Sampai Berjumpa Lagi

1353 Words
Athena menikmati waktu me time di apartemennya dengan menikmati secangkir teh hangat dan beberapa keping biskuit oat kesukaannya, dengan sesekali bersenandung menyanyikan beberapa bait lagu favoritnya melalui Joox. Weekend kali ini hujan sangat lebat, bahkan nampak dengan jelas bagaimana petir menyambar nyambar seolah tengah menari nari mengikuti irama musik yang saat ini sedang diputar di playlistnya. Jangan minta jatuh cinta Luka lamaku juga belum reda Beri dulu aku waktu untuk Sembuh sendirinya Itu adalah salah satu bait lagu yang saat ini sedang dinyanyikan oleh Athena, lagu dari Juicy Luicy - Tanpa Tergesa. Lagu yang memang cocok untuknya, sesuai dengan apa yang ia rasakan saat ini, ia tak ingin dulu jatuh cinta, karena rasa sakitnya juga belum reda. Ia masih dapat jelas membayangkan bagaimana penghianatan barisan para mantan yang meninggalkan dan mengkhianatinya karena ia tak mau berhubungan s*x dengan mereka. Dirasa rasa semua pria sepertinya sama saja tak ada yang terkecuali. Athena memeluk tubuhnya ketika hujan turun semakin derasnya dan petir lagi lagi bergejolak. Seiring kegaduhan diluar sana ponselnya kembali berdering dan rupanya sosok yang menemaninya pagi siang malam kini kembali menyapanya, memecah lamunan sunyi yang selalu melingkupi Athena. Athena tersenyum kecil saat menerima pesan itu. Axton :Apa kamu sibuk? Athena :Tidak juga, kamu? Axton :Tidak, bisa kita video call? Athena :Tentu. Seperti biasa Athena lantas membuka MacBook yang tersimpan diatas nakas, selang beberapa waktu kemudian, wajah tampan Axton langsung terpampang jelas dilayar MacBook tersebut. "Hai" sapa Axton dari ujung sana. "Hai" balas Athena dengan tersenyum lebar padanya. "Jakarta hujan yah?" tanya Axton yang saat ini tengah mengenakan polo shirt berwarna putih bermodel slim fit, dan begitu sangat menampakan otot tubuhnya yang kekar dan padat. Athena dengan refleks menoleh ke arah jendela sejenak, dan kembali menatap layar MacBooknya. "Iya hujan deras, udah daritadi siang, kamu lagi apa?" tanya Athena sembari memeluk boneka babi kesayangannya. "Aku lagi siap-siap mau pergi, oiya Athena, ternyata aku dipindah tugas ke Indonesia, dan itu sungguh hal yang tak pernah kuduga sebelumnya." jawab Axton dengan wajah yang tampak begitu bersemangat, karena ia memperlihatkan dengan jelas bagaimana ia tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi itu. "Oya?Jadi perusahaan tempat kamu bekerja memang ada cabangnya di Indonesia?" tanya Athena tak kalah antusias. "Iya..beneran, perusahaan ku ini..eum..maksud ku perusahaan tempat aku bekerja memang memiliki cabang di Indonesia dan minggu ini aku dimutasi kesana." jawabnya lagi. "Wow..luar biasa, akhirnya..kamu bisa pulang kampung juga, terus kapan kamu berangkat dari sana?" tanya Athena lagi. "Lusa, lusa aku terbang kesana, oiya..bisakah kita bertemu jika aku sudah di Indonesia?" pertanyaan ini langsung meluncur begitu saja dari mulut Axton, tanpa keraguan, namun akhirnya ia merasa menyesal telah menanyakan hal tersebut pada Athena, karena yang terlihat kini Athena tampak terdiam tak meresponnya. "Ya sudah, kalau tidak bisa juga tidak apa-apa, mungkin kita bisa mengobrolnya hanya melalui Skype atau telegram saja." ujar Axton dengan nada sendu. Mendengar perkataan Axton, Athena malah tertawa kecil dibuatnya, dan membuat Axton mengerutkan kedua alis matanya bingung. "Athena, apa yang lucu? Ada yang salah yah?" tanya Axton yang masih kebingungan saat melihat Athena tiba-tiba tertawa sendiri. "Enggak..bukan gitu..aku..aku hanya menggoda kamu saja, tapi aku gak nyangka kalau kamu bakal meresponnya kayak gitu, serius kamu lucu banget." balas Athena dengan sisa tawanya yang tak bisa ia hilangkan begitu saja. Axton yang awalnya bingung, menjadi ikut tertawa kecil karenanya, "Aku kira ada apa, terimakasih ya." "Buat?" tanya Athena dengan spontan. "Buat..ya karena kamu mau bertemu dengan ku." jawab Axton tanpa ragu. "Anytime." balas Athena dengan tersenyum ramah. Setelah beberapa saat mereka saling diam dan saling memandang satu sama lain, Axton yang merasa bahwa dia terlalu jauh mengagumi kecantikan wajah Athena yang alami, lantas memecah kesunyian di antara mereka, "Apa ada sesuatu yang kamu inginkan dari Dublin? Oleh-oleh?" Athena tersenyum dan menggeleng pelan, "No thanks, yang penting kamu sampai Indonesia dengan selamat aja, itu udah cukup kok." Perasaan bahagia jelas langsung meledak dalam hati Axton, ketika wanita cantik ini hanya mengatakan cukup, dengan dirinya tiba di Indonesia dalam keadaan baik-baik saja. Axton berpikir, mungkin jika wanita lain, begitu ditanya demikian mereka sudah pasti langsung memberikannya daftar atau deretan buah tangan yang mereka minta dari Axton. Namun berbeda dengan wanita ini, entah bagaimana ia harus menyembunyikan perasaan bahagianya ketika ada satu wanita yang begitu sangat perhatian kepada dirinya, bahkan memintanya untuk datang ke Indonesia dalam keadaan baik-baik saja. "Athena, apa kamu senang saat mengobrol denganku?" pertanyaan bodoh yang seharusnya tidak pernah Axton ucapkan dan kini Axton menyesal, karena telah melemparkan pertanyaan itu pada Athena. Athena nampak terkekeh dibuatnya, "Kalau aku nggak senang ngobrol dengan kamu, ngapain yang aku berlama-lama di depan layar MacBook dan buang buang energi ku dengan ngobrol sama kamu?" Wajah Axton memerah seketika saat mendengar balasan dari Athena, ia langsung menutup wajah dengan kedua telapak tangannya, dia sungguh merasa sangat malu, sudah memberikan pertanyaan bodoh pada Athena. "Athena, sepertinya aku sudah harus pergi, sampai bertemu di Indonesia, nanti aku hubungi kamu lagi." rasanya axton sudah sangat ingin menggali tanah dan menenggelamkan wajahnya disana, karena dia terlalu malu pada Athena. Jadi yang bisa dilakukannya sekarang adalah segera menutup panggilan video call tersebut, karena memang sudah waktunya dia berangkat berpamitan kepada keluarga besar Requel yang berada di Sardinia. "Ya sudah, sampai bertemu di Indonesia, hati-hati yah." balas Athena sebelum ia menutup panggilan video tersebut. Entah mengapa dalam hati keduanya terasa begitu enggan untuk mengakhiri panggilan video tersebut, namun karena Axton juga harus pergi, jadi mau tidak mau, ia langsung mematikan panggilan video tersebut, dan nampaklah semburat wajah kecewa dari Athena, tatkala kini layar MacBooknya kembali menggelap. Axton, si pria gagah ini berjalan dengan begitu bersemangat, dinginnya cuaca Dublin tidak mempengaruhinya. Rasa bahagia sudah tak terbendung lagi, dia harus melangkah sesegera mungkin untuk segera sampai di Sardinia, tempat kediaman orangtuanya bermukim. Sardinia sendiri adalah pulau terbesar kedua setelah Sisilia di Laut Tengah, sementara Sardinia terletak di antara Italia, Spanyol dan Tunisia, letaknya di sebelah selatan Pulau Korsika. Pulau yang hangat dan begitu nyaman, begitu menenangkan untuk sepasang suami-isteri yang sudah beberapa tahun ini bermukim dipulau ini. "Mom, dad." sapa Axton saat ia sudah berada dikediaman orangtuanya. "Halo sayang, apakabar?" tanya Hughes, yang merupakan ibunda dari Axton. "Baik mom." balas Axton sembari mencium pipi kanan kiri ibu dan ayahnya. "Dad, dengar kamu mau pindah ke Indonesia? Ada gerangan apa kamu memilih untuk datang ke Indonesia?" tanya Silvio ayah dari Axton saat putra tunggalnya duduk disampingnya. "Dad, Aku hanya ingin melihat perkembangan perusahaan yang ada di Indonesia sepertinya kondisinya juga tidak begitu bagus tapi juga tidak terlalu buruk, hanya saja perlu sedikit sentuhan dari tanganku ini, agar perusahaan itu jauh lebih baik dari yang sekarang ini." balas Axton tanpa ragu. "Oke, lalu apakah kamu sudah pikirkan semua rencana kamu untuk perusahaan itu, dan berapa lama kamu akan tinggal di Indonesia?" tanya Silvio lagi. "Semua sudah ada di dalam otakku, untuk berapa lamanya aku tinggal di Indonesia, mungkin selama aku mau, jika aku betah, mungkin aku bisa lama, tapi jika aku lebih betah lagi, mungkin..aku akan selamanya menghabiskan hidupku disana." jawab Axton tanpa ragu, axton memanglah seorang pribadi yang selalu mengambil keputusan tanpa ragu-ragu untuk menjalankannya. Terlebih karena rasa percaya dirinya yang tinggi, dan hal itulah yang memicu dirinya menjadi pribadi yang lebih optimis. "Apakah ada sosok gadis Indonesia yang menarik perhatian mu?" tanya Hughes seolah sedang menyelidiki anaknya sendiri. Axton tersenyum kecil, "On the way." jawabnya dengan bergurau. "Jadi kapan kamu berangkat?" tanya Silvio sembari menyeruput secangkir teh panas yang ada di depan mejanya. "Lusa, pulang dari sini aku langsung berangkat." jawab Axton. "Bagus, pergilah, lakukan apa yang menurutmu baik kami disini mendukung mu." ujar Silvio sembari menepuk bahu Axton. Axton kembali menyunggingkan senyuman puas dan bahagia diwajahnya, tatkala kini ia sudah berada di airport, beberapa kali Derrick menyarankan agar menggunakan pesawat pribadinya, namun Axton malah sengaja memilih penerbangan komersial, pikirnya sejak kapan karyawan biasa bisa memiliki pesawat pribadi? Tiket sudah ditangan, Derrick melambaikan tangan tanda perpisahan sementara dengan sahabatnya ini, tak ingin berlama-lama, ketika tiba waktunya take off, Axton bergegas untuk naik kedalam pesawatnya. Langit biru, dan hamparan awan putih bersih seolah tengah ikut merasakan betapa bahagianya Axton saat ini, karena akhirnya ia memilih untuk pergi menemui wanita itu, ia bertekad ingin menjadikan wanita itu adalah wanita terakhir dihidupnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD