Gazain berdebar, berpikir jadi tak benar karena berada satu mobil berdua saja dengan istrinya. Tak sering begini dirinya ketika bersama Medina. Biasanya tenang, damai, dan penuh kebahagiaan. Tapi, setelah tadi digoreng habis oleh Reda, Gazain jadi khawatir sekali. Bagaimana kalau tiba-tiba kalimat cerai muncul dari bibirnya?! Gazain tak suka berdiam diri, apalagi jika Medina yang mendiamkannya. βNona ...β βYa, Suamiku?β Syahdu. Rasa tak berbeda sahutan itu. Masih merdu di telinga, begitu pun air muka Medina yang tenang bersama seulas senyumnya. Gazain menghentikan laju kendaraan demi pembicaraan mereka. βAku takut akan diammu.β βAku hanya ... sedih. Gia ternyata se-malang itu nasibnya.β Gazain tak menemukan perempuan yang lebih malang daripada saudari kembarnya. Mencintai dengan s

