bc

GOD CHEATER ( Indonesia )

book_age18+
3
FOLLOW
1K
READ
dark
mafia
gangster
twisted
no-couple
brilliant
ambitious
evil
apocalypse
crime
like
intro-logo
Blurb

Dimana beberapa pemuda berusaha untuk menghancurkan paradox. Perjalanan bodoh yang diawali dari ketidakmampuannya sendiri dalam menganalisa kehidupan.

“Kau tak tahu betapa manisnya darah pengkhianat” Diawali dengan sebuah suasana bahagia.

“Bukankah kau sengaja, hm? Untuk membalaskan dendam, bukan?” Satu persatu topeng mulai terbuka

“Bukankah Tuhan mengutuk keluarga Trevor yang terhormat?” Pertikaian demi pertikaian terjadi.

“Oh, aku lupa. Ada satu b******n kecil yang merasa suci disini” memperlihatkan pada dunia bahwa entitas paling kejam di muka bumi adalah manusia.

“Bunuh saja mereka!! Biarkan aku pergi!” kemudian, semuanya terbongkar.

“Jika semua panca indra dikendalikan oleh otak, lalu siapa yang mengemudikan otak? Siapa yang bisa memastikan bahwa kita ini nyata?”

“Jadi, sejak kapan kematian itu dimulai?” “Sejak kita lahir”

(( Hai. Duh, maaf ya kalau kalian udah baca ceritaku yang sebelumnya, tau tau pas baca cerita yang satu ini ngerasa aneh dari cara penulisanku. Soalnya ini benar bener cerita jaman aku sekolah dulu yang mana udah beberapa tahun yang lalu, pas masih jadi newbie. Niatnya sih bener bener langsung copy semuanya, tapi mungkin nanti kalau ada kesempatan bakal direvisi besar besaran. Terima kasih.. ))

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Tap. Tap. Tap. Berbalut jas hitam dengan garis biru kelam di bagian kerahnya, sesosok pria seratus tujuh puluh enam centimeter itu melangkahkan kedua tungkai jenjangnya melewati lorong lorong gelap berbau anyir. Menyaksikan bagaimana entitas yang kerap disebut sebagai manusia dengan mudahnya menghilangkan nyawa salah satu dari sesama kelompoknya. “Berhentilah melakukan hal tidak berguna seperti itu, Brian.” Gema suara berjarak beberapa meter terdengar malas. Pun turut menggerakkan kedua kakinya untuk bergerak menuju sosok bernama Brian yang sedari tadi tengah berjongkok dihadapan seonggok tubuh yang semakin lama semakin mendingin. Rambutnya yang acak acakan, yang tanpa disadarinya basah oleh keringat hingga membuat pria itu menampilkan kesan seksi tanpa perlu dibuat buat. “kau bisa menyuruh kaki tanganmu itu unutk melakukannya” ucap pria yang baru saja datang dengan kerutan yang terlihat samar di dahinya. Menyentuh cairan yang berasal dari tubuh mati itu, yang lebih muda menjilati jari jarinya sembari menyunggingkan senyum sinis saat menatap mata seseorang yang sudah dianggap kakak olehnya itu. “kau hanya belum tahu rasanya darah seorang pengkhianat seperti dia” Pupil matanya menatap jijik adegan tersebut, Naresh –sosok yang baru saja datang tadi- membuka jasnya untuk disampirkan ke bahu yang lebih muda, memastikan bahwa bercak merah berbau karat itu tertutupi dari kemeja biru laut sahabatnya itu. “ikuti aku” ini bukan permohonan. Ini perintah. “Aku bukan orang gila” desisnya. “aku tak butuh psikeater” “Kau ini bodoh atau apa. Aku bukan psikeater” “Ya, tapi kau akan membawaku ke rumah sakit jiwa” “Ke rumahku, Brian!! Obati dulu lukamu” Kekehan samar terdengar dari bibir tebalnya, yang secara tak sengaja menampilkan gingsung mungil yang ada di kedua sisi bibirnya. Manis. Jika tak mengingat bahwa pria dihadapannya ini bisa berubah dari seorang manusia menjadi sesosok monster. “Dasar bocah. Ini hanya luka kecil, bodoh” “Kau yang bocah, sialan. Tidak usah sok tua” umpatnya lagi. “Bagaimana mungkin luka pisau yang dalam kau sebut itu sebagai luka kecil?” Naresh dengan muka datarnya terus saja menyeret pria itu untuk mengikutinya, tak mengindahkan apakah si empunya tubuh mau atau tidak. Hahh... sepertinya Brian tak bisa berleluasa jika terus bersama pria tampan dengan hawa dingin itu.        ---     “Tekanan darahnya terus menurun!!” “Pasien mulai kehilangan kesadarannya, dok!” “Bagaimana ini, dok? Detak jantungnya menghilang. Apa kita pakai alat pacu jantung saja?” Hiruk pikukterdengar dari seluruh penjuru ruangan tersebut. Seseorang tinggi, tampan, berkulit putih bersih yang akrab disapa dr.Naresh itu menyeka keringatnya- “pacu jantungnya dengan kekuatan tinggi. Dan kau-“ semprotnya pada salah satu suster yang malah mematung, terdiam kaku dengan wajah yang pucat pasi- “lebih baik kau mengundurkan diri apabila terus bekerja dengan panik seperti itu” Naresh. Seorang dokter sekaligus pemilik dari rumah sakit ternama di negara mereka, negara kelahirannya. Seorang penjahat ulung berkedok dokter itu memasang wajah dinginnnya, menyentak alat pemicu detak jantung itu dengan kekuatan tinggi, berharap bisa bernegosiasi dengan Tuhan akan nyawa pasiennya kali ini. Sesosok yang bisa dengan mudah menghabisi manusia dengan tangan dinginnya, pun di sisi lain melakukan berbagai cara agar bisa menyelamatkan manusia manusia lainnya. Tiiiitttt... tiitttt.... Sebuah suara kecil yang berdampak bak hembusan angin segar di ruangan yang sempat chaos itu. Dirinya berhasil... dia berhasil.. mereka semua berhasil melakukan negosiasi dengan Tuhannya masing masing akan nyawa orang malang yang kini masih terbujur tidak berdaya diatas kasur dingin. “Bersihkan darahnya. Berikan penahan sakit dan selesaikan yang lainnya. Kau-“ menunjuk seorang wanita muda yang berstatus sebagai suster selama hampir setahun belakangan- “aku menunggu surat pengunduran dirimu di mejaku sore ini” ujarnya sembari membuka sarung tangannya dan beranjak keluar ruangan.      ---     “Tuan, sebentar lagi rapatnya akan dimulai” suara tinggi khas wanita yang sudah bertahun tahun menjabat sebagai sekretaris utama pemilik perusahaan besar itu muncul beberapa detik setelah langkahnya berhenti ketika pintu ruangan mulai ditutup. “Project yang akan dibawakan oleh Wu Corp adalah pembangunan hotel bernuansa pendidikan di daerah sekitar Bright Sreet. Karena banyaknya tourist diusia remaja atau orang tua yang memiliki anak di usia pendidikan, maka-“ “hal itu akan dijelaskan oleh pihak Wu Corp nanti” memotong ucapan yang menjadi ciri khas bos nya itu membuat si sekretaris ingin memutilasi atasannya itu. Tapi siapalah dia berani melakukan hal yang seperti itu pada orang yang secara tidak langsung memberinya hidup. Toh dengan uang sebanyak itu, ia akan dengan mudah melakukan recovery, dan dirinyalah yang akan busuk di dalam sel tahanan lalu menjadi tua hingga mati dalam keadaan miskin. Jadi yang bisa ia lakukan hanyalah tersenyum lalu menghela nafas lelah jika tubuhnya sudah beranjak keluar dari ruangan megah tersebut. Brian Trevor. Kedok dari seorang mafia berdarah dingin yang bertopeng sebagai pemilik perusahaan Space Corp. Seseorang yang dahulunya hanya berumur tujuh belas tahun ketika menjabat posisi yang sangat tinggi itu. “Hubungi Jay. Katakan padanya untuk ada di ruanganku saat meeting nanti selesai” ucapnya malas yang tentu saja diangguki oleh bawahannya. Si tampan yang satu itu memang hobi melakukan hal semaunya. Mengusap sisi bahu jasnya yang tidak kotor sama sekali, hanya untuk menimbulkan kesan angkuh lalu beranjak pergi begitu saja tanpa menunggu sepatah kata lagi dari sang sekretaris. “Sudah datang, eh?” senyum jenaka yang lebih mirip dengan senyum meremehkan itu menghiasi bibir tebalnya. Memangdang jahil sesosok pendek namun tanpa dihadapannya yang menatap garang dirinya. Matanya melirik kearah jam dinding mewah yang ada didalam ruangannya. Tepat tiga jam setelah meeting selesai dan dia kembali ke ruangannya, sosok yang ditunggu sudah duduk terdiam dengan malas di salah satu sofa empuk disana. “Brian. b******k. Trevor” hobinya memang menambahkan kata cinta di tengah tengah nama kakaknya. Panggilan kesayangan yang mengalun pelan bak desisan ular mematikan. “ada apa, sialan?” umpatnya. “Aku bahkan membatalkan meeting dengan para pemegang saham hanya untuk menunggumu selama SATU. JAM. Dan duduk tidak berguna” menyesap cairan kehitaman yang berasal dari mug, memejamkan mata lalu menikmati bagaimana cairan pahit itu masuk melewati kerongkongannya setelah lidahnya mengecap beberapa jenis rasa. Brian melemparkan sebuah peta dihadapannya adiknya itu. Peta yang sudah dipenuhi dengan bulatan bulatan merah di dalamnya. “retas semua jaringan, termasuk segala kamera pengawas. Hapus semua data dalam sistem monitoring yang ada di bagian control pusat, hancurkan segala sistem yang tak berguna bagi kita” J.One atau Jay adalah seorang yang tak asing lagi di mata dunia. Dirinya adalah seorang direktur utama sebuah perusahaan gaming di umurnya yang tahun ini baru menginjak delapan belas tahun!! Anak perusahaan dari Space Corp yang sengaja dibuat –sebenarnya ini hasil rampasan- untuk ulang tahun adiknya. Partner sekaligus adik kandung dari Brian Trevor. Jay Trevor. “Sialan kau, b******k. Bisa tidak sih mengemban semua tugasmu itu sendirian?? Aku bahkan tidak ada waktu untuk bersenang senang dengan para jalang” menggerutu. Itulah yang sering dilakukannya jika Brian mulai memberi perintah semaunya. “Berisik. Pastikan Casen melakukan tugasnya dengan baik” “Go to hell” umpat yang lebih muda. “Apa imbalanku?” yang lebih tua melemparkan satu buah kunci mobil keluaran terbaru yang paling mahal, dan sebuah sertifikat a whole apartment with luxurios penthouse ke lantai, menimbulkan senyum simpul di bibir tipis adiknya. “deal”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Aggreement

read
81.3K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.4K
bc

My Devil Billionaire

read
94.9K
bc

Scandal Para Ipar

read
694.6K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
861.1K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
625.5K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook