Andreas sudah membuat rencana untuk Tasya sore nanti. Dia meminta Tasya untuk tetap menghubungkan ponsel mereka sehingga Andreas dapat mendengar seluruh percakapan Tedy.
Sesuai dengan perjanjian tadi siang, Tedy menunggu Tasya di cafe yang terletak di lobby gedung kantornya.
Tasya turun lift bersamaan dengan Andreas dan berpisah di lobby. Andreas duduk di salah satu sudut lobby yang tertutup pilar tidak jauh dari cafe tempat pertemuan Tasya. Sementara Tasya dengan ragu berjalan memasuki cafe itu. Dia melirik ponselnya guna memastikan masih terhubung dengan Andreas di seberang sana.
Baru saja Tasya melangkahkan kakinya ke dalam cafe, dia sudah dapat melihat Tedy yang sedang melambaikan tangannya. Rasanya ingin berbalik dan keluar dari sana, namun Tasya berpikir jika tidak hari ini suatu hari nanti dia juga pasti harus menghadapi Tedy."Biarlah....lebih cepat selesai lebih baik." batinnya.
Tasya menganggukan kepala dan berjalan perlahan mendekati meja dimana Tedy sedang menunggunya. Lalu dengan canggung duduk di hadapannya.
"Ta, Aku sudah pesankan ice chocolate kesukaan kamu." ujarnya.
"Terima kasih" jawab Tasya dan dia memutuskan untuk tidak akan meminumnya. Siapa tahu di dalam minuman tersebut sudah dibubuhi sesuatu. Lebih baik berjaga jaga dari pada terjadi hal hal yang tidak diinginkan.
"Apa yang hendak kamu bicarakan?"
"Ta, aku...aku minta maaf atas kejadian waktu itu. Aku...aku dalam keadaan mabuk dan tidak sadar apa yang telah kuperbuat." Tedy terdiam, matanya menatap Tasya lekat lekat."Kamu. tidak apa apa kan? Maksudku ....?" sambungnya dengan keraguan yang terpampang jelas di raut wajahnya.
"Luka? atau maksud kamu ternodai?" tanya Tasya dengan nada tinggi.
"Aku..aku bersedia menikahi kamu Ta, kamu kan tahu kalau aku memang sudah berencana untuk menikahimu?"
"Lebih baik kamu tinggalkan aku Ted, Kita tidak bisa bersama lagi." Andreas yang mendengar semua percakapan mereka tersenyum, Entah apa yang ada dalam benaknya. Mungkin kesempatan?
"Tidak, kamu tidak boleh meninggalkanku. Aku sudah minta maaf dan menyesal Ta, kamu mau aku gimana lagi? Aku akan turuti semua permintaanmu asalkan kamu memaafkanku dan kembali padaku."
Tasya menatapnya dengan tajam "Setelah apa yang kamu lakukan padaku kamu berharap kita kembali bersama lagi?" Tedy diam.
"Sudah bagus aku tidak laporkan kejadian itu pada yang berwajib. Aku hanya minta satu, tinggalkan aku. Biarkan aku hidup sendiri tanpamu." Tasya mengretak Tedy dengan harapan Tedy takut dan tidak berani mengganggu dia lagi.
"Tidak ada bukti mana bisa kamu melaporkanku?" jawab Tedy tidak kalah liciknya. Hm...ternyata gertakan Tasya tidak berhasil.
"Kamu adalah milikku, Jika aku tidak memilikimu maka tidak ada siapapun yang boleh. Paham?!"
Emosi Andreas memuncak mendengar ucapan Tedy, "Memangnya dia anggap Tasya boneka yang tidak berperasaan?" batinnya. Dia sepertinya sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak menghampiri Tedy dan memberikan bogem mentah di wajahnya.
"Kita sudah tidak cocok lagi Tedy, tepatnya aku sudah tidak mencintaimu lagi. Jadi kamu bisa bebas sekarang mencari penggantiku. Lepaskanlah aku." bujuk Tasya.
"Sekarang kamu tinggal dimana?" Tedy mengalihkan pembicaraan yang terasa sudah menguras emosinya.
"Dirumah teman" sahut Tasya
"Siapa? Setahuku kamu tidak punya teman.Siapa pria yang mengambil barang barangmu dari rumah kos?" tanya Tedy.
"Teman kantor, dan sudah bukan urusan kamu lagi."
"Please jangan ucapkan kata itu lagi, aku tidak mau kita pisah. Aku mencintaimu dan aku yakin kamu juga demikian." Tedy menggeser duduknya disebelah Tasya. "Sayang, please...jangan tinggalkan aku." Diraih tangan Tasya lalu membawa ke dadanya. "Rasakan degup jantungku, tanpamu jantung ini akan berhenti sayang....."
Tasya menelan salivanya, "Ah..andaikan kejadian itu tidak pernah terjadi, kalimatmu akan membawaku melayang terbang ke awan." batin Tasya.
Perlahan ditarik tangannya kembali. "Maaf Tedy, aku tidak bisa, aku takut..." cicit Tasya
"Tidak Tasya, hal itu tidak akan pernah terjadi lagi. Aku berjanji padamu demi nyawaku. Percayalah." sahut Tedy.
"Maaf, berikanlah aku waktu untuk menyembuhkan luka ini. Sementara ini lebih baik kita tidak berhubungan dulu."
"Sampai kapan? seminggu? sebulan? setahun?" tanya Tedy
"Entahlah....aku sendiri belum bisa memastikannya....."
"Berikan aku kesempatan untuk membuktikan cintaku padamu Tasya. Aku tidak bisa jauh darimu." bujuk Tedy kembali.
"Jika aku sudah siap, kamu akan kuhubungi."
"No, aku tidak terima permintaanmu. Kita sudah pacaran selama tiga tahun lebih, apakah tidak ada lagi perasaan sayangmu padaku?"
"Tedy, jadi maumu apa?" tanya Tasya frustrasi.
"Aku mau kita bersama lagi." ucap Tedy dengan senyum mengembang, dia berpikir Tasya sudah menyerah dan mereka akan kembali bersama lagi seperti sedia kala.
"Malam...." tiba tiba Andreas menyapa mereka. Tedy menatap Andreas dengan tatapan tidak suka.
Tasya terkejut melihat Andreas yang menghampiri mereka karena sebelum mereka berpisah, perjanjian mereka Andreas tidak akan menampakkan wajahnya di hadapan Tedy.
"Maaf, ini sudah bukan lagi jam kantor." sindir Tedy
"Ohh..saya hanya ingin membeli minuman...kebetulan pulang kerja dan haus sekali." Senyum Andreas, menambah geram Tedy
"Ta, aku beri kamu waktu seminggu. Minggu depan akan kuhubungi lagi. Dan kuharap kamu kembali ke rumah kos. Tidak baik menumpang rumah orang lama lama." Lalu Tedy mencium pipi Tasya " Aku ada janji dengan teman kantor, aku jalan dulu." Ujarnya seraya berdiri dan berjalan meninggalkan mereka tanpa pamit dengan Andreas.
Andreas meminum kopi yang dipesannya, "Menarik."
"Apanya yang menarik?" Tasya memiringkan kepalanya
"Tedy, sangat menarik. Kamu bertemu dimana dengan pria itu?"
"Teman SMA, kami pacaran dari tingkat akhir SMA." Andreas menganggukkan kepalanya, "Umur tidak sesuai dengan kelakuan, sangat kekanak kanakan." tuturnya.
"So? gimana rencanamu?"
"Belum tahu...uhhfff...sangat melelahkan. Rasanya ingin menghilang dari bumi dan pindah ke planet lain." Andreas tersenyum mendengarnya. "Tenang...semua masalah pasti ada jalan keluarnya."
"Nasib..nasib....kapan aku tuh bisa nemu pangeran berkuda putih seperti di dongeng dongeng?" ucap Tasya pada dirinya sendiri.
"Ha? Apa katamu? suara musik nya berisik nih.."
"Gak...udah lewat!" sahut Tasya dan mengkerucutkan bibirnya.
"Hahahahah..." Andreas kembali tertawa melihat raut wajah Tasya. "cute" dalam hatinya.
"Makan yuk! lafaaarrrr"
"Lapar kali!"
"Sangat lapar sehingga laparnya berubah jadi lafaarrrrr..." ucap Tasya cukup membuat pengunjung yang lain menoleh padanya.
"Dasar bocah! Yuk..." ajak Andreas. Mereka beranjak dari duduknya, Tasya menghubungi Indra untuk menjemput mereka di lobby. Sementara itu mereka tidak menyadari jika ada sepasang mata menatap nyalang kearah mereka.
"Akan kuraih kembali hatimu sayang...." monolog orang itu.