ORANG PERTAMA bab 4 : Dunia baru

1496 Words
~♥~'ORANG PERTAMA'~♥~ Aku dan Om Kim berada dalam mobil menuju pertemuan yang akan ia hadir walau dalam masa cuti pernikahan, namun seperti nya sangat mendesak sekaligus membawaku ke universitas yang akan aku tempati untuk mengejar ilmu lebih jauh lagi. Aku melihat keluar jendela menatap kota seoul yang tampak sangat sibuk dan segera menoleh mendengar seruan Om Kim. "Saya mungkin akan sedikit lama dalam pertemuan kali ini, kalau ada apa-apa hubungi saja. ponsel saya akan tetap aktif." Kata nya tetap fokus menatap kedepan. Aku mengangguk, "Om, Ning bisa gak berbaur sama mereka. Ning takut--" Sebelum menyelesaikan apa yang akan aku katakan, Om Kim menyela, "Kamu sudah dewasa bukan, kamu bisa membedakan mana yang baik dan buruk seperti apa. Kamu takut sama mereka, kenapa sama saya gak?" Om Kim benar. Tapi tetap saja, "Om adalah dunia baru bagi Ning. Ning yakin Om gak akan nyakitin Ning seperti mereka." Aku melihat nya terkekeh mendengar ucapanku berbeda denganku malah bingung melihat nya. "Bagaimana kamu yakin kalau saya gak akan nyakitin kamu nanti nya?" Om Kim benar lagi. Dari mana datang nya keyakinan yang ku peroleh ini? "Saya dan kamu baru--" "Karena Om suami Ning. Apa Ning gak boleh berharap kedepannya baik-baik saja?" Aku ingin tau jawaban seperti apa yang akan Om Kim katakan kali ini. Apa seperti yang aku harapkan atau, "Tidak. Dunia ini luas apalagi untuk gadis sepertimu, kamu boleh bermimpi seluas apapun tapi jangan mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Kita tidak akan tau seperti apa kedepannya." Om Kim menoleh melihatku sebentar kemudian kembali fokus. "Kita bisa jadiin yang gak pasti jadi pasti kalau berusaha kan," "Kamu benar. Tapi saran saya, lihat dan dengarkan bagaimana dunia ini berbicara karena bisa saja kamu menemukan dunia baru yang bisa membuatmu lupa dengan segalanya. Di saat itu terjadi, kamu akan tau dunia orang dewasa lebih jauh dari kata-kata yang bisa digambarkan. Dan kamu bisa bebas memilih." Kata-kata Om Kim membuat d**a aku merasa sedikit entahlah...ada perasaan yang tidak bisa aku gambarkan di sini. "Sudah sampai." Kata Om Kim membuyarkan lamunan ku.Sebelum turun Om Kim menyodorkan tangan, "ponsel kamu?" Ah benar juga, aku ataupun dia belum punya kontak masing-masing. Segera ku keluarkan benda itu dari tas dan memberikan nya pada Om Kim. Selagi Om Kim mencatat kontak nya, kutatap lamat-lamat wajah nya dari samping. Gestur wajah nya benar-benar sempurna, rasa nya aku ingin menyentuh bulu mata nya yang sedikit lebat. "Aku janji akan membuat dunia baru itu bersama Om." "Nomor sekretaris saya juga disini. Kamu bisa menghubung nya kalau saja saya tidak menjawab panggilan mu." kata nya kembali membuyarkan lamunan ku yang sedang mengagumi sosok nya. "Ah...iya...makasih om." "Buat?" "Eh? ah, hehe... Makasih aja udah nganterin Ning ke sini. Sampai jumpa Om." Dasar bodoh bisa-bisa bertingkah konyol di hadapan nya seperti itu. Karena malu, aku merampas ponsel di tangan nya dan segera keluar dari mobil. "Hati-hati." Mendengar itu membuat aku tersenyum melambaikan tangan kemudian berbalik meninggalkan Om Kim yang masih berada di depan universitas. ~♥~'ORANG PERTAMA'~♥~ Kim sedikit menurunkan kaca mobil ingin melihat seperti apa Ning menghadapi dan melihat dunia yang ia inginkan. Sepintas Kim mengingat kembali ucapan Ning pada nya, "Om dunia baru bagi Ning. Karena Om suami Ning." Ia menghela napas entah apa yang ada di pikiran nya sampai kedua tangannya mencengkram stir mobil dengan erat. "Perjalananmu masih panjang, kamu bisa menemukan orang lain yang akan membuatmu nyaman. Jika itu datang, saya pasti akan melepaskan kamu. Saya dan kamu berbeda. Saya akan membuat keyakinan mu untuk pernikahan ini hilang." Setelah itu Kim pun segera pergi dari sana, ia yakin Ning akan baik-baik saja dan akan menemukan teman melihat bagaimana gadis itu yang terlihat friendly. Beberapa menit kemudian, Kim telah sampai di depan gedung K.A COMPANY untuk mengambil berkas sebelum pertemuan nya dengan klien yang Jung Nam katakan. Kim berjalan sedikit cepat kedalam gedung, para security memberi hormat begitu ia masuk dan segera menuju lift. Saat lift terbuka dan dengan kaya sedikit arogan tak lupa tatapan dingin datar nya, Jinseok berjalan melewati beberapa karyawan wanita yang mengagumi ketampanan nya. "Selamat siang pak Kim." Sapa para salah satu karyawan wanita di sana. Jinseok yang mendapat sapaan seperti itu hanya diam, enggan membalas sapaan yang menurutnya tidak penting dan membuang-buang waktu saja. Tanpa mengindahkan karyawan nya, Jinseok berlalu masuk kedalam ruangan nya dimana Jungnam menunggu. "Kamu bilang ketemu di tempat pertemuan aja, kenapa malah kemari? ingat, kamu masih cuti." kata Jungnam menatap Kim membuka lemari penyimpanan berkas milik nya. "Mau bagaimana lagi, proyek dari Tuan Lee sedikit beresiko dan harus diselesaikan sebelum mereka mencabut kontrak begitu saja." dan Jinseok tak suka pekerjaan nya hanya setengah-setengah. Apapun proyek yang ia dapatkan harus selesai bagaimana pun cara nya. Sedangkan tanah yang mereka bicarakan ini memang sedikit beresiko, dengan ada nya perseteruan antar saudara. Sangat disayangkan mereka saling berebut harta tanpa memikirkan perasaan tertua yang sebenar nya masih hidup walau dalam keadaan sakit. Maka dari itu, Tuan Lee sebagai anak tertua ingin menyudahi perseteruan mereka dan meminta bantuan dari K.A COMPANY. Dengan bantuan perusahaan Jinseok, mereka berharap akan ada solusi untuk menyelesaikan itu semua. Saat ini, Jinseok sudah berada di restoran tradisional untuk mengadakan pertemuan dengan Tuan Lee. "Bagaimana Tuan Kim, apa ada solusi untuk tanah itu?" tanya Tuan Lee menatap Jinseok yang tampak mempelajari berkas-berkas. "Dan maaf saya karena meminta bertemu seperti ini." Tuan Lee merasa tak enak hati karena dia tau, Jinseok sedang cuti pernikahan. Bagaimana dia tau? itu karena Jin Seok pewaris tunggal K.A COMPANY, dan masuk dalam daftar jajaran posisi ke-5 perusahaan tersukses di korea selama Jinseok yang memegang posisi CEO menggantikan sang ayah. Tentu saja itu menjadi bahan media dalam dunia perbisnisan. Jinseok tersenyum simpul menyerahkan berkas itu pada Tuan Lee. "Begini pak, anda bisa melihat berkas yang kami kumpulkan. Menurut pengacara kami, berapapun tanah yang ada tidak akan bisa dibagi jika kedua orang tua masih hidup. Bagaimana pun keadaan nya." Mendengar penjelasan Jinseok, Tuan Lee menghela napas menunduk. "Tapi ada satu yang bisa kita lakukan dan itu butuh persetujuan dari orang tua bapak." sambung nya seakan memberi harapan pada laki-laki paruh baya di hadapan nya itu. "Apa itu?" "Dari pada tanah orang tua anda di jual, lebih baik anda di jadikan lahan untuk bercocok tanam. Bukan hanya itu, kamu tau tidak mudah untuk melakukan hal itu, melihat potensi pencocokan taman sekarang sedang menurun karena cuaca, akan lebih baik jika kalian membicarakan nya untuk membangun sesuatu seperti perumahan untuk disewakan." Kini giliran Jungman yang memberi penjelasan pada Tuan Lee. Selagi Jungman menjelaskan secara rinci lagi, Jin Seok sesekali melirik handphone nya yang berada di atas meja. Entahlah dia menunggu panggilan dari istri nya atau orang lain yang pasti dia sedikit aneh mungkin di mata Jung Nam yang sedari tadi mencuri-curi waktu dengan meliriknya. ☘️ ☘️ ☘️ Konkuk University, 13:45, seoul. Sedangkan di tempat yang berbeda, Ning sudah mulai terbiasa dengan sekitar nya dan juga terbiasa dengan laki-laki walau sedikit risih. "Kenapa kok kayak risih gitu?" ~♥~'ORANG PERTAMA'~♥~ Jika bertanya dia siapa, dia Go Han Sung. Laki-laki bermata hitam pekat kalau saja dia tak memakai lensa mata karena mata nya yang mines. Sejak aku memasuki gedung, bahkan saat sedang melihat-lihat, entah perasaan aku saja atau memang dia mengikutiku. Sampai dimana dia membuat aku sedikit terkejut dan ketakutan dengan menghalangi jalanan aku. Dia mengulurkan tangan tidak lupa menyebut nama bahkan laki-laki itu tersenyum polos. "Masih takut ya sama aku," tanya Han Sung melihat wajahku yang sedikit tak..."Maaf deh. Tadi tuh aku cuma mau kenalan terus ngajak temenan, gak ada niat buat jahatin kamu nya kok. Beneran deh." Aku akui wajah memelas nya membuat ku sedikit tak tega. Aku menghela napas, "Ya udah aku maafin. Lain kali jangan gitu ke orang lain, entar malah kamu sendiri yang kena marah." Han Sung mengangguk semangat tersenyum lebar melihat ku."Yaudah sekarang mau kan jadi teman Han Sung," Kata nya kembali menyodorkan tangan pada ku. Aku dengan senang hati menerima uluran tangan Han Sung pun tersenyum, "Hwang Ning mahasiswa baru." "Salam kenal Nona Hwang, hehe." Aku mengangguk dan melepaskan tautan tangan kami. Disaat aku dan Han Sung saling berbagi cerita, ponsel ku bergetar sebuah pesan masuk. Astaga seperti nya aku lupa sesuatu, harus nya aku mengabari Om Kim walau hanya pesan saja. Dasar Ning bodoh. -Om Kim?- "Saya sudah di jalan pulang." "Ah, oke Om. Ning tunggu di parkiran tadi ya." Om Kim Offline Ish, gak ada basa-basi nya dasar orang tua. Dengan kesal aku meletakkan handphone ku di atas meja yang memang sejak tadi kami berdua berada di kantin. "Eh, eh?" Ucapku bingung Melihat Han Sung tanpa permisi meraih benda itu kemudian memasukkan kontak begitu saja. "Kontak kamu udah ada sama aku, itu awal dari pertemanan." Terdengar tulus membuat ku tanpa ragu mengangguk. " Kalau gitu aku duluan, sudah ada yang jemput. Sampai jumpa minggu depan." tanpa menunggu jawaban nya, aku segera berlari keluar kantin tak lupa meraih ponselku dari tangan nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD