Seminggu yang lumayan menguras Fikiran karna diadakan ulangan semester.
Meski begitu, Evnand bahkan tak lupa merealisasikan titahnya pada Yurra untuk mereka berangkat sekolah menggunakan motornya.
Sebenarnya bukan tanpa alasan Yurra sering menolak ajakan Evnand untuk berboncengan dengannya, ia tau betul bahwa lelaki itu baru belajar mengendarai motor (yang anehnya ia sudah fasih menyetir mobil) Bahkan ia masih ingat bagaimana Alffi mengejek Evnand saat ia melihat luka lecet ditangan sahabatnya itu upah dari belajar bermotornya.
Ini hari pertama sekolah mereka mengadakan kelas meeting setelah ulangan semester berakhir.
Satu hari sebelum ulangan berakhir, Evnand mengatakan, ia, Alffi dan nicho akan manggung diluar kota.
"Kamu mgapain ikut sih? Nggak makan juga." ketus Yurra karna Evnand selalu mengekor kemana ia pergi termasuk saat ia hendak menyusul Dwi dan Richard ke kantin.
"Anggap aku nggak lagi ikut kamu."jawab Evnand cuek.
"Hmhh," jengah Yurra.
Ia tau tujuan sebenarnya kenapa Evnand selalu menempel padanya, karna lelaki itu belum berhasil membujuknya agar mau ikut dengan dia dan dua temannya manggung diluar kota.
**
"Aku bisa pake helm sendiri." sergah Yurra saat Evnand hendak memakaikan helm padanya tapi helm tersebut tak sempat berpindah tangan dari lelaki itu.
"Ra, please mau yaa.. pacarnya Nicho aja selalu ikut setiap kali kami manggung." bujuk Evnand entah sudah yang keberapa kali.
"Dan aku bukan pacarmu."
"Sebentar lagi juga jadi pacarku. Kamu aja yang suka mengulur waktu, atau kamu mau aku ngomong sekali lagi, sekarang?" Goda Evnand.
"Haisssh, yasudah iya." jawab Yurra bosan mendengar rengekan Evnand.
"Iya apa? Kamu jadi pacarku?" ucap Evnand penuh drama dan dijawab dengan pelototan mata oleh Yurra yang malah membuat tawa renyah lolos dari bibirnya.
"Haah, Akhirnya." sambung Evnand setelah tawanyaa reda karna ia sukses membujuk Yurra agar mau menemaninya nanti (meski ajakan pacarannya belum di ACC ).
"Kamu yang izin ke bu Sofia!" Yurra masih dengan nada jengkelnya.
"Siap laksanakan, Cherry." goda Evnand lagi.
Dan setelah itu ia merasakan tendangan kaki Yurra di tulang keringnya yang sukses membuat ia meringis nyeri.
"Aku naik bis kalo kamu iseng lagi." ucap Yurra sukses membuat Evnand refleks memakaikan helm padanya.
***
"Makan, mama yang bekalin." ucap Evnand sambil menyodorkan kotak bekal berisi roti tawar selai srikaya pada Yurra.
"Makan." perintah Yurra sambil mengarahkan potongan roti itu ke mulut Evnand yang sedang fokus menyetir.
"Kita ke rumah Sasha dulu ya, Nicho sama Alffi nungguin disana." Evnand berujar tanpa menoleh pada Yurra karna fokus nyetir.
"Nand, kita emang nggak bakalan ditilang? Kan kamu belum bisa dapat Sim." tanya Yurra penasaran.
"Nanti Alffi yang nyetir, kamu nggak lupa kalo dia udah 17 taun kan." sahut Evnand dibarengi kekehan pelan.
"Sasha sekolah dimana, kok bisa ikut manggung terus?"
"Disekolah Swasta, kami juga jarang ambil manggung di jadwal jam belajar normal Ra."
Beginilah mereka dalam mode damai tanpa Evnand yang iseng, tanpa Yurra yang cuek.
Ini juga hanya berlaku saat mereka sedang berdua atau bersama sahabat terdekat mereka saja, jika dengan teman seangkatan lainnya sikap mereka tetap sama. Evnand yang cool dan Yurra yang kaku.
Entahlah, hal itu seolah refleks terjadi saat mereka berada disekitar orang-orang yang tak mereka kenal dekat.
"Sebelum Alffi punya sim, papa yang antar kita kemanapun manggungnya." sambung Evnand.
"Nungguin juga sampai selesai?"
"Yagitu, biasa juga mama ngikut kalo lagi diluar kota gini, sambil nunggu biasanya mama papa jalan-jalan karna biasa kita manggung pas akhir pekan."
"Kalian udah jadi bintang panggung ya? Kaya udah biasa gitu?" Tanya Yurra polos membuat Evnand menoleh padanya dengan senyum geli.
"Dapat istilah darimana kamu?" Tanya Evnand dengan sebelah tangannya mengacak puncak kepala Yurra gemas dan direspon Yurra dengan menggedikkan bahunya acuh.
"Ayog turun dulu." ajak Evnand saat mereka tiba di depan rumah Sasha.
"Wei Nand, akhirnya sang ratu luluh juga, pake sogok apaan kau sampe Yurra mau ikut kita?" Tanya Alffi dengan nada ejekannya.
"Itu Sasha, pacarnya Nicho." Evnand menunjuk gadis manis disamping sahabatnya tanpa perduli dengan ejekan Alffi.
"Sasha. pacar Evnand ya?" Tanya Sasha sambil mengulurkan tangannya pada Yurra.
"Yurra. kita teman sekelas." jawab Yurra membuat Evnand mendelikkan mata padanya.
"Bentar lagi jadi pacarku, anggap aja sekarang udah jadi karna tinggal nunggu dia jawab iya aja." cercah Evnand yang mendapat respon tawa renyah ketiga sahabatnya.
"Yasudah ayok berangkat. Fi ayok masukkan dulu gitar dan bass di kursi belakang." perintah Nicho.
"Kita dikursi tengah ya, Nicho sama Alffi didepan." ucap Evnand pada Yurra.
"Kamu disamping Yurra dulu ya." pesan Nicho pada sang pacar.
Sepanjang perjalanan diisi dengan lelucon yang tak habisnya dibuat oleh Alffi. Yurra dan Sasha mulai terlihat akrab dan itu membuat Evnand lega, setidaknya Yurra tak merasa bosan saat menemaninya seperti sekarang dan seterusnya.
***
"Lapar ya?" Tanya Evnand saat pandangannya jatuh pada Yurra.
"Kufikir kamu vocalis dan main gitarnya." jawab Yurra mengalihkan tofik.
"Suara Nicho lebih bagus, aku juga belum sefasih itu main gitarnya." jawab Evnand dengan senyum lembut.
"Tapi Kamu jago main Drum nya." aku Yurra mengundang tawa renyah Evnand.
"Makasih pujiannya, calon pacar-
Kita pacaran yaa sekarang, please Ra," mohon Evnand dengan binar penuh harap dimatanya.
"Apaan sih." jawab Yurra berusaha secuek mungkin untuk menutupi rasa malu nya.
"Terima Ra, kasihan, belum pernah pacaran dia." timpal Nicho yang langsung diacungi jempol oleh Alffi.
"Aku lapar, kita cari makanan dulu ya." Sasha menengahi karna mengerti dengan rona merah dipipi Yurra dan itu benar-benar sukses membuat Yurra menghembus nafas lega.
"Gantian kau yang nyetir ya Nand, aku dibelakang sama Sasha, udah sore ini, nggak ada razia juga kan." ucap Nicho yang hanya di angguki Evnand.
Sepanjang perjalanan pulang bahkan saat mereka makan tadi Evnand menjadi sangat diam, menjawab omongan para sahabat pun seperlunya.
Sampai saat mereka tiba didepan rumah Yurra, Evnand tetap dengan mode diamnya.
"Turun dulu, pamit sama ayah ibu." perintah Yurra sambil dirinya bersiap keluar dari mobil hingga gerakannya tiba-tiba terhenti karna tak mendapat respon dari Evnand.
"Kenapa?" Tanya Yurra setelah menghembuskan nafasnya.
"Aku mau kita pacaran," sahut Evnand tanpa menoleh pada gadis mungil disampingnya.
"Yasudah." timpal Yurra terdengar sangat tenang.
Evnan akhirnya mengubah posisi duduk menghadap Yurra sepenuhnya setelah sekian menit ia tersadar dengan ucapan Chery-nya.
"Kamu serius ? Nggak karna terpaksa? Tapi nggak apa-apa juga sih, yang penting kamu pacar aku sekarang." wajah yang tadi terlihat lesu kini berubah sumringah dan itu sangat menyebalkan dimata Yurra.
"Ayok turun, nanti ditanyain ayah." alih Yurra.
"Ra, aku tau caraku menyebalkan, tapi kamu tau alasannya bahkan itu dimulai sejak tahun lalu. Percaya sama aku, aku bahkan nggak pernah merasa seperti yang kamu tuduhkan waktu itu."
"Aku tau, maaf," jawab Yurra sambil menundukkan kepalanya membuat Evnand terpaku mendengar kata maaf keluar dari mulut gadis mungilnya itu, 'menggemaskan' monolog Evnand sambil mengacak puncak kepala Yurra (sepertinya ini akan menjadi hobby barunya).
"Ayok turun, aku mau salim sama calon mertua." goda Evnand dengan senyum pepsodent membuat Yurra mengembungkan pipinya.