8. Misi Pertama : Hari ke 1

1540 Words
Setelah Nico menandatangani dokumen dan dipasang chips pada tubuhnya, Nico diberi bekal oleh Thomas berupa kartu kredit, satu unit mobil sport, dan dua ponsel dengan dua kartu berbeda. Tujuannya Agar Nico mengubah identitasnya menjadi Nico yang baru ketika sampai di kota Namos. Misi pertama ini tak ubahnya seperti sebuah tantangan bagi Nico. Dia langsung memikirkan strategi agar secepatnya bisa mengetahui keberadaan Hansen yang saat ini entah berada di mana. Nico berjalan keluar dari Markas EIA dengan diantar oleh David menuju Basemen. Sesampainya di sana, David melempar sebuah kunci mobil pada Nico. Lalu dengan cekatan Nico memencet tombol yang ada pada kunci itu. Sebuah mobil sport berwarna biru, langsung menyala begitu Nico memencet tombol yang ada pada kunci itu. Nico menyeringai bahagia. Melihat mobil yang menyala itu. Mobil yang dijuluki the devil cars berwarna biru yang sangat mengkilap dan full modifikasi speed. Nico sangat bergemuruh ingin segera beraksi. Di satu sisi dia bisa leluasa mencari pelaku pembunuhan Profesor Nazer. Di sisi lain, misi ini mengantar Nico lebih dekat dengan impiannya menjadi seorang agen mata-mata. “Pergilah! Ingat, Kau harus menghubungi keluargamu! Lalu buang ponsel beserta sim card yang sudah digunakan. Setelah itu pergilah ke kota Namos! Ubahlah penampilanmu! Gunakan ponsel yang satu lagi untuk menghubungi kami! Ingat rahasiakan identitasmu! Segera memberikan kabar baik! Semua yang kau butuhkan ada di dalam tas ini! Identitasmu yang baru! Selamat menempuh petualanganmu, Nick Voyage!” David tersenyum dan berjalan pergi meninggalkan Nico di dalam basemen. “Nick Voyage? Itu?” Nico langsung masuk ke dalam mobil dan membuka tas berisi perlengkapan yang diberikan Thomas. Nico melihat sebuah kartu identitas lengkap dengan foto Nico, tetapi nama yang terpampang diubah menjadi Nick Voyage, yang berarti perjalanan Nick. Dalam hal ini yang dimaksud adalah perjalanan petualangan Nicolaas Hans yang memulai misi pertamanya di kota Namos. “Astaga ... jadi? Identitasku yang baru adalah Nick? Oke ... mungkin alangkah lebih cocok jika aku menyamar menjadi bad boy? Ya ... Nick si bad boy! Baiklah aku akan menghubungi keluargaku dan satu orang yang pasti akan membantuku!” Nico berbicara sendiri dengan semangat yang berapi-api. *** Suara ponsel Nyonya Sarah berdering. Sedari tadi keluarga Nico cemas karena menunggu kabar dari tim pengacara keluarga yang tak kunjung memberikan kabar, pasca sampai di pusat kantor kepolisian kota Nerve. Sarah melihat nomor asing yang menghubunginya. Awalnya Edward meminta Sarah untuk tidak menerima telepon itu. Lantaran dirinya takut kalau yang menelepon Sarah adalah salah satu wartawan yang hendak mewawancarai keluarga Edward Hans. Namun naluri keibuan Sarah, mengatakan dengan kuat untuk mengangkat telepon itu. Hampir saja, ponsel Sarah dibanting oleh Edward. Namun Sarah berhasil meyakinkan suaminya untuk memberikannya kesempatan menerima panggilan dari nomor asing tersebut. “Biarkan Aku menerima telepon dari nomor asing itu, Sayang!” Sarah dengan wajah memelas meminta Edward untuk mengizinkannya menerima telepon dari nomor asing itu. “Sarah! Aku tidak mau kalau sampai Kau terpukul atas pertanyaan dari wartawan, mengenai kasus yang sedang Nico hadapi!” Edward masih memegangi lengan Sarah. “Aku tidak peduli seberapa jauh mereka berani mengusik ketenanganku!” Sarah melepaskan genggaman tangan suaminya dan menerima telepon dari nomor asing itu. “Halo?” Sarah sangat berhati-hati ketika menerima telepon itu. “Halo ....” Nico berhenti meneruskan kalimatnya ketika dirinya mendengar suara wanita yang sangat lembut yang rela berkorban jiwa raga untuknya. “Halo? Dengan siapa Saya bicara?” Sarah pun merasa debaran yang sangat hebat ketika mendengar suara orang yang meneleponnya. Suara yang membawanya mengingat kembali senyuman hangat dari putra sulungnya. “Bu ... in—ini, Nico ....” Rasanya Nico tidak sanggup meneruskan kalimat yang sudah ia susun secara rapi. Bayang-bayang wajah Sarah, memenuhi pikirannya. Bagaimana tidak? Sarah sering kali mengingatkannya untuk tidak pulang larut malam, mengingatkannya untuk berhati-hati. Namun apa? Nyatanya Nico selalu teledor, menganggap semua akan baik-baik saja, tapi malah berakhir petaka. Seperti yang sudah dialaminya. Kecelakaan saat pertandingan MMA hingga koma selama tiga bulan. Baru saja menghirup udara bebas kota Nerve. Ternyata kini dirinya justru menjadi tahanan bebas bersyarat. Sungguh ironi takdir yang harus Nico jalani. Namun yakinlah! Di balik ujian pasti ada secercah harapan meraih kebahagiaan. “Ni—Nico?” Sarah merasa sangat tidak percaya kalau itu memang suara putra sulungnya. Edward yang mendengar itu langsung mendekat. Ia meminta Sarah untuk melanjutkan perbincangannya dengan mengeraskan suara ponsel itu. “Nico? Ini Ayah! Bagaimana apa kamu sudah bertemu lagi dengan Tuan Jack?” Edward berpikir kalau mereka sudah bertemu. “Ayah ... Ibu ... Monita ... Aku memberi kabar ini bukan semata karena sudah bertemu degan Tuan Jack ... melainkan untuk memberi tahu kalian kalau Aku akan berangkat ke pengasingan selama menunggu persidangan. Aku berharap Ayah, Ibu, dan Monita baik-baik saja, semoga Tuan Jack menemukan bukti untuk menguatkan alibi Aku! Karena memang bukan Aku pelakunya. Sampai jumpa!” Nico mematikan ponsel itu. Semakin lama berbincang, akan semakin sulit hati Nico untuk melanjutkan misi. Namun mengingat keluarganya, Nico bertekad untuk menyelesaikan misi dengan baik dan rapi, serta menemukan pelaku pembunuhan terhadap Profesor Nazer, agar nama baik keluarganya kembali seperti dahulu, keluarga yang terhormat. Nico menundukkan kepalanya dan menyandarkan dahinya di atas setir mobil itu. Digenggamnya erat ponsel yang baru saja ia gunakan untuk menelepon keluarganya. Rasanya ingin kembali. Namun ia sudah berjanji dan menyanggupi menjalankan misi rahasia yang berbahaya ini. Setelah itu Nico menghubungi nomor Alex, dia memastikan agar Alex selalu memegang ponsel pintarnya dalam rangka membantu melancarkan misi Nico yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Alex terkejut dan dia akan merahasiakan semua yang terjadi. Alex pun memberikan alamat email jika suatu hari Nico membutuhkan bantuannya. Nico kembali tegap menatap ke depan. Pandangannya mengedar seiring dengan hatinya yang mulai tertata kembali untuk menjalankan misi. Nico membuka ponsel dan mengambil sim card yang ada di dalamnya. Nico keluar dari mobil legendaris itu. Ia berjalan menuju tempat sampah yang ada di basemen. Nico membuang ponsel beserta kartu yang ada di dalamnya ke tempat sampah. “Mulai hari ini, Nicolaas Hans yang pendiam, akan berganti identitas menjadi Nick Voyage, pemuda tampan, bad boy, misterius, dan penuh ambisi! Selamat datang Nick! Kita akan bertualang ke kota Namos!” Nico menyeringai dengan identitas barunya. Ia berjalan dengan penuh percaya diri sebagai Nick. Ia melangkah menuju mobil sport legendaris itu. Ia mantap mengemudikan kendaraannya. Tempat pertama yang Nico datangi adalah salon. Nico memotong rambutnya agar terlihat lebih maksimal memerankan perannya sebagai Nick. Lalu Nico membeli beberapa pasang pakaian yang akan ia gunakan selama menyamar di kota Namos. Semua perlengkapan yang dibutuhkan sudah dia dapatkan. Saat ini Nico siap bertualang ke kota Namos. “Let’s go!” Nico menyeringai dan memakai kaca mata hitam yang baru saja dibelinya. Penampilan Nico berubah drastis. Pemuda pendiam dan dingin itu, kini berubah menjadi pemuda penuh gairah, ambisi, dan sangat supel. Gayanya yang terlihat Sporty membuat dirinya terlihat sangat menawan. Sekali menggombal, pasti membuat banyak wanita jatuh hati padanya. Nico terus melajukan kendaraannya dan sampai di kota Namos. *** Tempat pertama yang Nico datangi adalah penginapan. Dia mencari penginapan yang jauh dari pusat kota Namos. Namun yang dia dapatkan adalah sebuah rumah yang disewakan oleh pemiliknya di dekat pantai di pesisir kota Namos. Hal ini sangat kebetulan untuk Nico. Ia berharap sang Dewi Fortuna kali ini akan berpihak pada Nico. Ia sengaja tidak memilih hotel mewah karena memang dia akan menyisir seisi kota Namos demi menemukan Hansen. Juga privasinya akan terjaga. Nico menyewa sebuah rumah yang tidak terlalu besar. Pemandangan dari kamar yang Nico tempati adalah langsung mengarah pada pantai dan laut lepas. Pemandangan yang sungguh sangat indah dan cantik membuat Nico merasa betah dan nyaman menjalankan aksinya. Jika malam sudah tiba, Nico bersiap menyamar menjadi apa saja yang ia inginkan. Hingga terbersit dalam pikirannya untuk menjadi pembalap liar yang biasanya berkerumun di jalanan sepi. Lantaran Nico berpikir bahwa hal itu dapat membantunya mencari informasi mengenai keberadaan Hansen, tentunya dengan ciri-ciri yang diberikan oleh Thomas. Seperti malam ini, Nico sudah bersiap mendatangi klub malam untuk mencari informasi terkait dengan keberadaan Hansen. Nico tampil dengan pakaian rapi ala bad boy high class dengan mengenakan kemeja putih yang dibuka dua kancing, dilengkapi dengan jas yang dibiarkan terbuka, sepatu kulit yang senada menjadikan Nico tampil rapi dan berkelas. Kesan urakannya pun tetap ada. Penyamaran pertama ini begitu mendebarkan, lantaran Nico belum pernah mengunjungi klub malam seperti teman-teman lainnya. Nico mulai mengendarai mobilnya menyusuri jalanan di kota Namos. Hingga ia memasuki pusat kota. Sepanjang perjalanan, Nico tidak melihat seseorang yang mirip dengan ciri-ciri Hansen. Berputar-putar di pusat kota sembari menunggu malam semakin larut. Beberapa kali ia memberhentikan mobilnya, untun sekadar melihat-lihat keadaan dan situasi di sana. Tatapan mata elang yang bisa melihat dengan detail pun, sama sekali tidak melihat batang hidung Hansen. Sehingga Nico memutuskan untuk melanjutkan ke klub malam. *** Mobil legendaris itu diparkir di basemen sebuah klub malam. Perlahan Nico turun dari mobilnya. Ia berjalan menuju pintu masuk klub malam itu melalui pintu masuk yang berada di ujung basemen. Penjaga meminta kartu identitas Nico. Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah cukup umur. Suara musik yang keras mulai terdengar dari pintu masuk. Setelah penjaga mengizinkan, Nico mulia melangkah memasuki klub itu. Nico mulai memainkan perannya sebagai Nick. Bagaimana aksi Nico yang berubah identitas menjadi Nick? Mampukah dia terus menyembunyikan identitasnya? Siapa sebenarnya yang akan dia selidiki di sana? apakah benar seseorang yang amat berbahaya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD