bc

Fate

book_age16+
0
FOLLOW
1K
READ
dark
reincarnation/transmigration
fated
second chance
dominant
bxg
mystery
another world
cruel
shy
like
intro-logo
Blurb

Valerie adalah gadis lugu yang cantik dan lucu. Ia memiliki kebiasaan yang sangat jelek yaitu suka sekali menangis dan bahkan sangat manja. Kehidupannya yang begitu mewah dan sangat menyenangkan kan dia dapatkan dengan mudah.

chap-preview
Free preview
Valerie
Untuk hari ini, Izinkan aku terus bersamanya Terima Kasih :) Gadis dengan rambut tergerai halus itu menutup diarynya. Ia tersenyum mengusap diary yang telah menemani masa remajanya. Walaupun zaman sekarang jarang ada orang orang yang menggunakan alat tulis untuk menyampaikan emosi yang ada pada dirinya. Kemudian ia turun ke bawah. Dimana meja makan yang telah selesai ditata rapi. Dengan buah sebagai penghias di tengah meja. Membuat mata segar seketika memandangnya. Valerie mendekati dapur. Menyiapkan makanan yang akan dia bawa ke sekolah. Meletakkan hidangan itu dengan rapi. "Mau kemana nih tuan putri?," tanya pemuda dengan wajah bulenya. Pemuda itu datang ke rumah gadis yang menjadi tetangga sekaligus sahabatnya itu. Si gadis malah tersenyum dan meletakkan tempat makan itu. Kemudian menatap sahabatnya itu memandang pemuda yang tengah bersandar di kulkas dengan tangan di lipat di d**a. "I want to give it to my boyfriend," "For me?" "In your dream,Maraka" Valerie tertawa pongah dengan Maraka yang berlagak memegang dadanya yang sakit. Kemudian gadis itu menyusunnya dan memasukkan ke dalam tempat makanannya. "Morning Lov," sapa seorang pemuda Jangkung dengan lesung Pipi yang melubangi di kedua pipinya. Membuat lelaki keturunan Korea itu makin tampan dan manis dalam waktu bersamaan. Lelaki yang di panggil Jeffry itu duduk di bangku makan. Tepat di samping adik tersayangnya. "Morning," kata itu di lontarkan oleh kedua orangtua Valerie yang kini sudah duduk di bangku makannya. Maraka dan Valerie ikut duduk di tempat makan itu. Kemudian mulai menyendok kan nasi goreng buatan Mama Valerie yang tiada Tara. Maraka sering datang kerumah Valerie hanya sekedar sarapan. Sudah menjadi kebiasaan kecilnya yang suka mampir ke rumah sang sahabat. "Hows your day,Maraka. Kamu jarang loh kesini lagi," tanya sang Papa yang kini menatap Maraka yang duduk di seberangnya. Maraka tertawa. Lalu menatap Valerie yang masih makan dengan tenang,"Gimana Om. Anak gadis om udah ada yang punya. Mau kesini bawaannya mikirnya kerumah cewek orang," "Ish apaan kamu sih. Dia nih sahabat kamu. Gak mungkin Nathan marah karena itu. Pasti dia pahamlah. Ya kan, Lov?" ujar sang Mama. Valerie hanya diam dan tersenyum. Kemudian melanjutkan memakan makanannya. Jeffry, sang kakak menatap adiknya yang kini makan dengan lambat. Lalu tersenyum kecil menanggapi perkataan konyol Maraka. Setelah acara sarapan, ketiganya memilih pergi ke sekolah. Valerie dengan sang Kakak dan Maraka dengan motornya. Valerie hanya diam di dalam mobil. Menatap kota Bandung yang kini sudah semakin sesak. Teknologi zaman sekarang sudah tak di ragukan lagi. Bahkan mobil sekarang sudah di penuhi teknologi yang makin membuat geleng geleng kepala. Mata Valerie menatap pada hoverboard yang membuatnya tersenyum. Lalu melihat dengan seksama sambil tersenyum senang. "Kamu mau pakai itu lagi?" Jeffry menanyakan sang adik yang masih menatap barang kesukaannya itu. Valerie mengangguk dengan mata berbinar binar. Membuat Jae terkekeh pelan dan mengusap rambut adiknya dengan lembut. "Sayang, entar kamu jatuh lagi. Abang gak mau loh kamu jatuh terus. Kamu bilang gak papa. Tapi Abang yang sakit litany.” Valerie merengut dan membuat Jae kembali gemas dan mencium pipi sang adik. Valerie memeluk lengan sang kakak lalu mencium pipinya. "Satu aja ya. Lov pengen banget pakainya. I'm really like it Oppa," "Najung-e abeojiwa eomeoniege," (Nanti kakak tanyakan pada ayah dan ibu ya) "Ahhh gomawo Oppa. Oppajega choegoibnida. salanghae," (Ahh terimakasih kakak. Kakak memang yang terbaik. Aku mencintaimu) Jeffry hanya terkekeh lalu mencium puncak kepala sang adik. "NatNat," teriak cewek berbadan mungil sekitar 155 cm. Ia berlari ke arah Nathan. Cowok yang di panggil oleh cewek tersebut. Nathan menatap datar gadis berambut panjang sepinggang itu. Gadis yang dengan nafas ngos ngosan karena berlari mengejar Nathan. Gadis tersebut menundukkan tubuhnya dan mengatur nafas nya. Di pukulnya dadanya dan ia memejamkan mata sebentar kemudian menatap Nathan dengan mata berbinar. Seakan ia baru saja menjumpai orang tertampan di dunia. "Kamu di panggil nggak jawab," ucap Cewek tersebut dengan nafas yang masih tersengal. "Maaf, kamu kenapa harus lari, Lov?" tanya Nathan dengan nada khawatir. "Ya gimana kamu di panggil gak jawab," ucap Valerie sembari mengerucutkan bibirnya manyun. Nathan yang gemas kemudian mengusak rambut sang kekasih. Membuat Valerie terkesiap dan memukul lengan Nathan. Nathan hanya terkekeh. Entah kenapa, saat bersama Nathan hanya ada kebahagiaan yang terjadi. Perasaan yang selalu membuncah, membuat keduanya selalu berada di zona seakan tak akan terganggu. "Maaf, lagipula aku pakai headset," jawab Nathan. Cewek tersebut semakin mengerucutkan bibirnya. Dan tak lama ia mengeluarkan satu kotak bekal makanan. "Nih buat kamu. Hari ini aku buatin sandwich. Ya aku gak tau mau buat apa. Kamu sih makannya sarapan tau di rumah," "Aku sempatin. Makasih Lov," "Sama sama, Jagrata pacarnya Valerie Ashana yang paling imut and lucu," jawab Valerie dengan sudut mata yang menipis dan lesung pipit yang melubangi kedua pipi cewek pendek tersebut. Valerie diam dan menatap Nathan yang tengah mengeluarkan ponsel yang berada di lengannya. Kemudian menatap Valerie kembali. Nathan menarik tangan Valerie dan mendudukkannya di bangku nomor 4 dari 6 bangku di dekat jendela. Ia suka pada ruangan yang memiliki jendela. Katanya ia bisa menikmati pemandangan alam yang di sajikan oleh Tuhan. Bahkan ia kadang menggambar jika pelajaran yang ia tak sukai mulai. Contohnya pelajaran Sejarah Indonesia. Pak Botak, sapaan untuknya karena rambutnya yang telah pupus. Namun, walau ia sudah tua ia akan tetap jahil. Menggoda para siswi dan membuat Valerie geli sendiri. Maka dari itu ia lebih memilih menggambar dan melukisnya. Hatinya lebih tenang saat ia mendeskripsikan apa yang di pikirannya ke dalam sebuah karya seni. "Lunch together, you wanna?" "Emm, I wanna call you if I can, " "Pokoknya usahain bisa ya! No reason!," "Iya, Aku keluar ya," ucap Nathan dan di angguki oleh Valerie. Ia tersenyum melihat sang kekasih yang masuk ke kelasnya di kelas XI IPA 1. Sedangkan Valerie di kelas XI IPA 2. Kelas mereka hanya berbeda oleh 1 kelas. Maka dari itu terkadang mereka bisa bertemu atau bertegur sapa. Bunyi bel telah berbunyi dan menandakan sekolah sudah masuk. Valerie menatap ke depan yang sudah ada seorang guru cantik yang mengajar bahasa Inggris. Guru yang jarang marah dan ramah terhadap siapapun. Naina, nama guru berumur sekitar 23 tahun itu. Banyak yang suka dengan Bu Naina. Mereka selalu menginginkan guru tersebut masuk ke kelas mereka setiap hari. Apalagi para murid laki laki. Pasti mereka akan menggoda guru tersebut. Bu Naina menyuruh semua murid membuka buku pelajarannya. Pelajaran pun telah di mulai dengan murid yang semangat karena sang guru yang cantik dan ramah tersebut. Valerie mulai membuka bukunya sambil terus tersenyum. Arun, teman sebangkunya saja bisa merasakan aura kebahagiaan yang terpancar di diri Valerie. "Kamu senang banget kayaknya," Valerie tertawa kecil,"Tadi pagi aku mengantar makanan untuk Nathan. Sumpah dia kok gantengnya kebangetan ya?" Arun hanya tertawa saja mendengar celotehan Valerie. Ia tau sebagaimana besar cinta Valerie untuk Nathan. Oh ya jangan lupakan. Satu sekolah bahkan tau bagaimana seorang Ashana mencintai sang Jagrata. Itu yang membuat keduanya menjadi pasangan sempurna untuk orang orang. "Makin hari makin sayang sama Nathan. Kayaknya aku gak bisa hidup tanpa dia deh, Arun," "Toxic!," Sahutan itu asalnya dari belakang. Ya, Zoya yang mengatakannya dengan suara berbisik. Membuat Valerie jengkel dan memutar tubuhnya. Membawa satu buku dan memukul kepala Zoya. "Zoya, Valerie. Mau ibu hukum?" tegur Bu Naina dengan lembut. Zoya dan Valerie sudah sering bertengkar. Hal yang sangat wajar bagi penghuni kelas. Dan teman sebangku Zoya akan sedia mengambil Snack dan memakannya sembari melihat pertaruhan darah tersebut. Ah, nikmatnya melihat orang bergelut. "Bu, sebelumnya saya mau bertanya Bu. Tapi tolong di jawab Bu. Karena jiwa petualang alias jiwa mengghibah saya tengah menggebu gebu," "Please to the point," "Sabar bule," ucap Ichi pada Valerie. Dia tak sadar ya, yang bule itu dirinya. Bukan Valerie. Ichi menarik nafas kemudian menggebrak meja. Dengan mengambil dasi di lehernya lalu mengusap hidungnya yang entah mengeluarkan apa. Lalu meraung sambil mengusap matanya. "Kenapa sih Bu di sinetron azab itu. Suami selalu nyiksa istrinya. Eh tapi kameramennya gak ada yang mau niat bantuin gitu bu. Dimana coba letak keprimanusiaannya Bu. Saya sangat sedih Bu," Bu Naina hanya menatap datar Ichi. Sudah lelah dengan tingkah anehnya. Entah apa manfaat gadis bule itu mengatakan itu. Yang jelas sekarang hanyalah suara baku hantam yang terdengar di kelas sembari meneriakkan gadis dengan rambut kuncir kuda itu. Bagus anak anak. Saya akan di pecat setelah ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TAKDIR KEDUA

read
26.9K
bc

Takdirku Menjadi Lelaki Kaya

read
4.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

My Secret Little Wife

read
98.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook