***...***
Rintihan dan lengungan kecil masih terdengar di dalam kamar itu. Kedua manusia berbeda jenis kelamin masih tampak berpacu mereguk kenikmatan yang dirasakan oleh tubuh masing-masing.
"Aarrghh!! Lebih cepat!! Aku sungguh menyukai ini!!."
Terdengar kembali racauan yang pastinya keluar dari mulut Sofia. Rupanya efek obat belum sepenuhnya sirna dari dalam dirinya. Richard sempat merutuki dalam hati orang yang sudah menjebak wanita yang dicintainya itu.
"Dosisnya Pasti sangat besar!! Bahkan Sofia sudah mendapatkan pelepasannya berkali-kali tapi efek obat masih belum hilang."
Richard pun membatin, sembari masih terus menggenjot tubuh bagian bawahnya. Agar kejantanannya lebih dalam masuk ke dalam inti Sofia. Tentu saja wanita itu merem melek jadinya. Hal pertama yang baru dirasakannya.
Dia bahkan kehilangan keperawanan di saat tidak sadar. Dan tentunya bersama dengan pria yang asing baginya.
Dia menyerahkan kesucian begitu saja, tanpa adanya perasaan. Dan akibat obat laknat yang sudah ia konsumsi.
"Tentu saja sayang! Aku akan memberimu kenikmatan! Sekaligus membantumu menghilangkan efek obat j*****m itu!."
Sahut Richard dengan suara serak, untunglah dia tidak merasakan kelelahan sama sekali. Padahal sudah hampir sepanjang malam mereka melakukannya.
Dengan inti tubuh yang masih terus menyatu, malam bahkan sudah beranjak dini hari. Tapi penyelesaian untuk hubungan itu masih belum terlihat akan berakhir.
Aarrghh hhhh!!
Lagi-lagi Sofia melolong panjang, entah pelepasan yang ke berapa kalinya dia dapatkan?.
Entah berapa banyak goresan akibat cakaran kuku panjangnya pada punggung Richard. Namun pria itu bahkan tidak merasakan perih sama sekali. Tubuh mereka masih menyatu di bawah sana. Dan Sofia memeluknya dengan erat, wanita itu bahkan menyadarkan kepalanya didada Richard dengan nafasnya yang naik turun dan memburu.
"Apa efek obatnya sudah menghilang?."
Richard segera bergumam saat melihat Sofia sudah tidak bergerak. Dengan Keadaan kepala yang bersandar pada dadanya.
"Hey!! Apa kau masih sadar?."
Richard segera menyeru kepala Sofia, dan ternyata wanita itu menutup matanya. Tubuhnya terasa lemas.
Dengan segera, Richard pun memisahkan tubuh mereka. Membawa wanita muda itu untuk terbaring sempurna di atas kasur.
"Rupanya dia tertidur! Mungkin efek kelelahan, dan pengaruh obat itu sudah menghilang!."
Gumam Richard menatap wajah Sofia yang tertidur dengan damai. Namun tatapannya segera jatuh kepada seprei putih itu. Bercak merah sangat terlihat. Dia pun tertegun sejenak. Namun ada perasaan senang didalam hatinya.
"Ini juga yang pertama untuknya."
Pria itu kembali bergumam kepada dirinya sendiri. Dengan sangat hati-hati dia menggulung spray putih tersebut yang sudah tidak berbentuk. Dengan hati-hati pula, dia menyingkirkan tubuh Sofia agar bisa mengambil sprei putih itu.
"Ken!! Datanglah ke sini. Sekalian bawa kantong kresek!."
Perintahnya kepada sang asisten yang selalu stand by. Dia menggenggam erat seprei putih itu yang di dalamnya terdapat darah kesucian Sofia.
Dia akan mengabadikan momen indah dan berharga tersebut.
"Bawa pulang dan simpan baik-baik!! Aku masih akan di sini sampai dia terbangun!."
Ucapnya kepada Ken yang datang membawa kresek seperti permintaannya.
"Tapi apa Anda yakin ingin menemaninya? Ingatlah!! Anda adalah orang asing baginya! Dan sekarang, anda dan dia sudah bersatu!."
Ken segera berbicara kepada bosnya yang hanya memakai bawahan celana panjangnya saja.
"Itu menjadi urusanku! Pergilah!!."
Ken mengangguk mengerti kemudian menunduk hormat. Setelahnya, dia meninggalkan depan kamar di mana bosnya dan Sofia berada.
*.
"Apa?? Sofia tidur dengan pria asing? Anak itu benar-benar jalang murahan!!."
Tedi langsung berteriak dengan marah saat mendengar laporan Bella. Siska pun tampak mengerling kepada putrinya itu, keduanya tersenyum menyeringai karena merasa kalau rencananya sudah berjalan dengan lancar.
"Padahal kemarin saya sudah memperingatkan dia agar tidak minum alkohol! Tapi dia ngotot ingin minum, makanya jadi seperti ini. Maafkan Bella karena tidak becus menjaga Sofia."
Bella memasang wajah bersalahnya di hadapan Tedi.
"Ini bukan salahmu! Memang Sofia saja yang benar-benar murahan! Anak itu sangat memalukan! Sama saja dengan ibunya!."
Tedi terlihat amat geram. Pria itu mondar-mandir sambil mengepalkan tangan. Siska dan juga Bella tampak tersenyum puas. Mereka yakin kalau petaka kembali akan terjadi pada Sofia.
"Aku akan segera mengusir anak itu dari sini!! Aku tidak Sudi memiliki anak pembuat malu sepertinya!!."
Tedi menghempas tubuhnya di sofa, Siska pun buru-buru duduk di samping suaminya.
"Eh jangan! Kamu tidak boleh mengusir Sofia! Apa kata orang di luar Nanti Jika kamu mengusirnya? Kamu akan dibilang sebagai ayah yang tidak baik dalam mengurus anaknya. Biarkan Sofia tetap tinggal di sini, tapi kamu tidak boleh menanggapinya. Kamu tidak boleh memberikan kasih sayang padanya. Karena nanti dia bisa ngelunjak. Dan dia akan semakin kurang ajar pada kita. Anggap dia seperti pembantu saja di rumah ini!!."
Siska sempat melirik dan memberi kode kepada Bella. Tedi pun manggut-manggut mendengar ucapan istrinya.
"Kau benar! Apalagi kolega bisnisku saat ini sudah mulai curiga tentang hubungan di keluarga kita! Mereka mendengar rumor Kalau aku pilih kasih! Dan menelantarkan anak kandung sendiri!!."
Siska segera meraba bahu suaminya. Dia sangat tahu kelemahan Tedi.
"Aku tidak ingin membuat Citra buruk pada masyarakat ataupun kolegal bisnismu. Yang mereka tahu kalau selama ini keluarga kita adalah keluarga yang patut dijadikan teladan. Jangan sampai Sofia membuat nama besar kita menjadi tercemar. Apalagi sebentar lagi kita akan menjalin hubungan perbesanan dengan keluarga Sanjaya. Kita akan semakin dihormati dan disegani."
Siska terlihat amat senang, Dia segera mengedipkan satu mata ke arah Bella.
"Baiklah sayang! Tapi kalian berdua harus mempersulit keadaan Sofia! Kalian berjanji harus memberikan pelajaran kepada anak itu! Dia sudah membuat dan mencoreng nama baik keluarga Anggara!!."
Siska tentu saja langsung mengacungkan jempolnya kepada Tedi. Hal itulah yang dia inginkan, diberikan kuasa untuk mendidik Sofia. Tentu saja dengan caranya sendiri.
*.
"Hhmmm!!."
Sofia tampak menggeliat di atas tempat tidurnya. Secara perlahan dia pun membuka mata. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya.
"Di mana aku?."
Gumamnya segera saat menyadari kalau dia tidak berada di dalam kamarnya. Melainkan Tengah berada di kamar lain.
"Apa yang terjadi?."
Gumamnya kembali saat menemukan dirinya berada di bawah selimut. Dia pun buru-buru bangkit dan melihat keadaan dirinya Yang ternyata telanjang.
"Hah!! Apa yang terjadi padaku? Aku tidak ingat apapun!!."
Serunya segera dengan suara kencang. Dia pun segera memindai kamar itu. Benar-benar asing.
"Ya Tuhan apa yang terjadi padaku? Siapa yang sudah melakukan ini?."
Dia pun segera menjambak rambutnya sendiri dengan frustasi. Dia yakin telah terjadi sesuatu padanya. Hal yang tidak diinginkannya.
"Aku harus segera pulang!!."
Dengan terburu-buru, Sofia pun menurunkan kedua kakinya. Namun dirinya segera meringis saat merasakan kesakitan di area selangkangannya. Sangat perih dan juga sakit.
Aauuhh!!
Rintihannya segera sambil menutup mata dan menggigit bibir.
"Siapa yang sudah menodaiku? Setelah itu meninggalkanku begitu saja? Siapa?."
Sofia pun menangis terisak-isak di sana karena sadar telah kehilangan satu-satunya hal berharga yang ada pada dirinya. Dia merutuki dirinya sendiri kenapa harus datang di pesta yang diadakan oleh Bella.
"Siapa pria itu? Siapa dia?."
Sofia masih terus mengumandangkan pertanyaan sambil memunguti ceceran pakaiannya, kemudian memakainya kembali.
"Robek!!."
Serunya segera saat menemukan pakaiannya itu ternyata telah robek di mana-mana.
Namun tatapannya segera jatuh pada sebuah bungkusan di atas meja.
Dia pun bergerak mendekat dan melihat isi dari goodie bag tersebut.
"Pakaian!!."
Rupanya isi di dalamnya adalah pakaian wanita. Mungkin diperuntukkan untuknya.
Sofia pun segera mengganti pakaiannya kembali yang sudah tidak layak pakai dengan pakaian yang ada pada goodie bag.
"Sofia apa yang sudah kau lakukan? Kenapa kamu bisa kehilangan kesucian tanpa sadar? Dan siapa yang sudah mengambil kesucian mu?."
Sofia benar-benar merutuki dirinya Sendiri yang sudah kehilangan segalanya.
Wanita itu pun melangkah keluar dari kamar tanpa menggunakan alas kaki dengan terburu-buru.
Tanpa disadarinya, sepasang Mata memindainya sedari tadi. Bahkan mengikuti kepergiannya dengan tatapan tajam tak berkedip. Ada senyum tipis yang terbit di bibir pria itu.
***...***