ORANG PERTAMA bab 5 : Belajar masak

1397 Words
~♥~'ORANG PERTAMA'~♥~ Jinseok dan Ning dalam perjalanan pulang, kedua nya masih sama-sama bungkam tak ada yang memulai percakapan. Ning yang pada dasar nya tidak bisa diam pun mulai tidak betah di dalam mobil, ia ingin segera sampai di rumah agar kecanggungan ini segera berakhir. Ning berdehem memulai pembicaraan, "Gimana kerjaan om, lancar?" Tanya nya memainkan tali tas menutupi kegugupan nya. Jinseok melirik gadis yang duduk di sebelah, "Lancar. Kamu bagaimana, sudah punya teman lagi?" Jinseok tau, Ning hanya ingin berbasa-basi agar mengurangi kecanggungan mereka. "Em, katanya sih dia mau jadi teman Ning. Nama nya Go Han Sung baru masuk juga sama kayak Ning, Han Sung lagi nyari dunia baru nya ternyata kita berdua punya banyak kesamaan hehe. Om tau, senyuman nya dia emang rada aneh. Tapi kalau udah lama, kita malah ikut senyum liatnya ." "Kamu suka," Ning mengangguk polos tersenyum lebar melihat Jin Seok, "Eng, Ning suka. Tapi lebih suka om." Ucapan nya benar-benar polos membuat Jinseok sedikit entahlah ada sesuatu di dalam sana seakan...dan itu sangat susah untuk dijelaskan. "Kata ibu, Ning boleh suka sama apa aja, tapi gak boleh suka yang berlebihan daripada suami sendiri. Yaudah Ning suka jadi teman Han Sung, karena rasa suka Ning ke Om beda." Entah Jinseok harus bereaksi seperti apa mendengar ucapan terang-terangan gadis itu pada nya. Pikiran nya hanya satu, "Gadis cerewet." Jinseok tak ingin mengambil hati semua yang ia dengar hari ini. Bagi nya, ungkapan gadis itu hanya angin lalu. "Ayo turun."Kata nya begitu mobil sudah berada di tempat parkir rumah mereka. "Ah oke. Makasih om untuk hari ini, Ning mau istirahat dulu." pamit nya segera keluar namun kembali duduk menatap Jinseok yang memberi nya tatapan bertanya. "Mama Yoona bilang, Om harus ngajarin Ning masak. Kalau gak mau, Ning bakalan nyari tempat les memasak. Jadi teriak aja kalo mau masak oke." Setelah nya Ning keluar berlari meninggalkan Jinseok yang tampak pusing mendengar celotehan sang istri. Istri? Apa ia bisa menganggap gadis itu sebagai istri nya sedangkan pernikahan mereka hanya sebuah kata saja. Janji yang diucapkan di depan semua orang dan juga Tuhan, tidak membuat nya berpikir akan seperti apa pernikahanmu nanti. Bagi Jinseok, pernikahan ini akan berakhir sebagai semesti nya. Ia tidak ingin terikat dengan apapun, termasuk pada seorang wanita. Kehidupan yang ia impikan tidak seperti ini, dan semua itu telah berakhir 7 tahun yang lalu. Sekarang, mengenal wanita hal yang tidak lumrah. Ia akan melepaskan Ning di mana gadis itu benar-benar menemukan dunia yang dia cari. ~♥~'ORANG PERTAMA'~♥~ Kata ibu jangan melepaskan genggaman seseorang jika ingin menjadikan nya duniamu, karena sekali terlepas mungkin saja dia tidak akan kembali lagi. Walaupun nanti dia kembali, rasa itu tidak akan seperti sebelum nya. Hanya akan ada ketakutan, yang membuat nya ingin kembali pergi. Maka dari itu, aku tidak akan melepaskan apa yang Tuhan sudah berikan dan dia gariskan untuk umat nya. Walau kadang terdengar bodoh, aku ingin bertahan di samping nya. Tapi satu hal yang pernah aku dengar dari ayah, "Tangan yang kamu genggam bisa saja ingin terlepas dan ingin menggenggam tangan orang lain. Jika sudah seperti itu, maka lepaskan jangan menahan nya. Lepaskan tangan nya jika dia yang menginginkan nya." Itu arti nya bukan kau yang melepaskan nya tapi dia yang melepaskan seseorang yang mencintai nya. Baik bu, ayah. Ning janji akan melakukan seperti yang kalian katakan. Ning akan berusaha semampu Ning untuk bertahan, wanita dewasa akan melakukan tugas nya. ☘️ ☘️ ☘️ "Huaaa, om minyak nya terbang-terbang. Gimana dong?" aku dengan cepat berlindung di balik punggung nya yang lebar begitu minyak di atas kompor terlihat meletup-letup. Om Kim menghela nafas kasar, "Saya bilang apa, tadi?" "Masukin minyak tunggu sampe panas terus masukin ikan nya. Iya dong, Ning udah benar kok." "Ikan, bukan sama air nya." Om Kim berdecak kesal mengurangi kadar api di kompor agar minyak nya tidak merembes kemana-mana. Yang aku lakukan hanya diam sedikit mengintip melihat nya memainkan pisau. "Belum apa-apa aja sudah heboh seperti ini. Bagaimana kalau di tempat les," kata nya sedikit sinis Aku mempoutkan bibir melirik Om Kim kesal, "Namanya juga belajar. Kalau udah bisa mah, bukan belajar nama nya." Aku menarik pinggiran baju nya kesal. "Ck, lepas dan berdiri di sana seperti yang kamu lakukan tadi pagi, jangan bergerak sebelum saya suruh. Lihat cara saya dengan baik." Ku hentakkan kaki berjalan ke arah pojok dapur dan kembali melakukan hukuman yang sering kulakukan. Selagi aku menjalani hukuman, Om Kim menjelaskan bagaimana cara memakai pisau dengan benar. "Lihat tiga jari saya, ketiga nya menekuk ke bawah posisikan jari yang tengah di atas sayur sedangkan yang dua berada di pinggir sebagai penahan. Pisau tidak akan mengenai tanganmu karena jari-jari ini menahan nya. Intinya, Sembunyikan ibu jari, lipat ujung jarimu." Tanpa sengaja aku menguap namun segera menatap arah lain saat Om Kim memberikan tatapan tajam. "Jangan salah kan siapa-siapa kalau tangan kamu kena pisau." "Iya maaf." Aku menunduk dengan posisi masih dalam masa hukuman. Mulut aku tidak berhenti melontarkan kata wow, terkagum-kagum melihat kepandaian nya dalam hal memasak. "Om belajar memasak sejak kapan? kok bisa pinter banget." "Smp." "Huaaa...Ning aja sampe sekarang gak tau masak. Masak air aja, panci ibu sampe terbang. Maka nya ibu ngelarang Ning masuk ke wilayah nya. Takut rumah hangus hehe." Om Kim mendengus menggeleng pelan, melihatku yang tampak masa bodoh. "Lalu, apa yang kamu tau?" "Makan." "Hanya itu," Terlihat sangat jelas wajah tak percaya Om Kim mendengar sesuatu yang ku bisa. "Emm, Ning cuma di kasih tugas nyuci piring itu juga ibu harus relain piring atau gelas nya pecah." kataku melempar senyuman lebar ke arah Om Kim yang melotot. "Dasar gila." gumam Om Kim namun masih terdengar sangat jelas. "Dasar gak peka." "Bilang apa tadi," tanya nya jutek Aku terkekeh, "Ini loh om, hukuman nya belum selesai ya, Ning cape. Beneran deh." sahutku mempoutkan bibir. Aku tak bohong soal itu, karena berdiri dengan satu kaki sambil memegang telinga itu benar-benar melelahkan. Salah ku sendiri, bagaimana bisa aku melakukan yang sering ibu lakukan padaku jika aku melakukan kesalahan. Dan sekarang aku sangat yakin, Om Kim akan memakai cara yang sama kalau saja aku melakukan kesalahan.Aku menyesal melakukan nya huhuhu... ~♥~'ORANG PERTAMA'~♥~ 19:25, Seoul. Jinseok sejenak melirik Ning yang terkantuk-kantuk dengan posisi masih seperti tadi. Karena tak tega dan juga makan malam sudah disiapkan, ia pun menyuruh gadis itu untuk duduk segera makan malam. "Duduk sekarang." kata nya lebih dulu duduk dan mulai makan. Mendengar itu Ning langsung menyambar air minum Jinseok, hampir saja laki-laki itu tersedak oleh makanan nya. "Ngapain sih?" tanya Jinseok melihat Ning meneguk habis air minum nya. "Hhhh...lega banget. Hehe, maaf om Ning haus." Gadis itu tersenyum polos menaruh kembali gelas kosong Jinseok. Bersabar, hanya itu yang bisa Jinseok lakukan. Ning memang bukan anak-anak lagi tapi tingkah nya… Jinseok akui gadis di hadapan nya itu terlalu di manjakan oleh orang tua nya. Kedua nya makan tanpa suara hanya terdengar dentingan Sumpit dan suara kunyahan. ~♥~'ORANG PERTAMA'~♥~ Terlihat wanita berumur 30 an namun kecantikan nya masih terlihat ketika tersenyum, Go Min Ju seorang ibu tunggal yang berprofesi sebagai chef dan membuka les untuk pemula. Kening wanita itu mengkerut melihat putra nya tersenyum-senyum sendiri."Kenapa sih, kok senyum-senyum gitu. Dari pulang kampus loh kak, kamu senyum terus." Tegur nya. "Ayo tadi di kampus baru nya ketemu temen cantik ya, tuh muka nya sampe merah gitu." kata nya lagi sambil meledek sang anak. "Go Han Sung," Yang diserukan malah tersenyum malu. "Ih ibu mah," Laki-laki yang bernama Han Sung pun menyembunyikan wajah nya merasa malu. "Kenapa sih, hem?" "Han Sung gak percaya aja bisa ketemu sama orang yang hampir... ah bukan hampir, tapi sama seperti Han Sung." "Maksudnya?" "Pengen nyari dunia baru di usia dewasa. Kebetulan banget kan, bu. Malah umur kita cuma beda 10 hari doang hehehe." Han Sung dengan semangat nya mulai berceloteh yang hanya mendapat kekehan dan gelengan dari sang ibu. "Jadi udah punya teman nih, cantik gak?" "Emm, wajah nya bulat, mata nya juga bulat hitam pekat, terus bulu mata nya panjang lentik lagi hehe." ucapan Han Sung membuat sang ibu terlihat gemas memainkan pipi sang anak. "Han Sung suka," tanya Min Ju Han Sung mengangguk semangat, "Iya. Han Sung suka sama Ning." Lagi-lagi Min Ju menggeleng pelan. "jadi nama nya Ning," Han Sung kembali mengangguk, "Hwang Ning." jelas nya kembali menyantap makan malam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD