ORANG PERTAMA bab 6 : Polos bukan berarti bodoh

1353 Words
~♥~'ORANG PERTAMA'~♥~ Pasangan suami istri terlihat diam menatap meja makan yang penuh dengan makanan kesukaan putri satu-satu mereka. "Ayah, putri kita baik-baik saja kan? ibu khawatir dia--" "Bu, ayah yakin putri kita baik-baik saja. Nak Jinseok akan menjaga nya dengan baik, ayah tau seperti apa Tuan muda Kim." Tetap saja rasa khawatir Ji Min masih berada dalam benak nya, ia sangat tau seperti apa putri nya itu. Dong Ho menghela napas mengusap lengan Ji Min, ia pun sama seperti sang istri. Khawatir dengan keadaan putri nya. "Aku tau, kamu lebih khawatir sama dia. Kalian gak pernah pisah pisah dari dia bayi, bahkan dari kecil kamu selalu menyiapkan semua keperluan dia." Ji Min mengusap balik lengan sang suami yang terlihat berkaca-kaca. "Ingat gak pas aku dapat kerjaan keluar kota, kamu sangat senang sampai membuat ku jengkel karena lebih mementingkan si bulat." Kedua nya terkekeh mengingat kembali kenangan Ning saat masih kecil. "Bukan cuma itu, kalian sampai tak memberiku kabar selama di sana. Cih, dasar menyebalkan. Sampai rumah berharap disambut pelukan sama ciuman, malah liat kalian berdua tidur dengan wajah penuh terigu." "Itu karena putri kita terlalu bersemangat mendengar kamu sudah pulang. Dia sampe--" Ucapan Dong Ho terputus mendengar isakan Ji Min. Ia pun segera memeluk sang istri. Ini malam kedua bagi mereka tanpa sang putri di tengah-tengah mereka. Walau kemarin malam masih santai dan tetap kuat. Namun sekarang, kedua nya merindukan kehebohan sang putri lakukan di saat makan. Apa lagi melihat menu makanan kesukaan nya di atas meja. Dong Ho menghela napas berusaha tegar, memeluk dan menenangkan Ji Min. Namun mata nya terarah pada frame foto mereka bertiga. ☘️ ☘️ ☘️ 21:34, Selasa malam, Seoul. Setelah makan malam, Ning dan Jinseok memasuki kamar masing-masing sebelum Jung Nam datang untuk membicarakan pekerjaan mereka. "Yakin nih lu gak honeymoon? sayang banget gila, udah ngambil cuti juga." tanya Jung Nam di tengah-tengah pembicaraan pekerjaan mereka. Begini lah mereka saat berada di luar kantor. Jika bertanya tentang hubungan, kedua nya bersahabat sejak SMA sampai sekarang. "Gak usah berpikir aneh-aneh, kamu tahu saya bagaimana." sanggah Jinseok tetap fokus pada kertas di hadapan nya. Jung Nam menggeleng berdesis, "Masih belum bisa ngebuka pintu yang sudah kamu kunci itu, apa karena kunci nya sudah kamu buang. Atau kamu simpan rapat--" Jung Nam menghentikan ucapan nya dikala melihat cengkraman kontras dengan rahan Jinseok yang mengeras. Jung Nam menghela napas meletakkan laptop yang berada di pangkuan nya, "Sampai kapan? Kamu gak bisa kayak gini terus Kim. Ingat kamu seorang suami sekarang, dan kamu sudah ditugaskan buat menjaga putri seseorang." Jung Nam sedikit geram dengan sahabat sekaligus boss nya yang masih saja stuk sama masa lalu yang membuat nya melupakan masa muda nya malah menjadi laki-laki workaholik. Jinseok menetralkan nafasnya yang memburu segera meraih gelas terisi kopi, "Kalau mau membahas di luar kerjaan, lebih baik kamu balik." kata nya meletakkan gelas setelah sedikit menyesapnya. "Kim Jin--" "Kamu tidak tau rasa nya. Jadi diam selesaikan sekarang. Ku nyuruh honeymoon sedangkan saya masih di sini saja kerjaan terus datang, gimana kalau saya pergi." Kata Jinseok menyela Jung Nam yang akan terus mencerca nya dengan kata-kata yang sudah berkali-kali ia dengar. "Aku cuma mau kamu lihat sisi baik dari pernikahan ini. Mungkin sekarang kamu gak mau pusing mikirin, karena kamu sama..." "Hwang Ning." "Ya itu. Kalian dijodohkan dan aku lihat banyak kok yang berhasil, kalau mereka membuka hati. Jadi--" Tak ayal obrolan yang mungkin celotehan Jung Nam terhenti melihat Ning berjalan ke bawah membawa botol kosong. Jinseok yang bingung celotehan sahabat nya pun sedikit menoleh mengikuti tatapan pria itu. Di tengah tangga seorang gadis terlihat memainkan ponsel tanpa melihat pijakan nya. "Kalau jalan pakai mata, jangan pakai kaki nya aja. kaki gak punya mata." tegur nya lalu kembali fokus pada berkas nya. Ning yang ditegur tersentak segera melihat ke arah Jinseok yang sedang duduk dengan beberapa berkas di hadapan nya bersama... "Hai, Jung Nam, Choi Jung Nam sahabat sekaligus sekertaris dia." sapa Jung Nam melambaikan tangan ke arah Ning yang melihat ke arah mereka. Dasar nya Ning tak ingin berada dalam kecanggungan pun tersenyum lebar membalas lambaian Jung Nam dengan bow tak lupa menyerukan nama nya. "Halo Om," Jung Nam melotot sedangkan Jinseok menahan senyum nya melihat Jung Nam terlihat konyol. "Kenapa kok melotot gitu, Ning aneh ya?" Mendengar itu Jung Nam tersadar saat Jinseok sedikit menendang kaki nya. "Oh, maaf hehe. Jangan panggil om dong, aku gak tua-tua amat kok." "Terus paman, atau bapak gitu ya?" Jung Nam berusaha sabar dengan tingkah polos istri boss nya itu. Berbeda dengan Jinseok yang menutup wajah nya memakai berkas menahan tawa nya. "Jadi?" tanya Ning ingin memastikan ia harus memanggil apa pada sahabat suami nya. "Kalau umur sama kayak umur om gapapa kan, Ning manggil nya--" "Jadi kamu manggil dia apa? daddy atau?" sela Jung Nam sedikit melirik Jinseok yang juga melirik nya sinis. "Om hehe. Manggil daddy nya nanti aja kalau om nya udah nerima Ning di samping dia." Jung Nam dan Jinseok bersitatap mendengar ucapan Ning. "Ning polos gak bodoh kok hehe. Yaudah, Ning mau ngambil air dulu om, Permisi." pamit nya meninggalkan kedua sahabat yang masih terdiam. Melihat Ning akan kembali ke kamar, Jung Nam menyerukan sesuatu yang membuat Jinseok tersedak sedangkan Ning melotot."Oppa. Iya oppa. Panggil nya oppa aja, oke cantik." Senyum lebar memperlihatkan kedua lesung pipi laki-laki itu. Jinseok mengusap bibir nya kesal namun menunggu jawaban Ning yang masih terdiam. Ia ingin tahu seperti apa reaksi gadis... "Huaaa...akhir nya Ning punya oppa juga. Ibu harus tau sekarang! Eh, tapi ini udah malem biasa nya ibu sama ayah udah tidur." Di luar ekspektasi memang. Jinseok kira gadis itu akan menolak seperti yang ia lakukan pada nya. Tapi malah bertepuk tangan antusias. "Kamu senang," "Iya. Oke oppa, om. Ning mau ke kamar lagi pai-pai. Nanti Ning ganti nama kontak nya jadi Jung Nam oppa." Kata Ning segera kembali ke kamar meninggalkan kedua nya. Jung Nam terkekeh gemas melihat gadis itu sedangkan Jinseok yang tadi nya masih bingung dengan karakter gadis yang sudah menjadi istri kembali fokus. "Dia lucu." Kekeh Jung Nam menggeleng pelan lalu meraih laptop nya. "Bodoh, iya." Batin Jinseok berusaha tak peduli. ☘️ ☘️ ☘️ "jung Nam oppa hehe." Gumam ku melihat nama kontak yang sudah aku ubah. Yang ku katakan memang benar, untuk pertama kali nya aku memanggil orang lain dengan oppa. kalau bertanya apa aku tak punya keluarga lain yang bisa panggil oppa atau kakak, itu benar. Ayah dan ibu sama-sama tumbuh di panti asuhan sudah bisa ditebak bukan akan seperti apa akhir nya. Kalau pun dari orang-orang panti, mereka sudah putus kontak saat ibu dan ayah memutuskan keluar dari sana setelah menikah. Kalau saja pemilik panti masih hidup mungkin kami masih bisa silaturahmi, namun beliau sudah ke pangkuan Tuhan. Aku berbaring menatap layar handphone dimana foto ibu dan diriku dengan ayah memeluk kami dari belakang. Foto itu kami ambil di hari kelulusan aku dan sebelum semua nya seperti sekarang. Tak terasa air mataku keluar, aku merindukan mereka. Tidak ingin Om Kim dan Jung Nam oppa mendengar isakan ku yang mungkin saja tidak akan mereka dengar, aku menenggelamkan wajah di boneka pemberian ayah agar suara nya tenggelam. Mungkin karena lelah menangis, aku pun tertidur lelap tanpa tau apa-apa lagi. Cklek! Suara pintu kamar terbuka, seseorang masuk ke kamar Ning. Tatapan nya mengarah pada kedua pipi lembab gadis itu. "Dia menangis karena apa?" batin nya pelan-pelan menyelimuti Ning lalu kemudian keluar. ~♥~'ORANG PERTAMA'~♥~ 08:24, Seoul. Young Suk membantu Yoo Na meminum obat setelah sarapan mereka. Kesehatan Yoo Na akhir-akhir ini sedikit terganggu. "Aku akan menyuruh anak dan menantu kita untuk mampir." kata Young Suk berharap sang istri sedikit ceria. Yoo Na mengangguk, "Sekalian aja undang Tuan Hwang dan istri nya biar kita makan malam di sini." saran nya menyodorkan gelas nya pada Sang suami. "Iya aku akan menghubungi mereka, dan meminta Bibi Lee menyiapkan semua nya nanti. Untuk sekarang kamu istirahat biar nanti malam bisa duduk di tengah-tengah kita." Yoo Na pun mengangguk membiarkan Young Suk menyelimuti nya kemudian keluar tak lupa mengecup kening nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD