Pagi itu terasa lebih sunyi daripada biasanya. Leo duduk di tepi kolam renang, membiarkan matahari menyentuh kulitnya tanpa benar-benar ia rasakan. Ia berjemur hanya karena tak tahu harus melakukan apa lagi—karena setiap detik yang ia biarkan berlalu tanpa suara membuat pikirannya kembali pada satu nama yang tak pernah berhenti menghantui: Cindra. Kesunyian rumah itu menusuknya perlahan, mengingatkan bahwa gadis yang dulu selalu ada di setiap sudut hidupnya kini telah pergi. Dan yang paling menyakitkan adalah kenyataan bahwa ia sendirilah yang membuatnya menjauh. “Maaf, Mas Leo..." Suara Suster Dina memecah kesunyian. Membuyarkan lamunannya. "Ada apa?" Tanyanya, tanpa menoleh. "Kata Pak Satpam ada tamu yang mau bertemu Mas Leo." “Saya kan udah bilang dari kemarin, enggak mau terima

