bc

Ketika Preman Sekolah Jatuh Cinta

book_age12+
849
FOLLOW
5.1K
READ
tomboy
confident
student
sweet
humorous
highschool
first love
school
like
intro-logo
Blurb

Genggaman erat Eza pada tangan Aisyah pun menunjukkan semuanya. Semua keseriusannya untuk nggak lagi melepas Aisyah.

Akan ada waktu dimana aku akan terlalu mempedulikanmu. Dan akan ada waktu di mana aku terlalu mengabaikanmu. Tapi nggak akan pernah ada waktu di mana aku berhenti mencintaimu.

chap-preview
Free preview
Kena Deh ...!
"Satu, dua, tiga, ya ampun masih banyak bangettt!" keluh Aisyah begitu melihat sekitar lima nomor belum dia kerjakan. Aisyah merebahkan kepalanya di meja, menyerah dengan soal fisika yang hampir 20 menit nggak bisa dia selesaikan. Nasib-nasib baru jadi murid baru sudah dapat hukuman. Fisika buat Aisyah seperti momok yang sangat mengerikan. "Hey, lo murid baru?" celetuk seorang gadis duduk di sebelah Aisyah. Aisyah hanya menoleh lalu melempar senyum mengangguk. Buat sekarang dia lagi nggak mood dengan yang namanya berkenalan. Dalam hati Aisyah mengumpat berkali-kali karena abangnya, Ali sama sekali nggak menepati janji buat membangunkannya lebih awal. Lagi pula juga, gimana bisa sih di hari pertama murid baru datang sudah dikasih hukuman. Dasar guru resek. Aisyah bersumpah dia akan kasih pelajaran buat guru resek satu itu. "Gue Rena," dia mengulurkan tangannya, sebentar Aisyah diam, meletakkan bolpoinnya dan membalas uluran tangan Rena. "Aisyah, eh Ren gue boleh tanya sesuatu nggak?" tanya Aisyah tiba-tiba, Rena hanya mengangguk tersenyum mempersilahkan Aisyah untuk bertanya. Aisyah yang merasa dapat kesempatan pun, langsung memulai mencari tahu tentang guru yang tadi pagi mengerjainya itu. "Gini Ren, gue kan murid baru, tadi gue datang jam 9. Nah pas di depan gerbang ada guru yang udah standby aja di belakang gue, dia bilang gue telat dan harus dihukum. Gue udah jelasin kalau gue ini murid baru. Tapi beliau nggak percaya, terus kasih hukuman ngerjain soal fisika ini!" terang Aisyah pelan tapi terdengar jelas, menunjukkan soal fisika yang baru dua nomor dia kerjakan. "Guru? Siapa?" tanya Rena mengerutkan kening. "Guru, cowok, dia masih muda kok. Putih, tinggi, hidungnya mancung, pokoknya ganteng deh," Jelas Aisyah semakin antusias. Tapi parahnya Rena hanya melongo, dia sepertinya asing dengan pernyataan Aisyah tentang kriteria guru itu. "Ren, lo tahu kan orangnya?" tanya Aisyah lirih memastikan. Dan, haisttt Aisyah langsung menundukkan kepalanya saat Rena menggelengkan kepala. "Masa lo nggak tahu sih, lo bukan murid baru kan?" tanya Aisyah mulai emosi, agaknya dia mencium hal janggal di sini. "Gue udah dua tahun sekolah di sini, dan nggak ada guru yang se-perfect itu, kalau murid banyak, tapi kalau guru ...," Rena memandang Aisyah dengan tatapan nggak percaya, Rena pikir Aisyah ini mengigau atau apalah. Rena yakin kalau nggak ada guru dengan kriteria seperti itu di sekolahnya. "Ayo ikut gue, gue tunjukin gurunya ..." ajak Aisyah langsung menarik tangan Rena keluar kelas. Kebetulan ini pas jam istirahat. Jadi pasti orang yang dimaksud Aisyah ada di ruang guru. Aisyah tarik tangan Rena menyusuri koridor menuju ruang guru. Napas Aisyah terdengar memburu, langkahnya begitu cepat sampai Rena yang notabene cewek kalem jadi kesulitan mengikuti langkah Aisyah. "Ai, pelan dong, nggak usah buru-buru gitu," keluh Rena tapi tak diacuhkan Aisyah. Dia masih dalam emosi nya yang menggila karena guru resek yang dia temui pagi tadi di depan gerbang sekolah. Depan gerbang sekolah 09.00 pagi tadi. "Pagi, Pak Satpam, tolong bukain dong gerbangnya," pinta Aisyah begitu turun dari bus. "Ini sudah jam 9 neng, neng sudah telat, kok nggak nyadar diri sih?" omel si satpam membuat Aisyah mendengus kesal. "Saya ini murid baru Pak, hari ini hari pertama saya datang, mau bertemu kepala sekolah dulu," terang Aisyah menahan emosi. Sudah naik bus desak-desakan masih harus meladeni satpam berkumis tebal. "Nggak usah didengerin, Pak, murid seperti ini," celetuk seseorang yang datang dari belakang Aisyah. Aisyah pun langsung menelan ludah, siapa lagi pagi-pagi yang cari perkara sama dia. "Saya guru fisika di SMA ini, dan saya tidak percaya dengan omongan kamu. Hari ini tidak ada murid baru yang datang, jadi jangan membual," ucapnya tegas dari balik jaket kulit coklat dan celana jeans. Sebentar Aisyah mengamati sosok cowok di depannya ini, yang mengaku jadi guru fisika. Sejak kapan ada guru yang berpenampilan keren seperti ini dan masih muda. "Kamu nggak dengerin saya ngomong, hah?" bentaknya mengagetkan Aisyah. "Ehh denger, Pak, tapi saya nggak bohong, saya beneran murid baru," ucap Aisyah sedikit syok, bukan karena takut tapi masih heran dengan guru gaul satu ini. "Kamu kelas berapa?" tanya si guru itu menatap Aisyah sinis. "Kelas sebelas, Pak." "Oke kalau begitu ...." Si guru itu mengeluarkan sesuatu dari tas ransel yang dia bawa. Dia keluarkan buku diktat fisika dan menaruhnya di kedua tangan Aisyah. "Halaman 213, nomor 1-7 kamu kerjakan, jam 10 sudah harus selesai, ingat ini hukuman buat kamu. Jam 10 saya tunggu kamu di lapangan upacara." *** "Kok nggak ada sih, Ren?" gumam Aisyah celingukan dari balik pintu melihat isi ruang guru dan yang dia cari nggak kelihatan batang hidungnya. "Ya emang nggak ada, tadi kamu bisa masuk kelas gimana ceritanya?" tanya Rena jadi penasaran. "Tadi pak guru itu nyuruh satpam buat nganterin gue ke kelas 11 IPA 1, ya kelas gue yang udah dikasih tahu minggu lalu. Nah, ternyata gue datang pas jam olahraga, jadi gue habisin buat ngerjain soalnya dalam kelas ...." "Jadi lo belum perkenalan atau ketemu Pak Kepsek?" tanya Rena semakin heran, Aisyah hanya menggeleng. Baru Aisyah sadari, kenapa bisa dia sebodoh itu. Kenapa dia nurut saja diperintah oleh guru fisika itu? Seharusnya kan dia pergi dulu ke ruang kepsek. Aisyah memukul pelan keningnya tanda kalau dia benar-benar telah melakukan kesalahan besar. "Ai, gue rasa lo dikerjain deh ...," celetuk Rena mulai mencium sesuatu. Pikirannya melayang ke seseorang yang sangat dikenal semua warga SMA Gajah Mada. "Dikerjain? Sama guru?" "Sini, gue tunjukin siapa yang udah ngerjain elo," ucap Rena langsung menarik balik tangan Aisyah menuju pohon beringin dekat lapangan basket. *** Mata Aisyah memanas. Kalau lebaynya keluar, seolah ada dua tanduk di kepalanya. Bahkan tangannya sudah siap menerkam seseorang yang dia lihat sedang asyik bermain basket dengan teman-temannya. "Jadi itu gurunya?" tanya Aisyah yang sebenarnya nggak butuh jawaban. Yang Aisyah butuhkan adalah siapa dia, siapa dia berani-beraninya mengerjai Aisyah. "Namanya Wahyu, anak kelas 11 IPA 1, ganteng, putih, tinggi, bolosan, nakal, hobi ngerjain orang. Yah, termasuk ngerjain lo itu. Nanti jam terakhir ada pelajaran fisika, dan soal yang dikasih buat elo itu, PR buat kelas kita," terang Rena semakin memanaskan Aisyah yang sudah geregetan setengah mati. "Gue nggak akan tinggal diam! Awas aja Wahyu, gue bakal bales tingkah lo itu," tandas Aisyah main ngeluyur saja meninggalkan Rena. Rena yang melihat Aisyah hanya geleng-geleng kepala. Sudah maklum kalau ada kejadian-kejadian seperti ini. Apalagi Wahyu memang suka ngerjain murid baru. *** Tepat jam 10 pagi, Aisyah sudah berdiri di pinggir lapangan upacara dengan membawa diktat fisika. Kali ini dia nampak tenang, bahkan dengan lesung pipitnya, dia lebarkan senyumnya itu manis, tapi maut. Aisyah sudah nggak sabar lagi buat balas dendam. Dia nggak sabar buat kasih pelajaran sama cowok resek yang baru dikenalnya itu. Nggak perlu waktu lama, orang yang ditunggu- tunggu akhirnya datang juga, Wahyu. Aisyah tersenyum geleng- geleng melihatnya. Tadi pagi dia pakai jaket kulit celana jeans, lalu di lapangan basket pakai baju olahraga, sekarang sudah ganti pakai kemeja putih dan celana kain hitam plus kaca mata, sempurna banget. "Mana tugas yang saya kasih buat kamu," pinta Wahyu bernada serius. Aisyah pun menyerahkan buku diktat itu beserta buku tulisnya. Sesuai dugaan, Wahyu langsung mengkerutkan kening, dia sudah siap-siap mau menyemprot Aisyah. "Kamu ngerjain saya, hah? Ini kenapa tidak kamu kerjakan?" bentak Wahyu kasar, Aisyah hanya tersenyum nggak menjawab. "Saya tanya, kenapa tidak kamu kerjakan?" bentak Wahyu lagi. "Siapa Wahyu yang tidak mengerjakan?" "Ini, Bu, dia, saya sud—" ucap Wahyu terhenti. Sebentar dia diam, merasa ada yang janggal. Pelan dia menoleh ke belakang dan nyengir,"Eh, Ibu ...." jeweran panas Ibu Siska—Wakil Kepala Sekolah—pun langsung mendarat ke telinga Wahyu. "Iya Wahyu, siapa yang tidak mengerjakan PR?" tanya Ibu Siska masih menjewer telinga Wahyu, Aisyah yang menonton pun cuma bisa cekikikan. Merasa sangat puas bisa mengerjai balik, kena deh. "Aduhh, sakit, Bu. Maaf, Bu ...," keluh Wahyu tapi nggak digubris. "Sekarang kamu ikut saya ke ruang kepala sekolah," tandas Ibu Siska menggiring Wahyu ke ruang kepsek. Lo pikir lo bisa ngerjain gue, Wahyu? Salam kenal dari gue, Aisyah, batin Aisyah tersenyum tipis melihat Wahyu semakin menjauh—cowok songong, murid pertama yang dia temui di SMA Gajah Mada. Ini baru permulaan, mungkin selanjutnya bakal ada kejutan-kejutan lain yang jauhlebih seru.    

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Married With My Childhood Friend

read
44.0K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
280.2K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.8K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.5K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
929.6K
bc

True Love Agas Milly

read
197.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook