"Apa maksudmu jual diri?" tanya Alena kembali dengan raut wajah dingin.
Alena berubah datar karena dia tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh Aldo katakan saat ini dan perkataan Aldo membuat orang-orang yang ingin ke toilet memandang ke arahnya dengan tatapan yang tajam dan sinis, seolah-olah apa yang dikatakan oleh Aldo kalau dia adalah wanita yang tidak baik atau wanita penjajah tubuh benar.
"Iya, kamu jual diri. Makanya kamu berpakaian seperti ini. Aku tahu kamu itu miskin, Alena. Pekerjaanmu juga hanya administrasi dan gajimu juga tidak banyak, jadi kamu ingin mengimbangi Luna dan ingin mendekatiku lagi, bukan. Jadi, kamu melakukan ini untuk menarik aku kembali. Bukankah, aku benar?" tanya Aldo yang lagi-lagi membuat Alena hanya bisa diam dan mengepalkan tangannya.
Aluna menyalurkan amarahnya dari kepalan tangan, dia ingin sekali memukul pria yang ada di depannya ini.
Namun, dia yakin kalau saat ini dia akan mendapatkan masalah, terlebih lagi jika dirinya memukul mantan kekasihnya yang menuduhnya sebagai wanita yang menjual diri ke p****************g.
"Benarkah seperti itu, Sayang, dia ingin menjadi aku dan merebut kamu. Hei, Alena, bagaimana bisa. Dengar baik-baik, aku ini terlahir dari orang kaya selamanya akan jadi kaya, aku berteman dengan dia dulu karena aku kasihan dengan dia, bukan karena aku menginginkannya, Sayang, tapi kalau dia ingin menjadi sepertiku, ya sudah tidak apa-apa tapi jangan merebutmu dariku, karena itu tidak bisa dan itu berdosa, Sayang. Dasar murahan, suamiku mau direbut," jawab Luna yang tersenyum mengejek ke arah Alena.
Kesabaran setipis tisu dipertahankan Alena dan dia juga sudah membuat keputusan yang benar meninggalkan Aldo dan memutuskan hubungan persahabatan dengan Luna, wanita yang tidak tahu diri ini.
Sudah jelas dulu dia berteman karena Luna tidak memiliki satu orang pun yang mau mendekatinya dikarenakan Luna terlalu egois suka menghina orang dan dulu Luna lah yang mendekati dirinya, bukan dia yang mendekati Luna. Tapi, sekarang Luna malah mengatakan hal seperti itu.
Tanpa menunggu emosinya mereda dan kesabaran dia yang setipis tisu sudah lenyap. Alena menampar Luna dengan cukup kencang hingga membuat suara tamparan tersebut menggema dan orang-orang yang berada di tempat tersebut memandang ke arah mereka dan menyaksikan pertengkaran antara dirinya, Luna dan Aldo.
Aldo yang melihat Luna ditampar segera melindunginya. Karena saat ini, Luna adalah istrinya, mereka baru menikah jadi sudah jelas Aldo melindunginya.
"Dasar perempuan murahan, tidak tahu diri berani-beraninya kamu menampar istriku!" teriak Aldo dengan suara kencanh dan dia mendorong Alena dengan cukup kencang hingga membuat Alena terhuyung ke belakang.
Alena berpikir kalau dia akan jatuh, namun nyatanya tidak, dia ditahan oleh seseorang yang saat dia menoleh ke arah belakang terlihat wajah CEO muda nya yang menatap ke arah Aldo dengan tatapan yang menakutkan.
"Apa yang kamu lakukan dengan dia?" tanya Rafli dengan suara berat, datar dan dia menatap ke arah Aldo dengan tatapan yang mengerikan tajam seperti belati.
Aldo yang melihat Rafli terdiam, dia tahu betul siapa Rafli, seorang CEO muda, tampan penuh Kharisma dan dia juga tahu kalau Rafli merupakan sosok pengusaha yang cukup terkenal dan sulit untuk di jangkau. Dia memiliki banyak usaha sehingga saat Rafli bertanya apa yang dia lakukan di sini membuat Aldo segera mengatakan apa yang terjadi dan membalikkan fakta tujuannya untuk merendahkan Alena.
"w************n ini sudah menyakiti istriku. Dia menuduh istriku wanita malam dan dia menampar istriku, Tuan. Aku tidak terima jika istriku diperlakukan seperti itu, Tuan Rafli, aku membalasnya," ucap Aldo yang membuat Alena menggelengkan kepala.
Alena tidak menyangka kalau Aldo memfitnah dirinya. Alena melepaskan tangan Rafli dan dia mendekati kedua orang busuk tersebut.
"Kamu mengatakan apa tadi? Kamu katakan aku mengatai istrimu ini eh, maksudku pelakor ini w************n dan wanita malam dan juga aku menyakiti dia, begitu? Hahaha, kamu benar-benar pria yang bermulut sampah, Aldo, sudah jelas di sini aku yang dihina oleh kalian berdua, bisa-bisanya kamu mengatakan itu di depan orang lain aku yang menghina dia, tidak tahu diri. Kalian sendiri yang menyakitiku sedari tadi, semua orang juga tahu itu, kalian sudah menginjak harga diriku dan sekarang kamu balik menuduhku, keterlaluan kamu, Aldo!" teriak Alena dengan cukup kencang.
Alena tidak terima dengan hinaan dari Aldo. Luna yang melihat Alena yang terpojok karena ada CEO muda yang sangat terkenal langsung menampar Alina di depan Rafli.
Namun dengan sigap Rafli menahan tangan Luna agar tidak menampar Alena. Luna yang melihat tangannya disentuh oleh Rafli menatap ke arah pria tersebut, dia benar-benar terpesona dengan Rafli terlebih lagi aroma parfum Rafli yang sangat menenangkan jiwa dan membuat dia b*******h berbeda dengan Aldo.
Rafli segera menghempaskan tangan Luna yang dia pegang hingga Luna terhuyung dan Aldo segera menahan tubuh istrinya. Baik Aldo dan Luna menatap Rafli dengan gugup.
"Jaga sikapmu, Nona, jangan berani-berani menyentuh Alena dan jangan kalian menghinanya kalian tidak tahu siapa dia,".ucap Rafli dengan penuh tekanan hingga membuat kedua orang tersebut terdiam, mereka memandang ke arah Alena dan Rafli secara bergantian.
Alena hanya bisa dia mendengar jawaban dari Rafli. "tunggu Tuan. Apa maksudmu, tidak tahu siapa dia, kami tahu betul dia wanita miskin, dia wanita hina seperti yang dikatakan oleh suamiku, dia w************n, dia ingin menggoda suamiku. Dari mana datangnya, Anda mengatakan kalau kami tidak tahu dia, kami tahu betul dia siapa. Anda saja yang tidak tahu dia. Anda jangan tergoda oleh dia, Tuan. Anda akan terjebak oleh wajahnya yang sok polos itu. Anda harus segera sadar diri, agar tidak termakan rayuannya," ucap Luna membantah apa yang Rafli katakan dan dia semakin membuat Alena terpojok dan merasa terhina terlebih lagi saat ini suara-suara dari orang-orang yang berada di toilet terus mencaciinya.
Alena yang mendengar hinaan orang-orang merasa dunianya hancur, dia tidak mengerti kenapa semua orang menghinanya. Sedari dulu dia memang miskin, kenapa kalau miskin dia miskin. Apakah salah jika orang miskin ingin menjadi orang kaya, tapi tentu orang miskin harus berusaha untuk bekerja agar apa yang diinginkannya tercapai.
Apakah orang miskin sehina itu di mata orang kaya? Tubuh Alena mulai bergetar, air mata yang sudah dia tahan di pelupuk mata, akhirnya runtuh juga.
Alena segera pergi, dia benar-benar merasa terhina di depan semua orang.
Rafli yang melihat Alena pergi segera mengikutinya namun Rafli menghentikan langkah kakinya dan dia berbalik memandang ke arah Aldo dan Luna yang saat ini tertawa.
Saat Rafli memandang ke arah mereka, Aldo dan Luna langsung terdiam.
'Jangan pernah mengajukan permohonan kerjasama di perusahaanku, aku menutup akses kalian karena aku tidak ingin mempunyai teman bisnis yang picik dan licik seperti kalian, aku hanya ingin klienku mempunyai attitude yang baik sampai sini kalian mengerti!" tegas Rafli yang sontak saja membuat Aldo dan Luna terdiam.
Mereka semuanya yang ada di tempat tersebut segera mengundurkan diri, mereka tahu pengaruh Rafli sangat kuat mereka tidak ingin perusahaan milik suami mereka atau kekasih mereka mendapat imbasnya dan mereka baru tahu kalau Alena mempunyai tempat spesial di hati Rafli untuk itu mereka segera kabur meninggalkan Aldo dan Luna seorang diri.
"Sayang, bagaimana ini, aku baru hari ini mengajukan proposal kerjasama berlian dengan perusahaannya aku ...." Aldo menghentikan ucapannya dia benar-benar dilema karena Rafli sudah mengatakan jika dia menutup akses bagi perusahaan mereka untuk bekerjasama dengan perusahaan miliknya hanya karena mereka mengatakan hal itu kepada Alena.
"Aku tidak mau tahu, Sayang, kamu harus bisa bekerja sama dengan perusahaan Rafli, lakukan Aapapun yang kamu bisa jangan hanya diam saja kalau perlu berikan hadiah mahal kepada dia atau ...." Luna menghentikan ucapannya, dia memandang ke arah Aldo dengan cukup lekat sedangkan Aldo yang dipandang oleh Luna menggelengkan kepala. Dia tahu apa yang ada di pikiran Luna saat ini.
"Jangan main-main, Luna. Aku tidak akan melakukannya, sumpah demi Tuhan, jangan memintaku untuk itu," jawab Aldo yang enggan melakukan apa yang Luna pikirkan saat ini.
"Memangnya kamu tahu apa yang aku inginkan, Sayang?" tanya Luna dengan serius.