Bab 7. Bertemu Mantan

1412 Words
Alena menggelengkan kepala. Dia tidak punya gaun karena dia jarang memakai gaun kalau pun ada acara kantor, dia selalu menggunakan pakaian yang biasa dia pakai untuk ke kantor. Melihat jawaban dari Alena, Rafli hanya bisa diam dia tidak menyalahkan Alena karena Alena termasuk sekretaris yang cupu menurutnya dan dia tidak selera dengan wanita cupu dan mengarah ke polos, itu yang dia pikirkan. "Ya sudah, kita beli dulu setelah itu kamu pakai dan ingat berdandan jangan seperti ini, kacamatamu yang super tebal dan juga rambutmu kucel dan ubah semuanya. Oh, ya Tuhan, bagaimana Papi bisa memperkerjakan dia yang kondisinya seperti ini, kamu pergi dengan Arvin, dia akan membawamu ke salon dan butik, sudah sana keluar," usir Rafli dengan mengibaskan tangannya ke arah Alena Elena pun segera keluar. "Tuan, kita masih di jalan kenapa Anda memintanya keluar," sahut Arvin membuat Rafli berdehem dan langsung diam. Dan pada akhirnya, mereka sampai di kantor. Alena mengikuti Arvin dan Rafli ke ruangan dia akan menyiapkan berkas akan tetapi Rafli menatap Alena dan Arvin yang belum juga pergi. "Apalagi? Kenapa kalian belum pergi. Dan kenapa kalian berdua di ruanganku? Sana pergi," usir Arvin ke Alena dan Arvin untuk keluar. Karena dia tidak ingin melihat mereka berlama-lama di ruangan. Alena dan Arvin menuruti perkataan Rafli. Alena kesal dengan CEO muda pengganti Tuan Abraham yang arogan dan tidak mempunyai hati itu. Saat di luar Alena mengacak rambutnya, dia bingung harus seperti apa nanti saat ke pesta. Selama ini, dia tidak pernah ke sana, kalau pun diajak oleh Tuan Abraham, dia selalu menolak dengan alasan ini dan itu. Tapi, sekarang dia tidak bisa menolak karena CEO yang baru begitu pemaksaan. "Aku tidak ingin pergi ke sana, tapi kenapa dia memaksaku, apa yang harus aku katakan kepada orang-orang yang di sana," monolog Alena yang segera menutup wajahnya dia mencoba untuk menenangkan diri karena saat ini dia benar-benar dilema. "Sekretaris Alena ayo kita pergi nanti kita diomelin dengan Tuan Rafli. Apa sekretaris Alena mau diomelin, ayo cepart!" Alena diajjak oleh Arvin untuk merubah penampilan. Mereka segera pergi ke sebuah salon yang mewah Alena menelan salivanya saat melihat salon tersebut. "Kok, mewah sekali?" tanya Alena. "Ikut saja. Ayo kita pergi turun sekarang," jawab Arvin yang segera turun mobil. Alena juga ikut masuk mengikuti Arvin. "Tolong permak dia agar lebih cantik," jawab Arvin kepada pelayan salon yang sekaligus ada toko gaun yang diperuntukkan kaum elite. Arvin menunggu dengan sabar dan saat Arvin melihat perubahan dari Alena, tentu saja membuat Arvin terkejut karena sosok sekretaris tuannya terlihat cupu di kehidupan sehari-hari sekarang terlihat menawan dan jauh dari kata cupu. "Ya Tuhan, sekretaris Alena. Apakah aku bermimpi saat ini melihatmu?" tanya Arvin yang mendekati Alena dan dia memutar tubuh Alena ke kiri dan ke kanan. Arvin tidak percaya jika Alena sangat cantik dan sepadan dengan tuannya. "Sudahlah, asisten Arvin jangan menggodaku, aku tidak suka dengan pakaian ini, terlalu terbuka nanti aku bisa masuk angin dan juga carikan aku pakaian yang sederhana saja, kamu bisa lihat sendiri orang-orang melihatku, asisten Arvin. Aku, jadi malu," jawab Alena yang menutup bagian dadanya karena begitu terbuka dan menonjol hingga membuat semua orang yang ada di tempat tersebut memandang mereka. "Aduh sekretaris Alena sudah jangan pedulikan. Ayo kita pergi,.aku yakin saat ini, Tuan Rafli pasti sedang menunggumu, kita sudah telat dan aku juga yakin kalau saat ini dia sudah memaki kita karena memintanya menunggu. Ayo, ayo, ayo." Arvin yang segera menarik Alena untuk segera ke parkiran karena mereka sudah terlambat 20 menit dan itu akan mengancam jiwa raga mereka. Arvin sangat tahu kalau tuannya itu tidak suka jika ada yang terlambat. Dan benar saja, saat ini Rafli sudah benar-benar kesal,.dia berjalan ke sana kemari sesekali dia mengintip ke jendela. Apakah sekretaris dan asistennya itu sudah datang atau belum. Dan jawabannya belum. "Aish, mereka ini ke mana, apa mereka kencan? Kalau sampai mereka mengerjaiku! Aku akan menghukum mereka, lihat saja," omel Rafli yang sudah tidak sabar untuk segera pergi. Dia pun sebenarnya tidak ingin menghadiri acara tersebut. Tapi, karena ingin melebarkan sayapnya dan menarik klien untuk bisa berinvestasi di perusahaan milik ayahnya dan miliknya, untuk itu Rafli pergi ke acara tersebut dan saat tengah menunggu cukup lama, mobil terdengar masuk ke perkarangan rumahnya. Rafli segera keluar dia menunjukkan wajah yang sangat sangar dan menakutkan. Arvin dan Alena yang berada di mobil hanya bisa menelan salivanya. "Sudah kukatakan, sekretaris Alena, dia sudah menunggu kita cukup lama dan lihatlah wajahnya, sangat menyeramkan sekretaris Alena. Jangan berbicara, diam saja kalau dia marah tetap diam, mengerti?" tanya Arvin yang dijawab oleh Alena dengan menganggukkan kepala dengan cepat. Alena pun tidak ingin berbicara dengan CEO yang arogan tersebut, lebih baik diam. Arvin segera keluar, dia membuka pintu dan menundukkan kepala ke arah Rafli, tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut Rafli karena dia kesal. Begitu juga Arvin, dia hanya bisa diam dan saat Rafli sudah masuk, pintu langsung tertutup dah Rafli melihat ke depan Alena sudah di sana dan dia duduk di bangku depan. Rafli menaikkan alisnya, saat melihat Alena. Rafli untuk pertama kali melihat perubahan di wajah sekretarisnya tersebut. "Siapa yang memilihkan gaun untukmu, Alena?" tanya Rafli. Saat Arvin masuk dan mendengar pertanyaan dari tuannya tersebut, Arvin langsung menjawab. "Bukannya itu dari Anda, ya? Karena saat kami datang ke butik mereka sudah menyiapkan pakaian tersebut untuk itu kami mengikutinya, maksudku Nona Alena segera memakainya," jawab Arvin. Rafli hanya bisa diam pertanyaan yang diajukan kepada Alena salah karena gaun tersebut memang dia yang memilihnya. Rafli segera diam dia tidak berbicara apapun dan Alena juga ikut diam seperti yang dikatakan oleh Arvin jangan bicara,.tetap diam dan menganggukkan kepala. Sampailah mereka di tempat acara hotel yang cukup besar di sulap dengan kemeriahan acara tersebut. Papan bunga berjajar di sepanjang jalan, Alena yang biasanya di rumah nonton drama melankolis, sambil menangis. Tidak untuk kali ini, dia harus berhadapan dengan acara orang kaya. Apakah dia mampu untuk membaur dengan mereka, jawabnya belum tahu. Arvin segera turun, dia membukakan pintu untuk Rafli, sedangkan Alena segera turun dan mengikuti Rafli. Rafli yang melihat perubahan Alena secara keseluruhan terkejut, dia tidak menyangka jika sekretarisnya itu sangat cantik jika sudah disulap seperti saat ini. Rafli mengakui kecantikan Alena hanya bisa diam dan berdehem, ia berjalan lebih dulu disusul oleh Arvin dan juga Alena di bagian belakang. "Siapa suruh kamu di belakang saya, berdiri di sampingku,".perintah Rafli. Alena pun melangkahkan kaki dengan cukup cepat dia harus mengimbangi Rafli dan Arvin yang jalannya sangat cepat. Alena yang memakai high heels harus berusaha menyeimbangi tubuhnya yang mungil dengan tubuh Rafli yang cukup kekar dan tegap. Langkah kakinya juga cukup panjang sehingga Alena sedikit kesulitan untuk mengejar Rafli tanpa diduga Rafli menggenggam tangan Alena. Alena yang tangannya digenggam terkejut dan dia ingin melepaskan tangannya namun Rafli menahannya dan menoleh ke arahnya dengan tatapan yang tajam. Alena tidak berani lagi melepaskan tangannya dan dia mengikuti Rafli bersama dengan asisten Arvin. Saat di dalam gedung, Alena hanya bisa diam dan mengikuti tuannya seperti anak ayam. "Tuan, maaf saya mau ke toilet sebentar. Tolong lepaskan tangan saya, sudah nggak tahan," bisik Alena dengan sangat pelan. Rafli yang mendengarnya langsung melepaskan tangan Alena. "Sana pergi, cepat kembali aku tidak ingin kamu nyasar di hotel ini, karena di hotel ini banyak p****************g. Kamu mengerti maksudku?" tanya Rafli yang dijawab oleh Alena dengan menganggukkan kepala. Alena terlalu gugup karena melihat banyaknya orang-orang penting di gedung tersebut. Dia pun segera melangkahkan kaki menuju toilet yang ada di ujung lorong dan saat dia berbelok ke arah toilet tanpa sengaja dia bertemu dengan orang yang membuatnya patah hati, kecewa, sedih, intinya perasaan campur aduk yang dia rasakan saat ini. "Wah, wah, coba lihat, Sayang. Siapa yang ada di depan kita ini, mantan kekasihmu yang cupu dan jelek ini siapa lagi kalau bukan Alena, kira-kira dia mau apa ya ke sini?" tanya seorang wanita yang tidak lain adalah Luna. Mantan sahabat dari Alena yang sudah mencuri atau lebih tepatnya tidur dengan calon suami Alena dan sekarang Alena dan keduanya bertemu kembali. "Ck, benar-benar dunia ini tidak selebar daun kelor, aku harus bertemu dengan pelakor yang tidak tahu diri ini," gumam Alena dengan cukup pelan namun bisa didengar oleh Luna dan juga mantan kekasihnya Aldo. Aldo yang melihat perubahan dari Alena benar-benar takjub, dia tidak percaya kalau Alena berubah sangat cantik berbeda seperti sehari-hari. Dia selingkuh dengan Luna karena Alena cupu tapi sekarang dia wanita yang menawan. Takut kekagumannya terlihat, Aldo mencibirnya. "Apa kamu menjual diri, Alena setelah putus dari aku?" tanya Aldo yang dengan santai mengatakan itu hingga membuat Alena terkejut dengan pertanyaan dari Aldo.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD