ORANG PERTAMA bab 9 : Om Pedas

1202 Words
~♥~'ORANG PERTAMA'~♥~ 13:45, Seoul. Satu jam lima menit sebelum berangkat, Ning terus saja mendengus kesal. Gadis itu tak henti henti nya misuh-misuh tidak jelas di ruang tamu. Jinseok yang berada di sana berusaha sabar, tetap mengerjakan pekerjaan nya tak peduli dengan apa yang gadis itu lakukan. Decakan, gumanan, erangan kesal terus saja Ning keluarkan. Kalau bertanya ada apa dengan nya, jawaban nya hanya satu, yaitu bosan menunggu. Astaga, gadis itu benar-benar menyebalkan di benak Jin Seok. Ia sedikit melirik saat Ning dengan kesal menenteng hanbok nya ke arah dapur mencari cemilan yang akan menemani kebosanan nya. Helaan napas lagi-lagi Jin Seok keluarkan mendengar hentakan kaki Ning yang duduk di hadapan nya. Kepalan kesal ia pun bertanya, "Kenapa sih, saya lagi kerja loh ini. Butuh ketenangan. Udah mending kamu ke kamar tidur nanti saya bangunin." ini sih bukan bertanya tapi bertitah. Ning yang juga kesal, "Kerja mulu perasaan. Ayah juga kerja kantoran gak segitunya juga kali om. Kata Ayah kalo di rumah diam aja gak kerja. Karena, rumah tempat istirahat bareng keluarga. Bukan buat kerja." omel nya bersedekap d**a merenggut. "Udah ngomel nya?" "Belum." Jin Seok belike lagi -_-# "Jawab sekarang kamu kenapa? Saya lama-lama kesel loh dengar--" "Cemilan nya habis, Ning bosen nunggu satu jam lagi. Emang gak boleh ya kita berangkat sekarang aja? Ning udah bosen gak ngapa-ngapain. Mana hanbok nya udah rada kusut lagi." eluh nya semakin merenggut menatap Jin Seok berharap laki-laki itu mengerti diri nya… "Yang nyuruh kamu pakai hanbok nya kecepetan siapa? Gak ada kan. Ya Udah salah sendiri." "OM." Jin Seok tersentak hampir saja menjatuhkan kan laptop nya. Ia melempar tatapan tajam ke arah Ning yang juga memicingkan mata. Mata bulat gadis itu menyipit dengan mulut lagi-lagi merenggut. Melihat wajah Ning yang berbeda dari biasa nya, ia akui dalam hati pun ia memuji keimutan gadis itu. Sekarang pun, Jin Seok menahan diri dan tetap stay cool. Padahal mah, dia sudah gemas. "Dasar jelek." gumam nya kembali fokus, lebih tepat nya berusaha fokus pada pekerjaan nya. Ning yang mendengar gumaman Jin Seok pun tak mau kalah. "Mending jelek udah laku. Banyak kok di luar sana cantik tapi gak laku. Gak kayak Ning, Ning udah punya suami dan itu Om. Berarti istri om jelek. Rasain wlee." ujar nya memeletkan lidah, benar-benar membuat pertahan Jin Seok gagal. Laki-laki itu segera berdiri, "Saya siap-siap, kita ke rumah mama sekarang." ucap nya berlalu pergi meninggalkan Ning yang berseru senang. Untuk sekarang Jin Seok menyerah menghadapi gadis seperti Ning Ning. ° ° ° Ning dan Jin Seok sudah berada dalam perjalanan ke kediaman Kim. Senyum gadis yang berada di samping Jin Seok tak pernah luntur selama mereka meninggalkan rumah. Ning yang terlalu senang pun tak bisa menyembunyikan senyum nya. Terlalu bahagia ingin segera bertemu Dong Ho dan juga Ji Min. "Senang?" tanya Jin Seok sedikit melirik Ning Ning. "Sangat hehe. Udah lama bangat Ning gak ketemu ibu sama ayah, mereka berdua juga gak ngasih kabar sama sekali. Kesal Ning tuh," gadis itu kembali merengguk mengingat selama ia berada di rumah Jin Seok, Dong Ho maupun Ji Min tak menghubungi nya sama sekali. Jin Seok malah memutar bola mata nya jengah, "Dua hari di bilang lama, apaan." bisik nya kembali fokus menyetir. "Oyah om, Ning mau ngasih tau sesuatu." "Hu'um," "Tau gak," "Gak!" Plak! "Aduh apa sih. Yang sopan ya, jangan asal mukul orang. Apalagi lagi nyetir gini." tegur Jin Seok setelah mendapat pukulan di lengan nya. "Mohon maaf om, yang gak sopan siapa? Yang memotong omongan orang siapa? Ish." cercah Ning mendelik kesal ke arah Jin Seok. "Karena saya memang tidak tahu." "Ya makanya dengerin dulu sampe selesai ya Tuhan, jangan asal dipotong aja." geram Ning memegang erat tali tas namun tatapan tajam mengarah ke Jin Seok. Ia sempat berpikir, ada apa dengan laki-laki di samping nya itu. Kemana mulut pedas nya dua hari yang lalu? Apa dia salah makan? Tapi kan yang memasak dia sendiri bukan siapa-siapa apalagi diri nya. Jin Seok menghela napas, "Yaudah apa?" "Gak jadi, Ning udah gak mood buat ngasih tau om. Om jadi nyebelin sekarang." ucap nya memejamkan mata. "What ever." batin Jin Seok. ~♥~'ORANG PERTAMA'~♥~ Melihat mobil Jin Seok sudah tiba, Yoo Na keluar menyambut sang anak dan juga menantu nya dibantu oleh besan yang perempuan. Orang tua Ning ternyata sudah tiba sejak tadi, karena berniat membantu besan mereka setelah mendengar Yoo Na sedang tak sehat. Ning yang keluar dari mobil bersama Jin Seok melangkah dengan tempo cepat melihat sang ibu menunggu mereka berdua. "Ibu." desis nya segera memeluk Ji Min yang juga menunggu pelukan dari sang anak. Yoo Na mengusap pucuk kenapa menantu nya tersenyum melihat kedua nya. Isakan kedua nya menghentikan langkah Jin Seok. Laki-laki itu mengingat ucapan Jung Nam malam itu sebelum kembali. "Kalau kamu gak bisa membuka hati untuk mencintai nya, cukup kamu berikan dia tempat di pintu lain sebagai adik atau teman. Gak perlu cinta, cukup sayangi dia. Bagaimanapun, dia putri dari orang tua dan kesayangan mereka." "Benar. Saya cukup menjaga nya sebagai kakak dan teman, bagi nya itu sudah lebih dari cukup kan," batin nya mengalihkan tatapan nya ke arah sang Mama. "Ma, mending kita masuk sekarang. Mama masih butuh istirahat. Ayo ibu, Ning." ajak nya segera merangkul sang Mama membawa nya masuk disusul Ji Min bersama Ning. "Ayah mana?" tanya Ning tak melihat Dong Ho di sana. Ji Min terkekeh, "Ayah di taman belakang lagi bantuin papa mertua kamu." jawab nya mengecup kening sang anak. Ia tahu betul Ning pasti merindukan Dong Ho ayah nya. Ning beralih menatap Mama Yoo Na yang tengah duduk di bantu oleh Jin Seok. Melihat Jin Seok sedikit kesulitan, ia dengan cepat membantu sang suami. Jin Seok yang melihat itu terdiam sebentar, berbeda dengan Ji Min dan Yoo Na. Mereka tersenyum hangat. "Makasih sayang." ucap Yoo Na mengusap pipi Ning dan juga putra nya Jin Seok. "Sama-sama Mama." balas Ning tak lupa melempar senyum pada ibu mertua nya. "Kenapa gak kerumah sakit aja sih Ma. daripada gini terus, yang ada makin parah." desak Jin Seok tidak tega melihat sang Mama semakin lemah seperti sekarang. "Mama--" "Mama kamu mana mau Jin, terlalu sayang sama uang." potong Young Suk yang datang dari belakang bersama Dong Ho yang terkekeh mendengar candaan nya begitu juga Ji Min. Berbeda dengan Yoo Na malah mendelik tak suka pada sang suami, "Apa sih, gak jelas deh." ketus nya yang hanya dibalas kekehan dengan yang lain. "A-ayah," Tatapan mereka beralih pada Ning yang tampak berkaca-kaca berjalan ke arah Dong Ho yang merentangkan tangan siap menerima pelukan sang anak kesayangan. Ning terisak dalam pelukan sang ayah. Semakin terisak dikala Jin Seok memberi celetukan, "Manja deh." tak peduli dengan suara isakan Ning. Berbeda dengan kedua pasangan paruh baya itu, malah terkekeh melihat pertengkaran kecil mereka. "Hei, suara nya cempreng. Bisa di pelangin sedikit gak," ledek Jin Seok "HUAAAA...LIAT KAN, OM NYA--." "OM!" Jin Seok lagi-lagi belike-_-# Ning melonggarkan pelukannya, menunjuk Jin Seok yang memasang wajah datar. "Iya dia om nya. Om pedes." sesenggukan menatap sang ayah. "Hei gak boleh gitu." tegur Dong Ho terkekeh gemas kembali memeluk sang putri sedangkan orang tua Jin Seok sudah tertawa sejak tadi bersama Ji Min.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD