Tekan love bisa?
Happy reading...
****
"Kalian maju! "
-----
Elzata menunduk sedangkan Indah menampilkan raut bingung, entah apa yang sedang ia pikirkan, yang pasti wajah Indah terlihat conge.
" Maju ke-mana,kak?" tanya nya hati-hati.
Elzata melirik sekilas kearah Indah, lalu ia mengerucutkan bibir. Elzata tidak habis pikir dengan sahabat kecil nya itu, pola pikirnya sangat lemot.
" Ya kedepan lah! GA mungkin kebelakang! Dimana-mana maju itu ngga ada yang kebelakang. " hardik gadis berpipi cabi itu yang bername tag 'Anatasya Mirdad' ,sehingga berapa murid yang posisinya berbaris didekat mereka, menoleh karena penasaran.
" maaf kan kami kak. " Cicit Elzata pelan, ia masih menunduk dalam.
Anatasya menghembuskan nafas pelan. " sebaiknya kalian kedepan, itu udah peraturan bagi yang melanggar. "
Elzata mengangguk, lalu meraih tangan Indah dan berjalan beriring'an. Didepan sudah banyak yang berbaris menandakan mereka melakukan hal sama seperti Indah dan Elzata, tapi kebanyakan murid laki-laki lah yang melanggar.
Gambaran yang tepat gimana perasaan Elzata adalah malu. Ia sangat malu diperhatikan seperti ini, apalagi ada guru berkumis yang berkacak pinggang disamping ketua osis terlihat memasang tampang garang.
Saat sudah berbaris didepan, Elzata berdiri bersebelahan dengan indah. Kebetulan berdekatan dengan sang ketua osis.
Alter menghentikan obrolan nya dengan pak cipto, selaku pembina osis. Ia sedari tadi memperhatikan gerak gerik Elzata. " Pak saya izin menegur mereka dulu ya. " tunjuk Alter.
Pak cipto mengangguk. " Silahkan. Bapak mau mereka semua punya perilaku yang baik saat berhadapan didepan guru nantinya. " ujar pak cipto.
" Iya pak. " Setelah menunduk hormat pada pak Cipto, langkah kaki Alter membawanya menuju Elzata dan indah. Karena posisi nya yang lumayan dekat, tidak butuh waktu lama, Alter sudah berdiri dihadapan Elzata yang sontak membuat Elzata kaget.
Alter tersenyum sinis. " Hai, bertemu lagi dengan gue. "
Alis Elzata bertautan, dahinya menyerngit, membentuk lipatan-lipatan kecil. Menyadari raut wajah Elzata, Alter terdiam, ia memikirkan 'mana gadis yang pemberani itu? '
" Lo gausah pura-pura ngga ada makalah deh sama gue. " celutuk Alter. Indah mengamati interaksi antara sahabatnya dengan ketua osis itu. Ia menggeserkan posisinya lebih dempet dengan Elzata.
" El, lo ada masalah sama kak Alter?" bisik Indah dengan mulut yang di usahakan tidak bergerak saat mengucapkan pertanyaan itu.
Elzata menggeleng cepat. " Gue ngga buat masalah apa-apa. Orang juga baru kenal tadi. " ujar Elzata sambil berbisik.
" lo serius El? "
" Udah bisik-bisik nya? " tegur Alter membuat Indah dan Elzata terdiam.
Elzata yang merasa ia tidak membuat masalah apa-apa, memutuskan untuk angkat bicara. Kalo tidak, bakalan lama urusan nya. " Kak, maaf sebelum nya, tapi saya rasa, saya tidak pernah membuat masalah apa-apa, ini pertama kali kita bertemu kak. Ngga mungkin saya bisa buat masalah. " jelas Elzata panjang lebar.
Kini giliran Alter yang dibuat bingung, jelas-jelas tadi gadis ini yang sudah berani dengan nya. " Lo bohong atau pura-pura ga inget? "
" Yaampun kak. Aku gabohong dan ga pura-pura lupa. "
" Gue ga percaya! " putus Alter.
" Yaudah serterah kakak, mau percaya atau ngga. " jawab Elzata frustasi.
Impian Elzata untuk bersekolah dengan tenang mungkin tidak terjadi sedangkan dihari pertama nya saja memiliki banyak sekali masalah. Ia ingin menangis. Well, Elzata memang gadis yang cengeng sebenarnya. Hanya saja ia memasang topeng bahagia dengan orang-orang sekitar nya. Semoga saja, Elzata dapat bersekolah sesuai dengan keinginan nya, gadis itu sedikit berharap.
****
Usai sekolah, Elzata pulang dalam keadaan keringat yang menempel di badan nya, karena terik matahari yang panas. Tanpa lama-lama, gadis berseragam itu membuat pintu rumah nya dan mendapati keadaan rumah yang gelap dan sunyi.
Elzata tersenyum kecut, dan melangkah menaiki tangga tidak bersemangat. Semenjak ayah dan bunda nya bercerai, tidak ada lagi kebahagiaan yang didapat oleh Elzata. Kadang ia harus hidup mandiri dirumah nya sendiri, sedangkan bundanya sibuk bekerja. Ia tidak tau harus bercerita kepada siapa, karena keluarga yang bunda gadis itu miliki, hidup berbeda negara.
Elzata menghempaskan tubuhnya diatas kasur, saat sudah memasuki kamar. Keadaan ruangan masih gelap sama seperti hidupnya yang sudah menggelap.
" Tuhan, aku ingin bahagia. " lirih Elzata. Tidak lama, bahunya bergetar, Elzata menutupi matanya dengan tangan. Hampir dua puluh menit ia menangis, deringan ponsel didalam kantong Rok nya menyadarkan gadis itu, lalu berusaha menghentikan seseguk'an ketika melihat nama yang tertera dilayar handphone.
" Hallo Ma. " jawab Elzata.
" Hallo nak. Kamu sudah pulang sekolah? " tanya wanita yang berbicara lembut diseberang sana.
" Udah. " jawab Elzata singkat. Ia sedang tidak mood untuk berbasa basi saat ini.
" gimana sekolah baru kamu? "
" Biasa aja. "
Hembusan nafas berat, terdengar dari seberang telfon. " maaf ya sayang, bunda ngga nunggu kamu berangkat nya karena tergesa. Semoga kamu memaklumi nya. "
Elzata tersenyum miris. " El selalu memaklumi bunda, tapi bunda ngga pernah memaklumi El. " setelah mengucapkan kalimat yang menyakitkan itu, Elzata berusaha tertawa sedangkan kini air matanya kembali mengalir. Sumpah Demi apapun, saat ini hatinya ter'iris.
" El, Maafkan bunda, bunda janji akan meluangkan waktu untuk kamu nak. "
Murah sekali membuat janji, tapi tidak pernah ditepati. Seperti itu lah Agata-bunda nya. Agata selalu membuat janji ketika dia berbuat salah, tapi tidak ada satupun janji yang ditepati nya sehingga Elzata sudah terbiasa.
Tidak ingin terlarut dalam kesedihan yang lama, Elzata menutup telfon secara sepihak tanpa persetujuan Agata. Katakan lah bahwa ia durhaka, karena itu yang dapat dilakukan Elzata. Elzata berdiri dari tempat tidur, kemudain menyemangati dirinya.
" Ayo El! Kamu bisa bahagia tanpa mereka! "
Elzata tersenyum dipaksakan, lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badannya agar bisa lebih segar. Setelah nya, ia memutuskan untuk tidur karena bagi gadis bersurai panjang itu, tidur adalah dunia nyata baginya. Ia dapat merasakan bahagia didalam nya, walaupun cuma sejenak.
Tidak butuh waktu lama berdiam dibawah shower, menikmati segar nya air, Elzata keluar dari sana dengan memakai balutan handuk yang menutupi sebatas tubuhnya. Ia mengambil setelan baju tidur lalu memakai baju itu. Ketika hendak memicingkan mata, tiba-tiba sebuah deringan nontifikasi dari ponsel membuat nya bangkit kembali dan meraih ponselnya.
Pesan dari Indah : El, besok jangan lupa bawa buku satu kodi ya!
Sebuah pesan singkat yang mampu membuat Elzata menepuk jidatnya pelan. Ia menghela nafas kasar,karena ia tidak jadi tidur,dan harus ke mini market.
****
Gajelas ya? Tapi love aja dulu.