bc

Jerat Cinta Nona Pewaris Kaya Raya (Jasa Suami Sewaan)

book_age18+
104
FOLLOW
1.1K
READ
sweet
small town
lies
like
intro-logo
Blurb

"Makanan ini hanya untuk yang berduit. Sedangkan orang kere kayak kalian, hanya boleh makan dengan kerupuk. Tapi, kerupuk juga terlalu mewah. La ... enggak nyumbang buat acara kok ngarep makan enak." Bulik Lastri mengomel panjang lebar pada Carla. Menantu kakak iparnya yang dengan santainya hendak mengambil rendang.

"Berapa harga semua makanan di sini ? saya bayar sekalian sama harga diri kamu !" Carla membanting sendok dan beranjak pergi. Meninggalkan acara, di bawah tatapan tidak suka berpasang mata.

"Mbak Murni ! ajari mantu kurang ajarmu itu cara bersikap sopan-santun !"

********

Menikah tanpa cinta, hanya karena ingin kabur dari rumah dan semua hal yang ada di dalamnya. Carla, menyewa Faqih untuk menjadi suaminya.

Faqih menjual dirinya pada Carla sebagai Suami sewaan dengan serentetan perjanjian panjang.

Itulah pertaruhan hidup, karena keinginannya untuk memiliki tanah dan rumah berteduh bagi Ibu dan Adiknya. Toh ini hanya sementara, hingga Carla melepaskan dirinya karena perjanjian mereka selesai.

Tidak ada yang tahu siapa sebenarnya Carla ?

chap-preview
Free preview
Part 1
“Mbak, Ayo bangun. Kata Ibu, Mandi, lalu kita sarapan bareng.” Carla membuka matanya, karena merasa terganggu. Yang ia jumpai saat membuka mata adalah senyum gadis manis, dengan lesung pipi yang membuatnya tambah manis. “Shanum, ada apa?” tanya Carla pada si gadis, sambil mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya kembali. “Ayo Mandi, lalu sarapan bareng. Tadi, aku juga bangunin Mbak shalat subuh bareng tapi mbak enggak bangun-bangun.” jawab si gadis bernama Shanum, masih dengan senyum manis menghias wajahnya. Kali ini ditambah dengan sedikit tawa kecil. “Shalat subuh?” tanya Carla sambil mengernyitkan keningnya merasa asing dengan kalimat itu. Tapi, dia mencoba mengingat kalimat itu. Sepertinya, dia pernah mendengar kalimat itu. Tapi, Carla benar-benar lupa. Sepertinya dia harus browsing untuk mencari tahu. Carla bangun dari tidurnya dan bersandar pada tembok dibelakang ranjangnya. “Iya, kamu duluan ya, nanti aku menyusul,” ucap Carla pada si gadis yang mengangguk lalu segera keluar dari kamar Carla. Kamar yang sangat sederhana sekali. Bahkan, gudang di rumah Carla masih lebih bagus dan lebih besar daripada ini. Carla masih malas untuk beranjak dari pelukan selimut yang hangat, di tengah cuaca pedesaan yang sangat dingin. Dan saat melihat jam, ini masih sangat pagi sekali untuk bangun. Carla melamun, mengingat bagaimana dirinya bisa terdampar di sini. “Shanum … shanum! Anak gadis kok suka banget ngebo pagi-pagi!” suara teriakan disertai omelan, terdengar dari luar kamar, membuat lamunan Carla buyar. Gegas dia turun dari atas tempat tidur dan berjalan keluar kamar sambil mengikat rambut golden brown sebahunya. Tampak wanita yang belum terlalu tua banget, berjalan cepat menuju ke arah sumber suara. “Lastri, ada apa kok pagi-pagi begini sudah ngomel-ngomel?” tanya si wanita yang lebih tua pada orang yang baru datang. “Mbak Murni itu bagaimana sih. Lupa atau pura-pura lupa kalau nanti malam, di rumah Mbak Dewi mau ada acara arisan keluarga. Walau Mas Ridwan, kakakku itu sudah meninggal. Tapi Mbak Murni enggak boleh lepas tangan begitu saja kalau ada acara keluarga di rumah Ibu maupun rumahnya Mbak Dewi, dan juga rumahku. Jangan Lupa, kalau aku ini saudara kandung Mas Ridwan dan Mbak Dewi itu kakak iparnya Mbak Murni. Apalagi, dulu, saat Mas Ridwan sakit, biayanya itu dibantu sama Mbak Dewi. Rumah yang kalian tempati ini juga dibangun di atas tanah warisannya mbak Dewi. Jadi, ayo cepat-cepat kesana untuk bantu-bantu. Minimal, kalau mbak belum bisa datang, ya suruh anakmu Shanum itu yang duluan. Anak gadis kok diajari ngebo pagi-pagi.” Entah siapa orang itu. Tapi, ucapan dan tatapannya benar-benar sangat pedas sekali. Benar-benar tanpa jeda. Carla yang melihatnya dari kejauhan benar-benar terganggu akan hal itu. “Iya, kamu pulang saja Lastri. Nanti aku sama Shanum segera kesana setelah sarapan pagi.” Wanita yang bernama Murni, yang merupakan Ibu dari Shanum menjawab dengan sopan akan sikap ketus wanita di depannya. “Jangan lupa ajak juga anak mantunya mbak Murni, yang ndak tahu asal-usulnya dari mana itu. Jangan-jangan dia itu, bule pengemis yang dibawa pulang si Faqih dari kota. Atau bisa jadi, dia itu perempuan ndak bener. Emang ndableg anakmu Faqih itu. Padahal, Mbak Dewi, Ibu dan aku sudah berbaik hati memilihkan dia calon istri, janda kaya-raya. Eh … dasar ndableg, kebaikan kami ditolak dan malah sekarang bawa perempuan ndak jelas. Dan aku yakin, kalau dia itu malah akan jadi beban buat keluargamu. Ya nasibmu mbak Murni, kere makin kere.” Wanita bernama Lastri masih saja terus berbicara panjang kali lebar. Kali ini malah menyindir dengan kalimat menantu yang jelas jika itu adalah Carla yang merupakan menantu baru di keluarga tersebut. Carla yang tidak tahan ingin menyumpal mulut wanita bernama Lastri itu, hendak melangkah ke depan. Tapi, langkah kakinya terhenti, saat lengannya dipegang kuat. “Jangan ke sana mbak. Nanti tambah panjang ceritanya,” bisik orang yang menahan lengan Carla. Yang tidak lain adalah Shanum. Carla menatap tajam ke arah Shanum, sambil menggeleng tidak setuju. “Jangan Mbak, tolong,” pinta Shanum lagi yang membuat Carla akhirnya mengalah dan kembali menatap ke depan. “Yo wes, aku pulang dulu. Cepetan datang, biar Ibu enggak terus-terusan nanya.” Wanita yang bernama Lastri itu akhirnya pergi dengan gayannya yang angkuh. Yo jelas kalau neneknya Shanum terus-terusan nanya. Secara, tenaga Ibunya Shanum dan Shanum itu sangat dibutuhkan dalam urusan dapur. Tampak Ibu Murni yang menarik nafas panjang setelah kepergian Lastri. Dia lalu berbalik hendak melangkah ke dapur. Tapi, malah mendapati Carla yang menatapnya dengan tatapan yang sangat berbeda. Entah kasihan, atau malah tatapan tidak nyaman karena telah salah masuk dalam keluarga seperti ini. “Nak Ara sudah bangun? ayo, cepetan mandi lalu kita sarapan pagi bersama.” Murni menutupi rasa tidak nyamannya dengan berusaha tersenyum pada menantu barunya tersebut. Menantu yang dinikahi putranya Faqih, hanya dengan kehadiran dirinya dan juga Shanum saja. Karena keluarga dari suaminya tidak ada yang mau datang. Pernikahan mendadak yang penuh air mata. “Dia tadi itu, siapa?” tanya Carla mulai kembali tersenyum agar Ibu mertuanya ini tidak makin kikuk dan merasa tidak enak hati. “Dia itu Lastri, adik kandung almarhum bapaknya Faqih dan Shanum. Panggil dia Bulik Lastri. Kalau yang disebut Dewi itu, Istri dari Herman, kakak kandung Ayahnya Faqih dan Shanum,” jelas Bu Murni membuat Carla manggut-manggut. “Ndak usah didengerin, mulutnya memang selalu begitu.” Bu Murni melanjutkan sambil tersenyum manis menghias wajahnya. “Bulik Lastri itu, kalau sehari ndak marah-marah, mungkin mulutnya bakalan sakit.” Shanum menambahkan sambil tertawa kecil. Gadis yang masih duduk di bangku kesal dua belas itu mengamit lengan Carla lalu mengajaknya untuk ke belakang diikuti oleh Ibunya. Suasana rumah Kakak Ipar Bu Murni sudah ramai ketika Bu Murni, Shanum serta Carla yang ikut serta, tiba di tempat tersebut. Orang-orang tampak memperhatikan mereka, tanpa ada niat untuk menegur. Carla dapat melihat jika Shanum sangat tidak nyaman, tapi berusaha tetap tersenyum pada Carla. Bu Murni masuk ke dalam rumah dan berjalan ke arah seorang perempuan yang sudah tua, dan seorang wanita yang tampil bak toko emas, dengan banyaknya perhiasan yang digunakannya. “Ibu,” sapa Bu Murni pada wanita tua yang tengah duduk sembari menatap tajam ke arah Carla. Tapi, sapaannya sama sekali tidak digubris oleh Ibu tua tersebut. “Oh … cepetan ke belakang, pekerjaan belum selesei semua.” Wanita yang bak toko emas itu berbicara pada Bu Murni dengan nada angkuh. Bu Murni segera mengajak Snanumdan Carla untuk ke belakang. Kedua netra Carla membola saat tiba di dapur. Piring kotor yang menumpuk, dan juga sampah di mana-mana. “Oh … Mbak Murni sudah datang? langsung beresin saja semua itu mbak. Setelah itu langsung masak ya. Terus kamu Shanum, itu jangan lupa nyapu dan ngepel ruang tengah ya.” Itu Suara Bulik Lastri, yang setelah meletakan piring kotor dan memberi perintah layaknya nyonya besar, segera masuk kembali ke rumah utama, dengan langkah yang sangat enteng. Carla makin bingung. Mereka datang sebagai keluarga, atau sebagai pembantu?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.4M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
458.0K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
487.7K
bc

The Perfect Luna

read
4.0M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
595.7K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
459.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook