Bab 4. Ajakan Kembali

1366 Words
"Tuan Rafli" Panggil Alena yang gugup karena orang yang dia siram adalah Rafli. CEO muda nan tampan berdiri tepat di depannya bersama dengan sang asisten. Keduanya saat ini boleh dikatakan sudah basah karena Alena menyiramnya. "Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam, sudah diomeli oleh Papi sekarang aku disiram oleh wanita tua ini," cicit Rafli yang masih didengar oleh Alena. "Anda katakan apa tadi? Wa-wanita tua? Wah, wah, wah, Anda memang benar-benar tidak sopan. Apa Anda mau disiram lagi mulutnya dengan air, mau?" tanya Alena yang tidak terima jika dirinya dikatakan wanita tua oleh Rafli. Dia memang tua, tapi tidak perlu dijelaskan kalau dia itu wanita tua. Rafli yang melihat Alena protes hanya bisa berdehem. Dan dia mengusap wajahnya dengan sapu tangan yang diambil dari jas setelah bersih dia memandang ke arah Alena yang belum juga memberikan dia dan Arvin masuk ke dalam rumahnya. Arvin yang tahu lirikan dari tuannya segera buka suara. Setelah dia menghapus air yang ada di wajahnya. "Nona Alena. Bisakah kami bicara di dalam karena ada yang ingin kami sampaikan, maksud saya Tuan Rafli sampaikan ke Anda," ucap Arvin meminta izin untuk mereka masuk. Alena menganggukkan kepala, dia memberikan jalan untuk Rafli masuk ke dalam rumahnya. Saat ini, ketiganya duduk saling memandang satu sama lain, belum ada yang berbicara. Arvin yang melihat keengganan dari bosnya buka suara hanya bisa mengehela napas, dia tahu kalau tuannya ini terlalu gengsi untuk mengutarakan apa keinginan mereka datang ke sini. Dan pada akhirnya, dialah yang mewakili tuannya ini. Tidak mungkin mereka berada di sini sampai ribuan tahun hanya karena keengganan tuannya mengatakan maksud kedatangan mereka berdua di sini. "Maaf sebelumnya, kami mengganggu Nona Alena pagi-pagi, kami datang ke sini ingin mengatakan kepada Nona untuk kembali ke kantor dan menjadi sekretaris Tuan Rafli lagi. Apakah Nona menginginkan itu, eh maksud saya apakah Nona bersedia?" tanya Arvin. Alena melirik ke arah Rafli yang saat ini terlihat biasa saja. Dia sedikit jengkel dengan Ceo-nya. Harusnya, dia yang mengatakan, tapi dia tidak mengatakan apapun. Malah asisten pribadinya lah yang mengatakan maksud dan tujuan mereka datang ke rumahnya. "Maaf, Tuan Arvin. Bukankah saya sudah dipecat. Kenapa saya diminta untuk datang kembali menjadi sekretaris bos Anda ini dan juga saya sudah mengambil pesangon saya. Jadi, tidak Mungkin saya kembali ke sana," jawab Alena. "Tidak apa. Ini permintaan dari Tuan Abraham. Apa kamu masih menolaknya. Apa kamu mau disembah dulu baru datang bekerja?" tanya Rafli yang membuat Alena terdiam. Sudah diduga kedatangan pria arogan ini pasti karena Tuan Abraham. Bukan karena dirinya sendiri, lagipula mana mungkin pria ini rela datang ke sini dengan inisiatif sendiri. Arvin memandang ke arah Alena, dia memperlihatkan wajah memohonnya kepada Alena agar dia mau menjadi sekretaris dari tuannya. Alena merasa tidak tega dan dia juga banyak berhutang budi Tuan Abraham yang sangat baik kepada dia, jadi untuk menolaknya juga sulit. Padahal, dia sudah berjanji tidak akan menerimanya, tapi saat mendengar nama Tuan Abraham dia pun setuju. "Baiklah, saya akan menjadi sekretaris tuanmu ini. Tapi, besok saya akan bekerja," jawab Alena. "Bukan besok tapi sekarang, cepat bersiap kita ada meeting hari ini, saya tunggu. Waktumu hanya 15 menit," jawab Rafli yang membuat Alena terkejut. "15 menit?" tanya Alena ke Rafli. Akan tetapi, Rafly tidak menjawab perkataan Alena. Arvin yang menjawab dengan menganggukkan kepala. Alena mendengus kesal, bisa-bisanya dia diberi waktu 15 menit. Tanpa menunggu lama, Alena segera bersiap mandi. Setelah itu, dia berpakaian, rambut diikat, memakai kacamata setelah itu barulah dia keluar bertemu dengan kedua pria yang sudah mengganggu tidurnya. Rafli hanya memperhatikan Alena dari atas sampai bawah, setelah itu dia langsung meninggalkan Alena dan Arvin. "Terima kasih, Nona, Anda sudah mau menerima pekerjaan ini, jika tidak maka Anda bisa tahu repotnya saya mengurus semua kebutuhan kantor dari meeting dan sebagainya. Intinya, sekali lagi terima kasih saya ucapkan," ucap Arvin yang tersenyum ke arah Alena karena mau menerima tawaran bekerja kembali menjadi sekretaris CEO baru di perusahaan. Alena hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepala, dia sebenarnya sangat membutuhkan pekerjaan ini karena gajinya juga lumayan, tapi balik lagi dia kesal karena diminta untuk tidur dengannya jika mau bekerja kembali. Siapa yang mau, lebih baik dia membuka usaha. Tapi, demi Tuan Abraham, dia menerimanya. Mereka bertiga masuk ke dalam mobil, Alena duduk di depan bersama dengan Arvin, keduanya tidak ada yang berbicara. Hanya senyuman saja. Dari belakang, Rafli melirik ke arah Alena dan juga Arvin yang terlihat akrab. "Apa jadwal saya hari ini, Alena?" tanya Rafli. Alvin melirik ke arah tablet Android yang ada di samping kirinya, dia ingin memberitahukan kalau yang ditanya oleh CEO muda itu semua data-datanya ada di sana. Dan dia sudah susun khusus untuk Alena. Semuanya, ada di sana tanpa perlu repot Alena mencari jadwal CEO mereka. Alena pun segera mengambil tablet tersebut. Dia segera membukanya dan mengatakan jadwal apa saja yang akan Rafli kerjakan seharian ini. Arvin benar-benar sudah menyusun semua schedule CEO baru dengan sangat rapi dan Arvin pun sangat salut karena sekretaris Alena sangat cekatan sehingga dia tidak perlu memberitahukan atau mengajar dia. Sangat di sayangkan jika Alena dipecat hanya karena keegoisan tuannya. Rafli hanya menganggukkan kepala saat Alena mengatakan apa saja yang akan dia kerjakan seharian ini dan bukan hanya seharian tapi besok, besoknya dan besoknya semua sudah di schedule dengan rapi. Arvin segera melaju ke tempat pertemuan. Rafli memerintahkan kepada Arvin untuk bertemu dengan klien pertamanya. Alena melihat jam di tangan, masih ada waktu untuk sarapan sebelum mereka bertemu dengan klien namun Rafli sudah lebih dulu meminta mereka untuk ke tempat di mana klien tersebut berada. Sesampainya mereka di tempat tersebut, Rafly, Alena dan Alvin segera menuju ke restoran mereka duduk di tempat yang sudah direservasi. "Tuan, jika Anda lapar Anda bisa memesan makanan karena masih pagi dan saya yakin klien juga belum datang, Anda makanlah dulu." Alvin menawarkan kepada Alena untuk makan lebih tepatnya sarapan karena dia yakin sekali saat mereka membawa Alena dari rumahnya wanita tersebut belum sedikitpun menyentuh makanan. Alena menganggukkan kepala, dia pindah tempat dan memesan makanan dan minuman yang ingin dia makan pagi ini, sambil menunggu klien Alena menikmati makanannya. Alena hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan dari CEO baru yang menggantikan Tuan Abraham. "Dia itu anak nomor berapa, ya? Kenapa wajahnya masih sangat muda, sedangkan Tuan Abraham dan istrinya sudah terlihat sedikit tua, tapi dia masih muda apa dia anak pungut," ucap Alena dengan suara pelan sambil mengunyah makanan dan melirik ke arah Rafli yang masih sibuk dengan tabletnya. Rafli yang merasa dipandang segera mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Alena. Alena yang ketahuan memandang Rafli langsung tersedak dan dia menekuk-nepuk dadanya. "Sial, aku ketahuan," ucap Alena dengan pelan sambil minum air untuk menghilangkan rasa sakit di tenggorokannya. Rafli kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia sangat puas mengerjai sekretarisnya dan mungkin lain waktu dia akan mengerjai sekretarisnya itu lagi. Selesai makan, Alena kembali bergabung dengan Rafli dan juga Arvin. Yang ditunggu akhirnya tiba klain Rafli datang dan mereka membicarakan masalah pekerjaan satu jam, dua jam, tiga jam, empat jam lamanya, mereka berbicara dan akhirnya proyek pembangunan hotel dan launching berlian baru akhirnya disepakati oleh keduanya. "Terima kasih banyak, Tuan Rafli, senang bekerja sama dengan Anda dan saya juga senang Anda bisa menggantikan Tuan Abraham, ternyata kalian berdua memang benar-benar seperti pinang dibelah dua, sangat-sangat mirip dan benar-benar pintar walaupun usia Anda sangat muda, tapi Anda sudah sangat berbakat memimpin perusahaan ini," jawab klien tersebut kepada Rafli. "Terima kasih banyak, sampai ketemu lain waktu. Ayo Arvin kita pergi!" ajak Rafli yang segera berdiri dia. Rafli tidak mau berbasa-basi dengan klien nanti ujung-ujungnya akan ada hal yang diinginkan oleh kliennya. Saat di luar, Alena berlari mengejar Rafli dan Arvin yang langkah kaki mereka begitu panjang hingga dirinya sulit untuk menyeimbangi keduanya. "Vin, mana sih pendek?" tanya Rafli. "Pendek? Pendek siapa, Tuan?" tanya Arvin kembali. "A ...." Rafli menghentikan ucapannya karena Alena menubruk tubuhnya hingga Rafli terjungkang ke dalam mobil bukan hanya Rafli, tapi keduanya. Rafli yang hendak masuk sejenak berhenti dan menanyakan keberadaan Alena, namun sebelum selesai dia berbicara dirinya sudah ditubruk oleh Alena hingga keduanya masuk ke dalam mobil dan posisi mereka benar-benar sangat intim. "Apa yang kamu lakukan Alena!" teriak Rafli dengan kencang hingga membuat Alena ketakutan dia ingin bangun namun sialnya Alena malah menekan sesuatu yang berharga hingga Rafli harus menahan kesal dan amarahnya karena kelakuan dari sekretarisnya tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD