dengan maksud Anda. Mengapa saya harus bertanggung jawab dengan menjadi kekasih Anda? Bukankah Anda yang terlebih dahulu mengajak saya ke hotel untuk tidur bersama? Lantas, mengapa jadi saya yang harus bertanggung jawab?” Chris yang mengajak Laura ke hotel untuk melakukannya, sedangkan Laura menyetujuinya. Oleh karena itu, bukankah sangat tidak masuk akal apabila pria itu tiba-tiba meminta Laura untuk bertanggung jawab atas tindakan yang mereka lakukan bersama dan secara sadar? Namun, sepertinya Chris memiliki pemikiran yang berbeda. Pria berbulu mata lentik, hidung mancung, dan alis hitamnya yang tebal itu sontak menyunggingkan seringai tipis, membuat Laura merasa heran dibuatnya. “Perkataanmu memang benar. Namun, kau harus tahu bahwa semua itu bisa terjadi karena kau yang telah memancingku dan menggodaku terlebih dahulu, Laura.” “Me—menggoda?” “Hm. Kau melakukannya, Laura.” Chris melepaskan tangannya yang sempat ditahan Laura sebelum akhirnya mengusap bibir ranum gadis itu dengan ibu jari. “Kau tiba-tiba menciumku dengan bibir mungilmu ini, mengalungkan kedua tanganmu pada leherku, lalu memasukkan lidah nakalmu ke dalam mulutku. Bukankah sudah jelas bahwa itu namanya menggoda? Kau bahkan melakukannya di depan umum.” Chris mengatakan semua itu sembari menatap bibir Laura yang masih dimainkannya dengan ibu jari. Darahnya berdesir tatkala mengingat kembali kejadian tadi malam ketika Laura tiba-tiba menciumnya dengan intens, bahkan mengeluarkan suara indahnya ketika tubuh mereka saling merengkuh satu sama lain. Seketika Chris menelan saliva. Entah mengapa dia ingin sekali melahap bibir Laura seperti tadi malam, membuatnya tanpa sadar mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Hidung mereka sudah bersentuhan, sampai tiba-tiba Laura memalingkan wajahnya yang kemudian membuat Chris hanya bisa mencium pipi gembul gadis itu. Chris sontak mendengus. “Apa kau baru saja menolakku?” “Tolong jangan seperti ini, Pak.” Laura mengatakannya tanpa sedikit pun menatap wajah tampan pria itu. ”Saya benar-benar minta maaf atas kejadian tadi malam. Pikiran saya sedang kacau, jadi tanpa sadar saya melakukan hal itu kepada Anda.” Tidak mungkin Laura menceritakan bahwa dirinya melihat kekasihnya berselingkuh dengan wanita lain sehingga membuatnya kesal dan akhirnya mencium Chris sebagai pelampiasan kekesalannya. Tadinya Laura berpikir kalau dia hanya akan mencium pria itu sebentar saja, dan langsung meminta maaf setelahnya. Namun, entah ada masalah apa dengan dirinya, ketika Chris mengajak Laura untuk berlanjut ke hotel, Laura dengan cepat menyetujuinya dan bahkan tanpa ada sedikit pun rasa ragu. “Apa kau benar-benar berpikir bahwa kejadian tadi malam adalah sebuah kesalahan?” Laura tidak lantas menjawab, melainkan langsung menundukkan kepala sebelum kemudian mengangguk lemah. “Benarkah?” Chris memiringkan kepala. “Tapi kau terlihat sangat menikmati permainan kita, Laura. Kau berulang kali mendesahkan namaku, bahkan hingga beberapa kali mendapatkan pelepasan dengan wajah yang merah padam.” Seketika Laura mengangkat kepala, kedua matanya berdilatasi menatap wajah Chris yang tengah menyeringai tipis. Bagaimana bisa Chris mengatakan sesuatu yang seperti itu secara frontal di hadapan Laura? Apakah pria itu berniat mempermalukannya sekarang? “Apakah Anda memang selalu seperti ini?” Laura menatap kedua mata Chris dengan tajam. “Saya sudah meminta Anda untuk melupakan kejadian tadi malam, tetapi mengapa Anda masih saja membahasnya?” “Bukankah sudah kukatakan bahwa aku tidak akan melupakannya?” Sebelah tangan Chris menyelipkan anak rambut Laura ke belakang telinganya, sedangkan tangan lainnya menarik pinggang gadis itu. “Kau harus bertanggung jawab, Laura. Kau harus menjadi kekasihku!” Chris baru saja memberikan perintah kepada Laura. Perintah untuk menjadi kekasih pria itu. Namun, sayangnya, Laura tidak bisa menyanggupi perintah konyol atasannya tersebut. “Maaf, Pak, tapi saya tidak bisa menjadi kekasih Anda.” “Kau harus!” “Saya sudah memiliki kekasih.” “Kau bisa putus dengannya.” “Saya tidak menyukai Anda.” “Kau—” Chris menggantungkan ucapannya tatkala dirinya merasa bingung harus menjawab apa. Hingga kemudian dia bertanya, “Apa kau benar-benar tidak menyukaiku?” Laura bergeming. Bohong apabila Laura tidak menyukai Chris yang notabene memiliki wajah tampan dan jabatan tinggi di usianya yang masih muda. Banyak wanita yang mengincarnya dan berlomba-lomba ingin menjadi kekasihnya, tetapi Laura sedikit berbeda. Dia memang menyukai Chris, tetapi hanya sebatas karyawan yang menghormati atasannya saja. Tidak lebih. “Mengapa hanya diam saja? Apakah pertanyaanku begitu sulit untuk dijawab?” Masih tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Laura, membuat Chris tanpa sadar mendengus. “Kau tahu? Aku bukankah orang yang mudah melepaskan sesuatu yang seharusnya menjadi milikku. Kau mungkin menolakku, tetapi aku tidak akan menyerah, Laura.” Chris membuka kunci pintu mobilnya. “Maaf karena telah menahanmu. Sekarang, kau boleh pergi.” Chris tidak berniat melepaskan Laura yang sudah menjadi targetnya saat ini. Namun, karena Laura tampaknya tidak suka dipaksa, maka Chris akan menggunakan cara yang lain. Chris akan mendekati Laura secara perlahan-lahan hingga gadis itu benar-benar menjadi miliknya seutuhnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
95.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook