"Dari mana? baru jadi sekretaris beberapa minggu saja sudah banyak gaya ya?"
Tasya tidak berani memandang Tedy, dia masih berdiri di anak tangga pertama dan bergeming.
"Jawab!" suara Tedy menggelegar. Beberapa anak kos lainnya yang berada di ruang tamu satu persatu meninggalkan ruang tersebut dan kembali ke kamar masing masing. Sudah menjadi peraturan tidak tertulis di sana untuk tidak mencampuri urusan orang lain.
Perlahan Tasya mengangkat kepalanya dan menatap Tedy. "Dari kantor." jawabnya.
"Sama siapa kamu pulang? si bos? sudah berani selingkuh sekarang ya?" Tedy beranjak dari kursi dan berjalan mendekati Tasya. Reflek Tasya mundur dan tidak sadar kalau dirinya berada di anak tangga pertama sehingga tubuhnya terhuyung kebelakang dan terjembab dengan mendaratkan bokongnya terlebih dahulu. "Aaa...." teriak Tasya
"Hahahah...itu balasan kamu membohongiku!"
Susah payah Tasya bangun dengan menepuk nepuk bokongnya dan meringis. "Bukannya ditolongin malah ketawain."
Tedy meraih pergelangan tangan Tasya "Gimana? Sakit? masih berani bohongin aku?"
"Aku gak bohong kok. Memang tadi aku meeting, ponselku set silient. Dan yang mengantar pulang abang taxi. Kamu kemana? Aku nunggu sampai kering enggak nongol nongol" jelas Tasya dengan hati dongkol.
"Sudah, sudah...masuk dan bersih bersih. Aku kesini cuma mau kasih tahu kalau besok pagi aku berangkat ke Banjarmasin selama tiga atau empat hari. Jadi jangan macam macam selama aku pergi yah! " Tedy mengulurkan tangannya hendak menyentuh pipi Tasya, namun ditepis oleh Tasya karena disangka Tedy hendak menamparnya seperti kemarin malam.
"Kenapa?Takut?" tanya Tedy tanpa merasa bersalah. Lalu melangkah semakin dekat dengan Tasya dan "Cup!" bibirnya mengecup lembut bibir Tasya. " Aku sayang kamu. Dan...maafin aku yah membuat kamu nunggu lama tadi."
Tasya tidak dapat memejamkan matanya malam itu, dia masih terbayang bayang dengan kejadian tadi sore dan kemarin malam. Perubahan sikap Tedy yang sangat bertolak belakang membuat dirinya memikirkan kembali hubungan mereka.
Tedy dan Tasya mulai kenal ketika mereka masih sekolah di SMA yang sama, Tasya yang waktu itu anak pindahan dari Bandung sangat senang dengan Tedy yang ramah dan membantunya melewati masa masa sulit sebagai anak baru.
Dimana ada Tasya pasti ada Tedy, mereka berdua bagaikan perangko dengan amplopnya. Bahkan teman teman memberi mereka julukan sebagai "sweet couple". Hubungan mereka berlanjut hingga ke bangku kuliah. Tasya yang mengambil jurusan komunikasi diikuti oleh Tedy dengan jurusan yang sama. Padahal ayah Tedy menginginkannya untuk masuk management agar dapat meneruskan usaha kayunya.
Sikap Tedy padanya sangat lembut dan sabar, tidak seperti saat ini. Perubahan sikap Tedy yang sangat bertolak belakang mulai terlihat ketika usaha papanya mengalami penurunan. Pemerintah mulai menerapkan berbagai macam persyaratan kepada para pengusaha kayu demi menjaga kelestarian hutan. Ketika tahun terakhir mereka kuliah, papaTedy ditangkap karena secara ilegal menebang kayu di hutan pedalaman Kalimantan.
Keuangan keluarga mulai terganggu, mereka harus membayar denda dan pengacara yang hebat agar papanya dapat terlepas dari semua tuntutan tersebut. Satu persatu aset keluarga dijual, dari mobil, rumah, villa hingga perhiasan.
Berkat pengacara yang hebat dan tentu saja "uang", papa Tedy hanya dikenakan hukuman ringan. Dia harus menjalani masa tahanan selama 3 tahun serta denda sebesar tujuh ratus juta rupiah.
Sidang demi sidang yang dijalani serta sorotan media membuat mama Tedy depresi. Wanita yang berasal dari keluarga terpandang sangat malu dan memutuskan untuk meninggalkan keluarga mereka dengan seorang pria yang merupakan cinta pertamanya semasa sekolah.
Untung saja pada saat itu kakak Tedy, Sinta sudah menikahi seorang pengusaha percetakan. Keluarga mereka banyak dibantu dan berhasil melewati masa sulit hingga hari ini.
Namun Tedy, yang sudah terbiasa dengan semua kemewahan dan kemanjaaan dari mamanya merasa tertekan. Selain kecewa pada sikap mamanya, Tedy menjadi lebih posesif dengan Tasya. Sikapnya sangat berlebihan, bahkan terhadap sahabatnya pun Tedy cemburu.
Dia harus mencari pekerjaan sambil menyelesaikan kuliahnya. Tedy menyalahkan papanya atas kejadian yang menimpa hidupnya. Hingga saat ini, hubungan mereka masih dingin. Hanya dengan Kak Sinta sikap Tedy baik, dia sangat sayang pada kakak satu satunya itu. Dan hanya nasihat Kak Sinta yang masih didengar olehnya.