Sekembalinya dari pertemuan dengan Tasya, Tedy tidak langsung kembali ke rumahnya, dia memilih mengunjungi Lenny untuk dapat melampiaskan emosinya. Dia sudah menduga jika ada pria lain. Dan pria itu pastI si brengksek Andreas, yang mengambil kesempatan ketika hubungannya dengan Tasya sedang retak.
"g****k banget sih lo Ted!" jeritnya "Lo kan udah dapat memuaskan hasrat lo dengan Lenny, kenapa juga masih penasaran dengan Tasya? Sekarang si b******k Andreas bisa masuk dengan mudah. Dia pasti menghasut Tasya supaya putus sama gue."
"Aaarrrgggg..." geramnya. "Gue gak bisa kehilangan kamu Ta...."
"Ted...Uhhggg..Tedy...." jerit Lenny ketika mencapai puncaknya. Baginya bergaul dengan Tedy sudah menjadi candu. Sungguh! Lenny merasakan pengalaman bercinta yang berbeda ketika dengan mantan suaminya. Tedy mampu membuat Lenny seperti seorang p*****r namun juga bisa membuat Lenny seperti putri yang dipuja. Sulit untuk merangkai perasaan itu dengan kata kata, yang pasti bercinta dengan Tedy merupakan sesuatu yang sangat indah baginya.
"Ahh..Lenn...Uhggg..." Tedy tidak memperdulikan jeritan kepuasan Lenny. Bahkan sekarang Tedy lebih memacu kejantanannya yang semakin berkedut akibat gesekan daerah intim wanita itu.
"Lenn...Umphhh...Lennyyyy...." akhriya Tedy pun mencapai kepuasannya hakikinya. Tedy mengeluarkan cairan hangat diluar daerah intim Lenny. Memang hal itu sengaja dilakukan Tedy untuk menghindari kehamilan, padahal berulang kali Lenny memintanya untuk menggunakan sarung pelidung. Menurut Tedy sarung itu membuat dirinya kurang dapat menikmati surganya Lenny.
Pendingin ruangan tidak dapat menyejukkan suhu tubuh kedua insan yang sedang mabuk kepayang. Kepuasan yang diraih malam itu bagi Tedy melebih malam malam sebelumnya. Hal ini karena percintaan yang dilakukannya dipenuhi dengan emosi akan Tasya dan pelepasannya dianggap sebagai pelampiasan emosinya. "Rasakan pembalasanku Ta, memang perempuan hanya kamu saja yang bisa memuaskanku?" batin nya.
"Hei...kenapa senyum senyum sendiri?" tanya Lenny yang kini merebahkan kepalanya pada d**a Tedy. "Malam ini kamu berbeda sekali deh Ted....Hmm...lebih bersemangat gitu.." ucap Lenny dengan sumringah. Dia merasa Tedy bersemangat karena dirinya, padahal Tedy sedang melampiaskan kekesalannya terhadap Tasya padanya.
"Hmm...kamu juga malam ini nikmat sekali...uhmpp..."Tedy mengganti posisinya menjadi diatas Lenny lalu menjilat leher mulusnya kemudian turun bermain dengan kedua p******a yang masih penuh dengan bercak merah tanda pergumulan mereka barusan.
"Ahh..Ted...kamu masih belum puas sayang...Uhmmm..."Tasya menggeliat kegelian ketika lidah Tedy kini sudah bermain di area intimnya. Kedua kakinya terbentang untuk memudahkan Tedy bergerilya memuaskan Lenny.
"Aku tidak pernah puas Len....Slurp...hmm..."
"Uhhhgg...sayang....ahh....aku..." Lenny tidak kuasa melanjutkan kalimatnya, permainan Tedy dibawah sana sungguh membuatnya hilang akal.
"Baby...uhmm...urgg....lubangmu kenapa makin lama makin enak yah..." bisik Tedy tepat disamping telinga Lenny sambil terus memompa kejantanannya keluar masuk. "Urgg....Urghh...." mata mesumnya menatap wajah Lenny yang sedang terpejam karena nikmat yang tak terkira.
Begitulah malam menjadi sangat panjang karena kedua anak manusia yang tidak pernah merasa puas dengan nikmatnya surga duniawi.
Sementara itu Tasya belum dapat memejamkan kedua matanya. Pikirannya masih dipenuhi dengan pertemuannya dengan Tedy.
"Uhhgg..." dengan kesal Tasya bangkit dari tidurnya lalu keluar kamar hendak mengambil air dingin di kulkas agar dapat menyejukan tubuhnya yang terasa panas.
"Ehem..."
"What the ....." jerit Tasya hingga melompat ketika mendengar suara dari arah sofa.
"Hm...anak kecil pintar ngomong gak benar yah..." tegur Andreas, lalu menyalakan lampu di meja sudut.
"Lagian ngapain sih duduk gelap gelap? Gak takut apa ada yang mencolek dari belakang?" jawab Tasya dengan ketus.
"Enggak bisa tidur. Kamu juga?"
"Yes, lagi mikirin gimana caranya bisa lepas dari Tedy...." jawab Tasya kemudian meneguk habis segelas air putih dingin. "Ahhh.....enaknya.." Andreas geleng geleng kepala, "Air putih dingin segitu enaknya kah?" pikirnya
"Jangan kebiasaan minum air dingin, tidak baik untuk kesehatan" nasihat Andreas, dia sendiri lebih menyukai air hangat.
"Hmm....kalau minum air dingin itu rasanya gimanaaaa gitu!" jawab Tasya seraya mengisi gelas kosong dengan air dingin kembali yang diambil dari dispenser air.
"Dasar, anak kecil suka membatah" ucap Andreas lalu mendengus kesal karena nasihatnya dianggap angin lalu saja.
"Ok, ok deh...segitu marahnya." Tasya melihat gelagat tidak baik, dari pada diomelin hanya gara gara urusan air dingin saja.
"Sya, ada satu cara biar Tedy dengan terpaksa harus merelakan kamu. Tapi itu asalkan kamu bersedia......" ada keraguan dalam kalimat yang baru saja diucapkan oleh Andreas.
"Apa?" tanya Tasya dengan semangat empat lima, di pikirannya dia akan melakukan apapun asalkan bisa terbebas dari Tedy.
"Perjanjian kita kamu tahu kan?" Tasya menganggukan kepalanya " Umumkan saja bahwa kita pacaran"
"Gimana sih maksudnya? Aku enggak ngerti"
"Hmm...ternyata IQ kamu agak jongkok ya?" ledek Andreas dibalas dengan cibiran oleh Tasya.
'Yeee....cius nih...apa hubungan antara perjanjian kita dengan Tedy?" desak Tasya agar Andreas menjelaskan lebih detail.
"Intinya kita harus terlihat sebagai sepasang kekasih dimanapun dan kapanpun. Jika Tedy tahu kalau kamu sudah punya pria lain maka dia akan mundur teratur bukan?"
Tasya menghempaskan dirinya dan duduk disamping Andreas sambil memainkan gelas kosong dengan tangan kananya. "Apakah dia tidak tambah murka?"
"Kemungkinan itu bisa terjadi mengingat begitu possesif nya dia padamu. Tapi, aku rasa sebagai seorang lelaki dia tidak akan mau mengemis cinta jika tahu kalau wanitanya sudah tidak ada hati dengannya."
Tasya merenung dan memikirkan ide Andreas.."Tapi...aku gak enak sama orang kantor dong. Masa bos pacaran sama sekretarisnya? Mau dianggap apa aku ini? Wihh....kebayang tuh cibiran orang" bahunya dinaik turunkan dengan cepat.
"Cuek saja lah...memang nya masalah? Perusahaan itu kan aku yang punya...jika ada yang gak suka yahhh silahkan mengundurkan diri . As simple as that...."
"Yahh..situ sih enakkk! Enggk mungkin kan mereka menindas bos. Nah aku....bisa bisa dikucilkan satu kantor itu mah.. Ogah ah!" Tasya hendak beranjak dari duduknya namun tangannya ditahan sehingga dia kembali duduk.
Andreas mendekatkan wajahnya pada Tasya, jarak mereka semakin lama semakin tipis. Deru napas Andreas sangat dirasakan oleh Tasya, "Apa....apaan nih...." Belum selesai Tasya protes, Andreas dengan cepat mengecup bibir ranum Tasya dengan sangat lembut. "Bonus!" bisiknya. Lalu membebaskan Tasya.
"Dasar! Bonus dari Hongkong!!" omel Tasya dan segera menyelamatkan diri masuk ke dalam kamar lalu menguncinya dari dalam.
"Udah gila si bos rupanya" batin Tasya masih bersender pada pintu kamar. Dia memjamkan mata dan mengarahkan jemarinya perlahan menyentuh bibirnya....hm....jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya dan ..ciuman Andreas sungguh membuatnya tersanjung. Bukan karena Andreas adalah atasannya, tapi sikap pria itu sungguh bertolak belakang dengan Tedy.
Andreas hanya bisa nyegir melihat tingkah Tasya yang ketakutan. Sudah lama dia mengincar untuk dapat menikmati bibir Tasya, dan malam ini keinginannya terkabul. "Manis, lembut, ahh....nagih banget rasanya". Dari ciuman singkat itu Andreas ingin menguji perasaannya pada wanita itu, dan hasilnya....yup! sepertinya dia sudah mulai tertarik dengan sekretaris uniknya itu.
Bagamana dengan Tasya? Sepertinya masih PR buat Andreas untuk dapat mencuri hati Tasya. Tugas pertamanya adalah menyingkirkan Tedy untuk selamanya. Untuk itu dia membutuhkan bantuan seorang detektif.