Restoran yang dipilih Tyas untuk bertemu sebenarnya adalah restoran langganan keluarganya. Meski kebetulan berada tidak jauh dari kantornya. “Sebenarnya, Ayah tidak sabaran. Ketika Bunda bilang, kalian ingin bertemu. Apakah ini berita gembira?” tanya Handoko dengan antusias, senyumannya tidak pernah luntur dari wajahnya. “Tidak sangka, kan akhirnya kita akan punya cucu, ya, kan Dewi?” Ayah tak berhenti berkelakar, sedari dia datang. Sementara, Dewinta tidak memberikan respon yang berlebihan. Hanya tersenyum seperti tidak ada apa-apa. “Kalian sudah dipesankan makanan oleh Ayah,” kata Dewinta, “Kebetulan, tadi Bunda mau makan tengah saja, beberapa yang Tyas biasa makan di rumah. Nanti Arogo bisa pilih lauknya sendiri.” “Kita tadi sempat debat, lho. Makanan apa yang kamu suka, Argo,” kata

