[Prolog]
Sedari kecil Ghifari tidak pernah tau siapa ayah kandungnya, siapa sosok yang telah menjadi alasan dia lahir ke dunia dan siapa sosok yang kata orang adalah super hero dalam kehidupan seorang anak.
Tidak, Ghifari tidak pernah mengenalnya dan Ghifari tidak pernah tau seperti apa sosok itu, seperti apa wajahnya dan seperti apa perangainya.
Dan terkadang, disebabkan tidak ada sosoknya di dalam kehidupan, membuat Ghifari mendapat sebuah julukan "Anak Haram" begitulah orang-orang menyebutnya demikian.
Dulu, saat ia masih kecil dan tidak tau menahu mengenai betapa kejamnya dunia fana yang ia tempati ini. Setiap pulang dari sekolah, tidak pernah Ghifari pulang dalam keadaan baik-baik saja. Hampir setiap kepulangannya sering kali di iringi isak tangisnya. Itu semua dikarenakan cacian orang-orang yang dilayangkan padanya serta pembullyan yang kerap kali ia rasakan.
Pernah suatu hari kala ia duduk di bangku sekolah dasar kelas 3, ia menanyakan tentang keberadaan ayahnya kepada sang bunda. Namun, bukan jawaban yang ia dapatkan melainkan senyuman tipis yang bundanya berikan kemudian setelah mengusap kepalanya dengan lembut, bundanya pun pergi dengan dalih memiliki pekerjaan yang harus di selesaikan, mengabaikan pertanyaan Ghifari kecil yang menggantung di udara.
Waktu itu Ghifari tidak pernah menyerah, setiap seminggu sekali ia pasti menanyakan keberadaan sang ayah kepada bundanya ataupun kepada pamannya yang memang tinggal serumah dengan mereka. Dan lagi-lagi, tanya itu tidak pernah terjawab. Mereka berdua selalu terdiam, menutup mulut rapat-rapat. Seolah-olah pertanyaan yang di penuhi akan rasa penasaran itu tidak pantas untuk di jawab dan patut untuk di sembunyikan.
Padahal waktu itu Ghifari hanya ingin tau dimana ayahnya, apakah sang ayah pergi meninggalkannya karena mempunyai "anak pembawa s**l" sepertinya ataukah sang ayah enggan bertanggung jawab dan enggan ikut andil dalam membesarkannya serta memberikannya kasih sayang? Jangan tanya mengapa Ghifari berpikir bahwa dia "anak pembawa s**l" yang jelas banyak teman sekolah serta ibu dari temannya mengatakan itu. Selain julukan "anak haram" Ghifari pun mempunyai julukan lain yaitu sebagai "anak pembawa s**l"
Meskipun ia memiliki paman yang selalu bersedia memberikannya kasih sayang figur Seorang ayah tetap saja rasanya berbeda. Setiap pelukan yang di berikan memang terasa hangat, pelukan pamannya pun terasa nyaman. Namun, tidak pernah membuat Ghifari merasa puas. Seolah, ada pelukan lain yang lebih hangat yang lebih nyaman dan lebih membuatnya aman.
Namun, sayang keinginan Ghifari kecil untuk mengetahui keberadaan sang ayah hanyalah sebatas angan yang entah kapan tercapai. Hingga saat dia remaja, lebih tepatnya telah memasuki dunia SMP. Ghifari berhenti menanyakan tentang sang ayah, kendati dalam hati Ghifari tak henti-hentinya penasaran mengenai ayahnya.
Tentu saja Ghifari berhenti menanyakan itu bukan tanpa alasan. Salah satu faktor kuat yang membuat ia berhenti menanyakan hal tersebut adalah tepat di hari ulang tahunnya yang ke 12 tahun, ia kembali menanyakan tentang keberadaan sang ayah. Dan naas, hari yang paling berharga dan spesial untuknya kala itu harus berakhir dengan tetesan air mata yang membasahi pipi sang bunda.
Saat itu, setelah ia meniup lilin dan memotong kue Ghifari yang beranjak remaja itu kembali mengungkit tentang sang ayah di hadapan teman-teman seperkomplekannya yang turut hadir dalam perayaan ulang tahunnya. Namun, kala ia kembali bertanya bukan diam yang ia dapatkan seperti yang sudah-sudah. Melainkan raut pucat sang bunda di iringi isak tangis yang terdengar sangat menyayat hati Ghifari. Apalagi ketika melihat pamannya yang senantiasa terlihat tegar dan kuat itu pun ikut meneteskan air mata sembari memeluk sang bunda begitu erat dan menggumamkan kata-kata penyemangat.
Ghifari tidak tau apa yang sebenarnya terjadi di hari itu, Ghifari pun heran melihat bundanya yang selalu terlihat kuat meskipun dari luar, menunjukan kelemahannya. Tapi yang pasti, semenjak hari itu Ghifari tidak pernah menanyakan tentang sang ayah. Karena Ghifari tidak ingin melihat Bundanya sedih apalagi sampai menitikkan air matanya kembali.
Biarlah pertanyaan mengenai sang ayah, menggantung di udara. Toh, nanti kalo sudah waktunya ia tau, dia pun pasti akan mengetahuinya. Ini semua hanyalah masalah waktu.
Lantas, jika di tanya apakah Ghifari membenci sang ayah? Jawabannya.. Ia pun tidak tau.