bc

Surrogate Wife

book_age18+
60
FOLLOW
1K
READ
HE
badboy
kickass heroine
heir/heiress
drama
substitute
like
intro-logo
Blurb

Ketika seorang gadis bernama Rara Celine Bahtiar memutuskan untuk menerima kesepakatan dengan bersedia menjadi istri dari Rama Aditya Mahendra sebagai pengganti istri sahabatnya, Naura, sejak itu pula hidupnya tak lagi tenang dan bahagia. Rara yang dituduh sebagai penyebab atas kematian Naura, terpaksa hidup bersama laki-laki yang tak memiliki hati itu.

Tak akan ada yang menduga jika seorang dokter seperti Rama yang terkenal begitu bersahaja, ternyata bisa melakukan hal-hal kejam terhadap seorang perempuan, yang tak lain adalah istrinya sendiri —meski status tersebut hanya tertulis di atas kertas. Bahkan ketika Rara meminta kepada Tuhan supaya lelaki itu berubah, kenyataan yang dihadapi justru sebaliknya —Rama malah semakin menjadi, terlebih ia mendapat sekutu dari orang lain yang tak lain adalah saudara kembar Naura, Irene.

Lantas, bagaimana Rara bisa melewati hari-harinya yang penuh derita di tangan seorang Rama? Akankah ia bisa survive dan terbiasa dengan apa yang Rama lakukan terhadapnya?

chap-preview
Free preview
Malam Pertama
"Tolong hentikan!" pinta Rara ketika suaminya terus melakukan hal menyakitkan pada tubuhnya. Namun permintaan Rara tersebut tidak diindahkan oleh Rama, sang suami. Pria itu tetap mencari kepuasan sebab rasa sakit hati yang ia rasakan karena ulah perempuan yang kini menjadi istrinya itu. "Kau tidak memiliki hak untuk meminta hal tersebut padaku. Sesuai kesepakatan, aku akan menghentikan semuanya jika aku sudah merasa puas." Salah satu ruangan di sebuah hotel yang dijadikan sebagai kamar pengantin mereka, menjadi saksi bisu atas kekejaman yang Rama lakukan. Pria itu terus berbuat sesuatu yang membuat istrinya merintih kesakitan. Di bawah pencahayaan temaram, Rama merenggut kesucian Rara secara paksa. Meski Rara halal untuknya, tetapi sejatinya apa yang pria itu lakukan tak ubahnya seekor hewan buas yang memangsa korban yang tak berdaya. Ancaman yang sebelumnya Rama berikan pada Rara sehingga membuat perempuan itu mau menikah dengannya menggantikan posisi Naura —tunangannya, yang meninggal di H-2 pernikahan mereka, nyatanya ampuh membuat perempuan itu patuh. Lima belas menit berlalu setelah permintaan Rara supaya Rama berhenti, akhirnya benar-benar berakhir. Pria itu kemudian beranjak bangun, meninggalkan tubuh istrinya yang terlihat lemas dalam isak tangis yang memilukan. "Jangan pura-pura! Aku tahu kau pun menikmatinya," sinis Rama sembari mengenakan pakaiannya kembali. Kemeja putih sebagai pakaian pernikahannya yang sebelumnya teronggok di lantai, sudah berpindah menutupi tubuhnya kembali. Celana panjang yang hanya ia buka bagian ikat pinggangnya, kembali ia kencangkan di bagian perut. 'Tidak. Aku sama sekali tidak menikmatinya. Ini malah terasa menjijikan, bahkan menyakitkan,' batin Rara menangis. "Aku bisa mendengarmu mendesah. Di bawahku kau mengeluarkan suara penuh kenikmatan. Masih bertingkah seperti orang tersakiti? Cih!" Rama tampak emosi, seolah bisa mendengar suara hati Rara. Rama menatap istrinya sinis. Kondisi perempuan itu yang tengah menutupi tubuh polosnya dengan selimut, sama sekali tidak membuat hatinya terenyuh meski penampilannya menyedihkan dengan wajah yang basah oleh peluh dan air mata. Bahkan, ada luka di sudut bibirnya ketika ia sempat menamparnya di awal aksi tadi. "Ini baru awal, bukan akhir dari hukuman yang harus kamu terima atas perbuatanmu yang sudah membunuh Naura," ucap Rama yang kemudian melangkah pergi meninggalkan kamar. Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Hanya dalam hitungan menit pria itu berhasil merenggut dan mengoyak mahkota milik istrinya. Setelahnya ia meninggalkan perempuan tak berdaya itu bak seorang pelanggan yang selesai memakai wanita bayarannya. Di atas ranjang, Rara masih belum beranjak. Perempuan itu terdiam meski isak tangisnya sudah terhenti. 'Aku tidak sengaja membunuh Naura, Ram. Tidak,' gumam Rara pilu. 'Andai aku tahu kalau mobil yang ditumpanginya akan mengalami kecelakaan, aku pasti tidak akan memintanya untuk membantuku,' ucap Rara lirih. Demi membayangkan peristiwa yang sudah merenggut nyawa sang sahabat, seketika air mata itu kembali hadir. Rara tak akan mungkin bisa melupakan momen saat dirinya mendengar kabar dari rumah sakit mengenai kematian Naura sebab kecelakaan. "Ya Tuhan! Aku bukan seorang pembunuh, bukan!" ucap Rara histeris. Tubuh yang lemah setelah aksi kasar yang Rama lakukan terhadapnya, kini semakin tak berdaya begitu ia mendengar kalimat terakhir yang pria itu katakan. 'Hukuman! Hukuman apa yang akan lelaki itu lakukan padaku? Kalau memang ia ingin aku mati demi membayar nyawa Naura, aku bahkan rela jika lelaki itu melakukannya sekarang, dan bukan dengan cara seperti ini,' lirih Rara bersuara. Di tempat lain, Rama yang baru memberikan hukuman pada Rara, tampak kusut keadaannya. Dengan sebotol minuman alkohol di depannya, pria itu ingin menghabiskan malam hingga pagi hari. Di sebuah klub malam yang letaknya berdampingan dengan hotel di mana ia dan Rara menginap, Rama mencoba melupakan semua masalah yang menimpa hidupnya saat ini. Menikah dengan perempuan yang tidak ia cintai karena sebuah kecelakaan di mana hilangnya nyawa Naura —calon istri yang sebenarnya, benar-benar membuat Rama frustrasi. Pria itu, setelah menjalin hubungan cinta cukup lama —dua tahun lamanya, harus pasrah setelah pernikahan impiannya malah digantikan oleh perempuan berbeda yang tak lain adalah sahabat dari tunangannya sendiri. 'Aku tak akan membiarkan kau hidup tenang! Apa yang sudah kau lakukan terhadap pernikahanku dan Naura, harus kau bayar setimpal.' Setelah bicara demikian, Rama kembali menenggak minuman di depannya sampai habis. Bahkan beberapa wanita bayaran yang ada banyak di klub, harus mendapat bentakan dari Rama karena ia yang enggan diganggu. Pria itu mengusir siapa saja yang mendekatinya, termasuk asisten pribadi yang selalu setia mendampinginya selama ini. "Pak Rama, sebaiknya saya antar Bapak pulang," ucap Steven, lelaki yang sudah bekerja dengan Rama sejak ia sibuk dengan profesinya sebagai seorang dokter spesialis di salah satu rumah sakit besar di ibukota. Rama yang masih tersadar, menggeleng tak setuju. "Pulang? Untuk apa? Apakah hanya untuk mengingat nasibku karena menikahi perempuan sialan itu?" jawab Rama emosi. Steven hanya diam. Ia tidak merespon apapun atas jawaban yang majikannya berikan. "Kamu tahu, Steven, hidupku sudah hancur setelah Naura pergi. Sekarang untuk apa aku pulang kalau hanya akan mengingat kematian Naura yang menyakitkan," sahut Rama lagi. Satu botol minuman yang ia pesan sudah habis, sekarang ini sudah beralih untuk meminum botol kedua. "Pak Rama, sepertinya Bapak tidak usah minum lagi," ucap Steven khawatir. "Tidak, Stev. Aku perlu ini. Setelah berdiri seharian dan berpura-pura bahagia di depan banyak tamu undangan yang datang ke pesta pernikahanku, aku layak membahagiakan diriku sendiri dengan cara ini." Sungguh sedih Steven mendengarnya. Kalimat yang keluar dari mulut Rama, terdengar menyedihkan. Ia tahu pasti jika sang majikan begitu mencintai tunangannya. Tapi, membenci Rara atas kematian Naura, bukan sikap yang tepat menurutnya. Sebab menurut Steven, Rara juga tidak bersalah. Perempuan itu bukan pembunuh seperti yang Rama tuduhkan. 'Bagaimana bisa Rara terlibat dalam kematian yang menimpa Naura jika penyebabnya karena kecelakaan. Itu sudah takdir Tuhan untuk Naura. Gadis itu memang sampai di ujung usianya. Tak ada yang bisa disalahkan dalam kematiannya,' pikir Steven yang pastinya tak akan didengar oleh Rama. Saat Steven akan mengambil botol minuman yang dipegang oleh Rama, pria itu langsung menepis tangannya. "Jangan halangi aku, Steven! Aku mau mabuk sampai aku tak ingat momen hari ini." Rama sudah mabuk sekarang. Hal itu terlihat dengan jelas ketika ekspresi wajahnya tak lagi fokus. Bahkan, ucapannya sudah mulai ngaco ketika ia berbicara dengan bartender yang sedang meracik minuman untuk pelanggan. 'Rara, perempuan sialan. Aku tak akan segan membuat hidupmu menderita. Kamu akan merasakan rasa kesakitan selama hidup bersamaku. Aku tak akan membiarkan kamu bahagia. Tak akan ada lagi senyum yang tersungging di bibirmu, tak akan!' gumam Rama yang bisa Steven dengar dengan jelas. Bartender yang mengenal Rama dengan baik, hanya diam dan sesekali melirik ke arah Steven yang mengawasi sang majikan. "Mungkin aku harus membawa Pak Rama pulang, Don!" ucap Steven pada sang bartender. "Sepertinya begitu, Pak. Tapi, mau dibawa ke mana Pak Rama? Apakah ke tempat istrinya?" tanya Doni yang juga mengetahui cerita di balik pernikahan sang dokter. "Ehm, aku belum tahu. Aku lihat kondisinya nanti," sahut Steven sedikit bingung. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

BELENGGU

read
64.7K
bc

Revenge

read
16.6K
bc

The CEO's Little Wife

read
628.3K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
8.1K
bc

After That Night

read
8.6K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
54.3K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook