*****...*****
"Sungguh malang nasib anda nona!! Begitu banyak penderitaan yang harus kau tanggung."
Sambil menangis, bibi Laras membantu Sofia membersihkan luka-luka dipipinya, gadis itu pun meringis segera.
"Sakit!! Perih bibi!!."
Rintih Sofia, sementara bibi Laras masih terus membantunya. Wajahnya sudah Tidak berbentuk, dengan luka memar dan juga bengkak akibat tamparan yang diterimanya.
"Siapa yang melakukan ini nona? Dia sungguh kejam!."
Bibi Laras bertanya sambil terus membersihkan luka-luka tamparan di pipi Sofia. Sementara gadis itu kembali menerawang mengingat suara yang didengarnya.
"Itu!! Itu!! Hiks!!."
Dia pun tidak sanggup menahan tangisnya saat mengingat Siapa orang yang sudah berbuat seperti itu padanya. Memerintahkan memberikan tamparan ratusan kali di pipinya.
"Nona tenanglah!! Maafkan bibi karena bertanya macam-macam! Tapi bibi yakin, suatu saat akan ada keadilan untukmu."
Sofia berusaha untuk menahan tangisnya, berusaha menegarkan hatinya. Walaupun tak bisa dipungkiri. Kalau rasa sakit di hatinya teramat sangat. Bahkan hampir membuatnya putus asa.
Bbrraakk!!
Tiba-tiba pintu kamar itu dibuka dari luar secara paksa. Tedi pun masuk ke dalam dan menghampiri Sofia dan juga bibi Laras yang langsung bangkit berdiri saat melihatnya.
"Kudengar kamu keluyuran! Dasar anak tidak tahu diri! Untuk apa kamu keluyuran keliling kompleks hah?? Mau mencari laki-laki? Dasar anak tidak tahu diuntung!!."
Tedi langsung menjambak rambut Sofia hingga membuat gadis itu mendongak ke arah atas.
"Tuan!! Sadar!! Saat ini Nona Sofia sedang sakit! Jangan lagi berbuat kekerasan padanya! Lihatlah wajahnya, luka-luka karena kekerasan orang!!."
Bibi Laras berusaha mencegah Tedi untuk berbuat kasar lebih jauh kepada Sofia.
"Tahu apa kamu tua bangka! Di sini Kamu hanyalah seorang pelayan! Dan dia adalah anakku! Aku akan memberikan pelajaran padanya! Karena dia sudah mempermalukan aku! Dia keluyuran keliling kompleks untuk mencari seorang pria. Dia benar-benar jalang!!."
Pekik Tedi yang langsung menarik rambut ke Sofia hingga membuat gadis itu terpaksa turun dari tempat tidurnya.
"Lepaskan!! Ini sakit!!."
Teriak Sofia saat merasakan kulit kepalanya seakan hendak lepas dari tempatnya. Sementara Tedi yang sedang dikuasai oleh api amarah, menarik kuat rambut Sofia keluar dari kamar.
Buukkk!!
Aaauuuhh!!!
Sofia langsung mengadu kesakitan saat dilempar ke lantai oleh Tedi, sementara Bella dan juga Siska tampak begitu puas. Merekalah yang mengadu kepada Tedi, kalau Sofia sedang keluar berjalan-jalan keliling kompleks dengan niat hendak mencari seorang laki-laki untuk digoda.
"Bella!! Cepat ambilkan gunting!."
Sofia langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat saat mendengar perintah Tedi yang menggelegar kepada Bella. Tentu saja Bella dengan senang hati segera mengambil gunting untuk sang ayah.
"Berani sekali kamu mempermalukan aku! Padahal aku sangat disegani di daerah ini! Tapi kamu telah mencoreng nama baikku! Berani-beraninya kamu keluar untuk menggoda lelaki."
Sreeekkk sreeekkk!!!
Tedi menggunting rambut panjang kesayangan Sofia tanpa ampun. Sementara Bella dan Siska tertawa terbahak-bahak menertawakan gadis itu.
"Jangan pak!! Nona Sofia sangat merawat rambutnya. Jangan lakukan itu!!."
Bibi Laras berusaha untuk menggapai Sofia yang sudah luruh di lantai sambil histeris melihat rambutnya teronggok mengenaskan di depannya.
Namun dengan cepat, Siska dan Bella menariknya, dia segera memberikan bibi Laras kepada Reva. Dan Reva yang menarik tubuh tua itu masuk ke dalam dapur.
Terdengar erangan dan raungan yang keluar dari bibir Sofia saat melihat rambut kesayangannya yang selama ini dirawatnya dengan penuh kasih sayang, kini sudah teronggok di hadapannya. Rambutnya bahkan hanya sebatas leher saja sekarang.
Hahaha hahaha hahaha!!
"Kasihan sekali!! Rambut panjang yang begitu disayanginya ini juga telah meninggalkannya. Dan sekarang dia tidak punya siapa-siapa. Sungguh kasihan!!."
Bella serta Siska tampak tertawa terbahak-bahak sambil mengejek Sofia yang meraung di sana.
Sementara Tedi segera melempar gunting, kemudian berlalu dari sana membawa kemarahannya.
"Makanya!! Jangan sok cantik, Kau pikir semua pria suka padamu? Tidak bodoh!! Jika mereka tahu kalau kamu hanyalah anak yang tidak dianggap di rumah ini. Mereka pastinya akan menjauh. Memangnya siapa yang mau dengan wanita terlantar sepertimu? Bahkan sebentar lagi mungkin kamu akan menjadi gembel di jalanan! Dasar sampah!!."
Bella menoyor kepala Sofia yang masih menangis terisak-isak sambil memegangi rambut panjangnya yang sudah terpisah dari kepalanya.
"Sudah mama!! Tidak perlu diperdulikan lagi, aku harus bersiap-siap, karena nanti malam akan melakukan dinner romantis bersama dengan kak Noah."
Bella mengedipkan mata dengan manja kepada Siska, kedua wanita itu pun segera meninggalkan Sofia dengan segala penderitaannya.
Sementara bibi Laras, juga tidak bisa berbuat apa-apa. Wanita tua itu diharuskan membersihkan seluruh area dapur sebagai hukuman.
"Ciihh!! Kalau sudah tua itu, jangan banyak tingkah. Kamu harus bisa berdiri di pihak yang benar supaya posisimu aman. Kalau seperti ini kan kamu sendiri yang rugi dan merasakan akibatnya. Badan kamu sudah tua tapi harus mengerjakan pekerjaan sendirian. Sungguh kasihan!!."
Reva mengejek bibi Laras yang tengah membersihkan dapur. Siska telah memberikan hukuman padanya, dan tidak boleh ada satu pelayan pun yang membantunya.
"Apa sebaiknya aku menghilang saja dari dunia ini? Daripada harus menanggung semua penderitaan!!."
Sofia masih merintih di kamarnya yang gelap. Dia duduk di dekat jendela, dengan rambut panjangnya yang masih berada di pangkuan. Dia tidak tega membuang rambut itu, karena sekian lama dia merawatnya dengan penuh kasih sayang.
"Mama!! Kenapa dulu kamu harus meninggalkan aku? Kenapa tidak membawaku ikut serta? Agar semua penderitaan ini tidak sampai terjadi!."
Sofia kembali bergumam dengan air mata yang tumpah ruah di pipinya yang membengkak. Dia bahkan tidak memperdulikan lagi penampilannya sekarang yang teramat sangat berantakan.
Rambutnya pendek sebatas leher, itupun Tidak berbentuk sama sekali. Hasil rekayasa tangan sang ayah yang begitu membencinya, dan tak pernah menganggapnya ada.
"Kak Noah!! Terimakasih!! Kamu sungguh baik."
Terdengar suara diluar, Sofia pun mencoba mengintip keluar jendela. Dia bisa melihat Bella serta Noah yang baru saja pulang. Mereka berdua sedang berdiri di taman, Noah membantu Bella menyelipkan rambut wanita itu ke belakang telinga. Terlihat mesra dan sangat romantis.
Sofia segera meraba dadanya, entah kenapa dia tidak lagi merasakan getaran yang dulu pernah ada saat melihat Noah. Dia bahkan sudah tidak merasa cemburu melihat kemesraan keduanya. Beda halnya dengan dulu, dia pasti akan cemburu dan meradang saat melihat Bella dekat-dekat dengan Noah.
"Apa perasaan itu telah benar-benar pergi meninggalkan aku? Apa mulai sekarang aku harus menjadi Sofia yang baru?."
Sofia segera bergumam, dia menatap rambut panjangnya yang masih berada di pangkuan. Sekali lagi air matanya tumpah ruah. Namun dia segera menarik nafas panjang, dia menatap ke arah langit untuk membendung air matanya itu agar tidak mengalir lagi.
"Sofia!!."
*.
"Pergilah nona! Perbaiki penampilan anda."
Bibi Laras segera meletakkan sejumlah uang di tangan Sofia. Dan gadis itu menatap tidak percaya kepadanya.
"Tidak usah bibi! Biarkan saja seperti ini. Nanti biar Sofia sendiri yang merapikannya."
Bibit Laras segera menggelengkan kepalanya.
"Nona pantas mendapatkan penampilan yang lebih baik, pergilah ke salon. Dan buatlah penampilan anda secantik mungkin."
Bibi Laras menatap wajah Sofia dengan tulus. Dan mata gadis itu pun berembun seketika. Ternyata di dunia ini masih ada yang sangat peduli padanya, yaitu sosok pelayan yang bekerja di rumahnya. Bibi Laras.
"Baiklah!! Saya akan pergi sebentar saja! Setelah itu kembali!."
Jawab Sofia.
"Iya! Mumpung semua orang sedang pergi!."
Sofia segera mengangguk, kemudian bergerak pergi. Namun tentu saja pergerakannya akan ketahuan oleh ibu tiri dan juga adik tirinya. Karena ada sosok mata-mata yang mengintai dirinya. Reva ada di sana, dan sedang mengukir senyum mengejek di bibirnya.
Sofia berjalan dengan terburu-buru memasuki sebuah salon, dia akan merapikan potongan rambutnya. Namun dia tahu tidak memiliki banyak waktu sebelum orang-orang itu pulang. Makanya dia merasa harus bergerak dengan cepat.
Buukkk!!
"Ah! Maaf!!."
Deg!!!
****...****