Sementara itu Tedy di Jakarta sibuk mencari Tasya kemana mana, bahkan dia mengunjungi bibi Tasya yang tinggal di Bandung namun hasilnya nihil. Bahkan dia kena marah Bibi Tasya karena dia pernah berjanji untuk menjaga Tasya selama tinggal di Jakarta.
Tedy sudah habis akal, pasalnya selama Tasya pacaran dengannya dia tidak memperbolehkan Tasya untuk memiliki teman, bahkan teman wanita. Tedy menginginkan Tasya hanya miliknya seorang.
Setiap kali jika Tasya pergi hang out dengan teman teman kantornya selalu dimarahi Tedy, sementara Tasya yang penurut akhirnya dengan terpaksa selalu menolak ajakan temannya sehingga dia tidak pernah diajak lagi.
"Tasya...dimana kamu berada?" batin Tedy, hatinya terasa kosong selama belum menemukan sosok kekasihnya itu. "Maafkan Aku .."
Sebenarnya selama ini Tedy melampiaskan napsu birahi nya pada seorang wanita teman kantornya. Hubungan mereka dimulai ketika beberapa kali Tasya menolak jika diajak Tedy untuk berhubungan intim, dan kebetulan Lenny, janda beranak satu itu juga memiliki kebutuhan yang sama. Semenjak itu, secara rutin Tedy dan Lenny berhubungan tanpa sepengetahuan Tasya.
Lamunan Tedy dikejutkan oleh dering ponselnya. "Halo..."
"Ted, kamu dimana? dicariin si bos nih."
"Ohh kamu Len, ok, sebentar aku balik kantor." ditutup sambungan telepon dan segera melajukan mobilnya.
Tedy memang bekerja di perusahaan itu sebagai seorang marketing jadi tugas dia adalah mengunjungi customer sehingga tidak masalah jika keluar kantor pada jam kerja. Sementara Lenny bertugas sebagai admin sales, disanalah awal mereka bertemu dan sering berinteraksi kemudian lanjut ke tahap yang lebih intim.
Siang itu, mereka sedang makan siang bersama di kantin dekat kantor. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang, sehingga suasana sudah sepi.
"Ted, beberapa hari belakangan ini kamu pendiam. Apakah ada masalah?" tanya Lenny
"Hmm..Tasya sudah beberapa hari menghilang." cerita Tedy, memang dari awal mereka berhubungan Lenny sudah tahu kalau Tedy memiliki kekasih dan dia tidak keberatan karena hubungan mereka hanyalah saling memenuhi kebutuhan birahi saja, tidak ada yang lebih.
"Lagi bertengkar?" tanya Lenny. Tedy mengangkukan kepalanya.
"Santai aja lagi...nanti juga balik setelah emosinya reda." hibur Lenny. Tedy hanya diam, dia juga berharap demikian.
"Hari ini aku pulang lebih sore karena anakku mengajak berkunjung ke rumah neneknya. Kamu malam ini sendiri tidak apa apa?"
"It's ok, aku akan coba lagi ke kosan Tasya, siapa tahu dia sudah kembali."
Lenny hanya tersenyum mendengarnya, umurnya yang sudah menginjak kepala tiga puluh lima membuatnya lebih matang dan bijaksana dalam menghadapi masalah. Begitu pula ketika mengetahui suaminya berseligkuh sehingga memutuskan untuk bercerai dan membesarkan anaknya seorang diri.
Namun hasrat nya sebagai wanita yang ingin merasakan belaian seorang pria tidak dapat dibendung lagi. Setelah hampir setahun menjada, Lenny bertemu dengan Tedy. Pria yang juga membutuhkan penyalur hasrat prianya.
Dia masih ingat hubungan intim pertama dengan Tedy. Saat itu kantor mereka sedang mengadakan acara bersama di puncak.
"Ted...kamu sudah punya pacar belum sih?" tanya Lenny sambil memperhatikan api unggun.
"Hmm..udah dong.." sahut Tedy yang kemudian menggeser duduknya mendekati Lenny. Kebetulan teman teman kantor yang lain sudah masuk ke kamar masing masing karena acara sudah selesai.
"Enak yah...ada sesorang yang menghangatkan ranjang kalau malam" pancing Lenny
"Hahahah...aku masih pejaka ting ting..pacarku selalu menolak terus." cerita Tedy, entah kenapa juga dia menceritakan hal yang seintim itu ke Lenny. Mungkin dia masih kesal karena sebelum berangkat Tasya menolak untuk tidur dengannya.
"Ohh...kirain kamu sudah mahir di ranjang." goda Lenny, kini tangannya sudah melingkar di lengan Tedy.
"Hmm....beruntung nanti wanita yang mendapatkannya" d**a Tedy bergemuruh, bukan karena kode ajakan Lenny tapi itu....lengannya kini menyentuh p******a Lenny yang memang disengaja oleh si empunya.
"Aku boleh gak menjadi wanita itu?" Lenny menyenderkan kepalanya pada pundak Tedy.
"Ehem....tapi..." Tedy belum menyelesaikan kalimat nya Lenny sudah memberikan ciuman panas pada bibir Tedy yang tentu saja disambut dengan gembira.
Pangutan demi pangutan pada bibir mereka terasa belum cukup, mereka menuntut lebih. Di dalam kamar Lenny, mereka saling menyentuh, membelai seakan tidak ada lagi yang mereka inginkan di dunia ini .
"Ahh...Ted..." desahan Lenny ketika merasakan kuluman bibir Tedy pada payudaranya. Sementara Tedy yang selama ini hanya dapat berfantasi sangat menikmati setiap jengkal tubuh Lenny.
"Ted...aku sudah tidak tahan...Ah...." pinta Lenny agar Tedy segera memasukkan kejantanannya pada miliknya. Tentu saja permintaan itu disambut dengan baik oleh Tedy. Dan...dalam sekejap kejantanannya sudah masuk sempurna kedalam daerah intim Lenny.
"Uff...nikmat sekali lubang kamu Len..." bisik Tedy dan terus memompanya diiringi dengan desahan Lenny.
"Ahh....terus Ted...terus!!" teriak Lenny, tubuhnya sudah bermandikan peluh kenikmatan. Tedy tidak membiarkan pengalaman pertamanya sia sia, nafsunya membuntukan akal sehatnya. Tidak lagi dipikirkan perasaan Tasya, yang ada di otaknya sekarang adalah tubuh Lenny.
Tidak ada suara lain selain desahan dan pekikkan kecil lenny. Setelah hampir setahun memedam hasrat akhirnya hari ini Lenny merasakan kembali menjadi seorang wanita yang sempurna. 'Teddddd......aku...Ahhhh...." teriak Lenny ketika merasakan pencapaiannya.
Bagi Tedy, teriakan Lenny menambah gairahnya. Desahan Lenny semakin memacunya untuk memompa kejantanannya keluar masuk lubang kenikmatan Lenny. Dan...akhirnya dia merasakan ledakan yang dasyat dan tidak dapat ditahan lagi....Setelah itu Tedy menjatuhkan dirinya disamping Lenny dengan debaran jantung berkecepatan ganda dan kepuasan yang tidak ada bandingnya. Senyum pun mengembang di wajahnya. "Ah...nikamatnya surga duniawi ini..." batinnya.
"Bu, apakah Tasya sudah kembali?" tanya Tedy pada Bu Kos Tasya.
"Nak, maaf belum nih. Mungkin lama kali yah soalnya hari Senin itu ada seorang pria dengan mobil kesini dan membawa barang barang Tasya satu koper."
"Siapa Bu?"
"Wah...lupa namanya, tapi itu atas seijin Tasya kok Nak. Sebelum pria itu datang, Tasya menghubungi Ibu dan mengatakan kalau temannya akan datang dan mengambil barang barangnya karena dia mendadak harus ke luar kota. Gitu..."
Hati Tedy memanas mendengar cerita Bu Kos, siapakah lelaki yang dimaksud? Setahu dia Tasya tidak memiliki saudara lagi selain bibinya. Kekasih barukah? tebak Tedy.
Dengan kepalan keras ditangannya Tedy meninggalkan rumah kos. Darahnya mendidih hingga ke kepala. Awas kamu Tasya!!