bc

Preman Sekolah Jatuh Cinta

book_age12+
1.6K
FOLLOW
12.8K
READ
possessive
tomboy
student
sweet
icy
highschool
first love
school
like
intro-logo
Blurb

Tepat di depan mata. Raiya seakan membeku disana, matanya nggak terlepas dari mobil yang baru saja terlempar tepat di depannya. Entah kenapa keadaan seolah semakin mendramatisir, hujan turun dengan derasnya sore itu, memadamkan api yang berasal dari ledakan mobil di depannya. Suara sirine ambulans saling bersautan dengan suara sirine mobil polisi, keadaan semakin kacau. Beruntung, yah Raiya bersyukur seseorang yang berada di dalam mobil itu sudah diselamatkan sebelum mobil meledak. Dan seketika itu pula, tubuh Raiya langsung limbung terjatuh begitu saja, isakan tangisnya semakin jelas terdengar meski di bawah guyuran hujan. Satu patah kata pun nggak bisa terucap, ingin sekali dia menghampirinya yang sudah berada di mobil ambulans, tapi kakinya masih saja membeku di tempat. Hanya sesak yang terasa.

"Kak Chi-ko ...."

"Dia nggak akan kenapa-kenapa! Ayo Ray, gue anter pulang sekarang!" ajak paksa seseorang yang sudah berdiri sejak tadi di belakang Raiya, tapi Raiya hanya bergeming. Seseorang itu samasekali nggak menduga kalau hal semacam ini akan terjadi. Liontin yang ada di genggamannya seketika terlepas begitu melihat mobil lamborgini hitam yang sangat dia kenal terlempar begitu saja di depan Raiya. Dia dekap Raiya ke pelukannya, menatap nanar ke mobil yang sudah nggak berwujud itu. Hanya satu yang ada di pikirannya saat itu, penyesalan.

"Kak Chiko, itu Kak Chiko, nggak, nggak, itu bukan Kak Chiko, pasti itu bukan Kak Chiko, dia bukan Kak Chiko!"

chap-preview
Free preview
Apes Day
Dua tahun kemudian, Sempurna! Lo bilang nggak sempurna? Bahkan saat lo nggak sengaja menabrak pejalan kaki yang ternyata pentolan sekolah SMA Gajah Mada, itu tetap sempurna. Buat Raiya ketidaksempurnaan yang terlihat tetaplah kesempurnaan. “Awasss!!!!” pekik Raiya panik saat tiba-tiba dia kehilangan kendali, sepeda yang dinaikinya meluncur tak beraturan menabrak Miko yang ada di depannya. GEDEBUKK, otomatis Miko tersungkur. Untung gerakan tangannya lebih sigap menahan berat tubuhnya agar nggak ikutan ambruk di kubangan bekas air hujan kemarin, tapi seketika diganti dengan u*****n. “SHITTT!” umpat Miko mengibaskan kedua tangannya kasar. Mukanya sudah memerah marah, rahangnya mengatup keras berbalik badan siap memberi pelajaran. Dia tatap tajam tepat di kedua manik mata Raiya. Raiya yang tadinya berniat menolong, langsung buru-buru mengurungkan niatnya itu. Dia lebih memilih tetap berdiri di tempatnya harap-harap cemas. Entah apa yang salah, kenapa harus muka pentolan sekolah SMA Gajah Mada yang pertama kali dia lihat pagi ini? Dan kenapa juga dengan cara seperti ini? Sejak detik itu juga, Raiya sadar bahwa neraka sudah siap menyambutnya lagi. Sempurna! “Ma-ma-ap Kak, itu—“ “Itu apa hah?!” potong Miko membentak menghampiri Raiya masih dengan tatapan tajamnya, dia amati cewek mungil yang menunduk di depannya itu sudah ketakutan, mukanya sampai pucat pasi. Miko jadi tersenyum geli, amarahnya langsung menguap. Nggak tega juga kalau lihat ada cewek yang ketakutan sampai segitunya. Dan tiba-tiba saja ide gila mencuat di pikirannya. “Rem sepeda saya rusak, jadi saya nggak sengaja nabrak kakak!” jawab Raiya buru-buru masih menunduk samasekali nggak berani menatap Miko yang malah mendekat. Bahkan jarak mereka sekarang hanya sejengkal. Miko condongkan mukanya mensejajari Raiya lalu mencengkram erat bahu Raiya berbisik, “Kalau sekali lagi lo muncul di hadapan gue, lo jadi milik gue!” Raiya semakin pucat pasi! Neraka benar-benar akan datang! *** Sudah 3 tahun sejak kepergian 3 pentolan sekolah, Ali, Eza juga Wahyu, SMA Gajah Mada mulai mengalami perubahan. Nggak ada lagi preman sekolah sedingin Ali, nggak ada lagi preman sekolah sesadis Eza tapi tetap dielukan seluruh kaum hawa Gajah Mada, juga nggak ada lagi preman sekolah Wahyu yang hobinya menjaili adik kelas. Hampa! Kosong! Itulah gambaran SMA Gajah Mada setelah Ali mengatasi semua perselisihan dengan sekolah lain sebelum dia hengkang. Tapi, seperti terlahir kembali, kekisruhan mulai muncul lagi, saat setahun lalu ada murid baru, Miko Dirgantara datang. Dia adalah adik dari Wahyu Dirgantara, mantan pentolan sekolah SMA Gajah Mada sendiri. Miko nggak jauh beda dari sang kakak. Seringainya langsung terlihat begitu hari pertama dia masuk, semua juga sudah tahu bahkan guru-guru pun sudah menebak kalau dia akan jadi penerus sang kakak. Ditambah lagi ketampanannya mampu membuat siswi SMA Gajah Mada move on dari ketiga mantan pentolan sekolahnya terdahulu. Seminggu setelah dia datang, Miko langsung mengajukan diri secara independen untuk menjadi preman sekolah nomor wahid di Gajah Mada. Hal itu dibuktikannya dengan terus membuat keonaran di dalam juga luar sekolah. Dari menjaili adik kelas seperti kakaknya dulu sampai memimpin tawuran dengan hampir semua SMA yang ada di Bandung. Cuma satu yang perlu diingat sebagai siswa yang bersekolah disana, ‘kalau mau lulus dengan mudah, jangan pernah cari gara-gara dengan Miko Dirgantara, si pentolan sekolah nomor wahid kelas 12 IPA 2, meski cuma jalan nggak sengaja menabrak bahunya!’ “Nggak segitunya juga kali Ray! Kalau gitu lo jadi kayak buronan!” Niken mendengus kesal masih dengan terus menyantap soto yang baru saja dia pesan. Tadinya dia harus membujuk mati-matian teman SMPnya itu untuk mau ikut ke kantin. Raiya ini baru pindah ke Gajah Mada, dan sebelumnya Niken juga sudah menceritakan sedikit soal Miko,  mengerikannya Miko dan efek kalau terlibat sesuatu dengan Miko. Tapi toh kecerobohan Raiya pagi tadi sudah membuatnya takut bukan main. Saat ini dia benar-benar menundukkan kepalanya, menutupinya dari samping dengan buku menu makanan, sambil terus ambil sikap waspada. “Gimana gue bisa tenang sih Ken? Sampek sekarang aja ancaman tuh cowok masih terngiang-ngiang di telinga gue!” keluh Raiya panik sendiri. “Itu cuma gertakan Kak Miko aja, nggak serius!” “Lo tahu kenapa gue pindah kesini?” Raiya letakkan buku menunya, sebentar melupakan kepanikannya. Dia pikir menceritakan sebagian alasan kenapa pindah ke Gajah Mada, mungkin bisa membuat Niken paham kalau ini bukan kekhawatiran yang biasa, kalau apa yang diucapkan Miko bisa jadi 80% sungguhan. Selama Raiya duduk di bangku SMA, nggak ada preman sekolah yang bisa membuatnya santai, termasuk Chiko. Tiba-tiba Raiya terkesiap saat mengingat nama itu, nama yang tertinggal di masalalunya. “Kenapa emang?” “Gue lagi kabur!” “HAH???” Niken langsung melotot. “Susah payah gue kabur dari mulut buaya, dan sekarang gue bakal masuk ke mulut singa!” Raiya mengepalkan tangannya geram, frustasi, dia berharap hal yang terjadi di sekolah lamanya nggak keulang lagi, “Di sekolah lama, gue juga punya masalah dengan pentolan sekolah, gue—“ BRAKKK Gebrakan keras pada meja terdengar tepat satu kursi di belakang Raiya. Niken yang duduk menghadap Raiya pun langsung terhenyak, soto yang sudah akan masuk ke mulutnya kembali jatuh ke mangkok. Niken ingin membuka mulut mengatakan kalau di belakang Raiya saat ini sedang duduk sang pentolan sekolah, tapi mendadak suaranya tercekat di tenggorokan, hanya matanya yang bicara. Itu membuat Raiya yang sebelumnya sudah ketakutan semakin takut menundukkan kepalanya serendah mangkok soto kepunyaan Niken. Agaknya Raiya tahu siapa yang menggebrak meja itu, yang sampai membuat Niken mendadak tegang. “Kak Miko?” susah payah Raiya mengucapkannya dengan suara yang samasekali nggak terdengar. Niken mengangguk cepat lantas mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Sementara itu suasana kantin seketika berubah menegang, semua mata tertuju ke satu titik, pentolan sekolah yang sedang duduk dengan tampang dinginnya menahan emosi. “Tenang, tenang, semuanya nggak perlu panik, kita kesini cuma numpang duduk!”Aji yang tahu tindakan sobatnya sudah membuat panik banyak orang, langsung berinisiatif berdiri melempar senyum termanisnya ke arah penonton untuk menenangkan mereka. “Udahlah biarin aja!” timpal Angga cuek lebih memilih duduk menyender dinding kantin menunggu Miko yang sedang naik pitam bicara. Akhir-akhir ini Angga ngerasa ada yang aneh dengan Miko. Miko kali ini seperti sedang bingung nggak jelas, dia seperti kehilangan sesuatu dan harus segera menemukan. Angga pikir Miko mulai melenceng dari niat awalnya mengobrak-abrik hampir semua SMA di kota ini. Angga yakin semua ini masih ada hubungannya dengan musuh mereka. “Susah bos, udah semua sekolah kita bikin rusuh tapi itu anak nggak muncul juga!” Aji langsung membuka pembicaraan, nggak sabar juga kalau nunggu sobatnya itu buka mulut. “Tapi gue yakin yang dia cari ada di sekitar gue, kalau nggak ada disana, berarti ...,” “Disini!” potong Aji dan Angga  kompak, seakan mereka sedang mengikuti kuis cerdas cermat. Secercah harapan akhirnya datang juga. Miko menaikkan sebelah alisnya, matanya lurus menatap pintu keluar masuk kantin, “Kalian yakin?” Lagi-lagi Aji dan Angga kompak mengangguk tanpa suara.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

True Love Agas Milly

read
197.9K
bc

Pengantin Pengganti

read
1.4M
bc

The Ensnared by Love

read
104.1K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.2K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
290.2K
bc

The crazy handsome

read
465.4K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook