****...****
Sofia tiba di kediaman Anggara tanpa menggunakan alas kaki. Dia berharap kalau sang ayah saat ini sudah berada di kantor, dan tidak ada yang menyadari kehadirannya di rumah.
Dia pun segera berjalan mengendap masuk ke dalam ruangan sambil memindai sekitar dengan perasaan takut-takut.
"Sofia!! Berani-beraninya kamu pulang!!."
Mata Sofia langsung melotot saat mendengar suara Bariton yang keras. Dia sangat kenal kalau itu adalah suara Tedi. Dia pun segera menggigit bibir bawahnya dengan perasaan was-was.
"Ternyata si jalang Ini berani pulang juga. Setelah semalaman menghabiskan malam bersama dengan pria. Dan Bersenang-senang dengannya!! Sungguh memalukan!!."
Siska segera menambahi ucapan suaminya. Dia menatap sinis penampakan Sofia. Sementara Bella sendiri salah fokus dengan pakaian yang digunakan oleh Sofia. Dia tahu betul kalau pakaian itu bukanlah yang tadi malam Digunakan oleh Sofia dalam menghadiri acaranya.
"Dari mana dia mendapatkan pakaian mahal? Itu adalah merek ternama! Harganya sangat fantastis! Aku saja tidak berani untuk membelinya!!."
Bella segera membatin, kedua tangannya terkepal! Dia sungguh geram melihat Sofia mengenakan pakaian mahal.
"Aku!! Aku dijebak oleh Bella!! Dia mengundangku untuk datang ke bar itu! Dan entah minuman apa yang dia berikan? Aku sama sekali tidak mengingat apapun!!."
Sahut Sofia akhirnya dengan berani. Dia menatap penuh kebencian ke arah Bella. Dia yakin kalau saudara tirinya itu telah menjebaknya.
"Eh lihatlah dia Papa! Mama! Dia melimpahkan semua kesalahan padaku! Padahal tadi malam aku sudah memintanya untuk tidak minum! Tapi dia sama kali tak memperdulikannya! Dia bahkan bilang ingin menikmati malam ini, bersama dengan alkohol dan juga seorang pria!!."
Bella pun segera berbohong untuk melindungi dirinya sendiri. Sofia langsung melototkan matanya mendengar kebohongan yang keluar dari mulut Bella.
"Kau bohong!! Kamu sengaja menjebakku untuk tidur dengan pria asing yang tidak kukenal!! Apa kau puas sekarang?."
Sofia mendekati Bella, dia mengayunkan tangan hendak menampar saudara tirinya itu.
"Berhenti Sofia!! Dasar anak kurang ajar! Kamu melimpahkan semua kesalahan pada Bella! Padahal jelas-jelas di sini kamulah yang bersalah. Memang dasarnya saja kamu yang jalang dan murahan!! Kamu sama saja dengan ibumu itu!!."
Pllaakkkk!!
Dengan cepat, Tedi melayangkan tamparan pada pipi Bella membuat wanita itu segera berpaling sambil meraba pipinya yang memerah seketika.
"Kamu memang pantas untuk mendapatkan hukuman!! Kamu tidak layak menjadi anggota keluarga Anggara! Kamu hanya bisa membuat malu. Pllaakkkk pllaakkkk pllaakkkk! Buukkk!!!."
Bukan hanya tamparan, tapi juga tendangan dan pukulan yang didapatkan oleh Sofia dari Tedi. Wanita malang itu pun jatuh terjerembab ke lantai. Sudut bibirnya mengalirkan darah segar seketika.
Namun yang lebih menyakitkan adalah, bagian selangkangannya yang sudah perih. Dan sekarang ditambah lagi dengan luka-luka akibat dihajar oleh Tedi.
"Dasar anak sialan!! Kamu memang adalah anak pembawa sial dalam keluarga Anggara! Aku menyesal memiliki anak sepertimu!!."
Tedi kembali lagi menarik rambut Sofia. Sehingga membuat kepala wanita itu mendongak. Kulit kepalanya terasa mau terlepas. Guratan terlihat jelas di wajahnya akibat kesakitan.
Pllaakkkk pllaakkkk!!
Dua buah tamparan kembali Tedi layangkan ke arah wajah putrinya. Wajah Sofia terlihat sudah benar-benar babak belur. Bella dan Siska tampak sangat puas melihat penderitaan wanita itu.
"Nona! Hiks!!."
Bibi Laras hanya bisa menyaksikan kekejaman tersebut dari balik tembok. Dia tidak mampu berbuat apa-apa untuk menolong Sofia. Walaupun dia sangat ingin.
"Kamu harus dihukum agar jera, dan tidak lagi berbuat ulah!! Anak sepertimu tidak boleh diberikan hati!!."
Tedi segera meraih tubuh Sofia. Dan menyeret gadis itu menuju arah belakang. Tentu saja Sofia akan kembali dikurung di ruangan pengap yang selama ini menjadi tempat hukuman untuknya.
"Sungguh kasihan sekali! Tapi aku puas melihatnya mama! Aku sangat senang melihat Sofia menderita!! Hahaha hahaha!!!."
Bella menyeringai puas. Sambil tertawa terbahak-bahak bersama dengan Siska.
"Bagaimana kalau nanti, kita jual saja Sofia kepada tuan Beno? Dia pasti mau menjadikan Sofia istrinya mudanya, kita akan mendapatkan uang yang banyak darinya!!."
Ibu dan anak itu tampak sangat senang karena mendapatkan ide untuk kembali meraup keuntungan pribadi dari Sofia. Dengan menjual wanita muda itu kepada seorang rentenir yang memiliki banyak istri.
*.
"Sofia!! Aku pasti datang untuk menjemputmu! Aku akan mengeluarkanmu dari neraka itu."
Richard duduk di atas kursi kerjanya sembari membayangkan wajah cantik Sofia. Peristiwa semalam masih terasa membayangi benaknya. Dan hal itu membuatnya sesekali tersenyum membayangkan hal indah tersebut yang direguknya bersama dengan wanita yang dicintainya.
"Lalu apa yang akan anda lakukan dengan Nona Sofia Tuan Richard?."
Pria itu segera tersadar saat mendengar pertanyaan Ken.
"Aku akan segera datang untuk melamarnya kepada Tedi Anggara!."
Jawab Richard dengan pasti dan penuh keyakinan.
"Apa Anda yakin lamaran ini akan diterima?."
Ken tampak sangsi dengan rencana sang bos.
"Dia pasti akan menerima lamaranku! Aku punya cara sendiri untuk menekan Tedi. Dan itu pasti berhasil."
Richard tampak menajamkan pandangannya, satu tangannya terkepal kuat, sudut bibirnya terangkat. Hal itu membuat Ken tampak bergidik. Walaupun pembawaan Richard sangat tenang. Namun pria itu memiliki sisi kelam yang menakutkan.
Beberapa tahun yang lalu, Richard memang sempat melamar Sofia. Namun lamarannya ditolak mentah-mentah oleh Tedi, karena saat itu Richard masih sangat muda. Dia belum mapan dan berhasil seperti sekarang. Dia belum memiliki nama besar.
Malam telah datang! Sofia berusaha untuk menggerakkan tubuhnya. Selama beberapa jam dia pingsan di dalam ruangan itu. Tidak ada seorangpun yang datang untuk menolongnya. Bibi Laras yang selama ini selalu membantunya juga ditekan oleh Siska dan Bella, wanita pelayan itu mendapatkan ancaman.
"Sakit!! Ssshhh!!!."
Sofia segera meringis saat merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Namun yang lebih menyakitkan adalah area selangkangannya yang terasa benar-benar perih.
"Apa yang harus aku lakukan?."
Wanita itu segera bergumam membayangkan kehidupannya Yang Malang.
"Aku harus segera pergi dari sini!!."
Sofia akhirnya bisa bangkit dengan berpegangan pada sebuah kursi reot yang ada di sana. Dia bergerak menuju arah jendela. Dengan mati-matian, dia berusaha membuka jendela itu.
"Selamat tinggal keluarga Anggara!! Namun aku berjanji suatu saat akan datang lagi! Mengambil semua yang seharusnya menjadi milikku!!."
Dengan tekad yang bulat, akhirnya Sofia berhasil keluar dari ruangan itu melalui jendela. Dia membawa tubuhnya yang terluka parah.
Tubuhnya tertatih, terseok dengan kesakitan yang tiada tara.
"Aku harus ke mana? Aku tidak memiliki tujuan!!."
Sofia segera bergumam seorang diri. Dia berhasil sampai ke sebuah jalan yang tidak jauh dari kediaman Anggara. Dia berusaha menyeret tubuhnya untuk menjauh dari rumah itu agar Tedi tidak menemukannya.
"Aahhh!! Ini sakit!!!."
Ringisnya saat merasakan sakit di bagian selangkangannya Semakin menjadi saja.
Namun sebisa mungkin dia menyeret langkahnya yang tertatih. Walau dia sama sekali tidak memiliki tujuan.
Hossh hoosshh hoosshh!!
Nafas wanita itu benar-benar memburu saat dirinya mendudukkan tubuh di trotoar. Dia memegang bagian perut yang terasa kram.
"Pria yang semalam itu!! Dia benar-benar ganas!!."
Dia pun jadi memikirkan pria yang semalam bersamanya. Sakit di area selangkangannya terasa begitu perih. Menandakan kalau pria yang bersamanya adalah pria yang sangat perkasa.
"Aku pusing!! Aahhh!!."
Buk!!!
Akhirnya Sofia tidak dapat menahan rasa sakit itu. Wanita itu kembali pingsan di sana.
"Tuan!! Dia Nona Sofia!!."
***...***