Angga menunggu kabar dari Lusi. Sehari, 2 hari, tapi Lusi belum menghubunginya.
Sementara itu, Lusi masih menjalin hubungan dengan Fabian. Bahkan semakin intim. Pulang kuliah, Fabian mengajak Lusi ke sebuah hotel.
"Sweeny, pulang kuliah aku mau ajak kamu ke suatu tempat".
"Kemana?"
"Pokoknya kita bakalan happy di sana".
"Iya, tapi jangan kelamaan ya takut di cariin Abah".
"Sweeny, kenapa sampai sekarang kamu gak kenalin aku ke Abah kamu?"
"Ehm...., belum tepat saja waktunya. Iya sudah nanti pulang kuliah kita pergi. Sekarang saya masuk kelas dulu".
"Oke, see you".
Di saat yang bersamaan, Angga merasa galau tanpa kabar dari Lusi lalu Angga memutuskan untuk menemui Lusi di kampusnya. Angga menunda beberapa pekerjaannya untuk dapat bertemu Lusi, Angga ingin memperbaiki hubungannya dengan Lusi.
Sore itu, Angga baru sampai di kampus. Angga menelepon Lusi tapi Lusi tidak mengangkatnya.
Akhirnya, Angga bertanya ke para mahasiswa di sana kelas Lusi dan kebetulan Angga bertanya pada Elisa.
"Permisi, kelas manajemen di mana ya?"
"Anda bukan mahasiswa sini sepertinya".
"Iya, saya sedang mencari teman saya".
"Siapa namanya? Mungkin saya kenal".
"Lusiana Dewi, dia baru semester 1 jurusan manajemen".
"O, Lusi yang pacarnya Fabian".
"Fabian? Pacar Lusi?"
"Iya, kalau anda ini siapanya Lusi ya, pacar atau mantan?"
"Saya pacar Lusi".
"Anda harus peringatkan Lusi, Fabian itu cuma main-main sama dia. Setelah dia puas, pasti dicampakkan".
"Maaf, tapi kenapa kamu bisa bilang demikian?"
"Saya ini mantannya Fabian".
"O, terimakasih atas infonya. Saya akan coba memperingatkan Lusi. Saya permisi dulu", dan segera berlalu.
"Gak nyangka cewek itu sudah punya pacar. Bakalan seru nih. Gua harus ikutin mereka", gumam Elisa.
Angga bergegas ke kelas Lusi tapi baru saja kelas tersebut bubar dan dia tidak bertemu Lusi karena berlawanan arah.
Angga mencoba bertanya kembali kepada mahasiswa yang keluar.
"Maaf, kamu kenal Lusi?"
"O, Lusi kayaknya ke arah sana tadi".
"Terimakasih".
Lusi telah sampai di parkiran bersama Fabian dan sudah hendak menaiki motor. Angga masih menoleh ke arah kiri, kanan, mencari Lusi dan melihat Lusi dari kejauhan.
"Itu dia, dan itu motor yang kemarin membonceng Lusi. Saya harus mengikuti mereka".
Angga bergegas menuju motornya untuk dapat mengejar Lusi. Elisa pun mengikuti Angga.
Fabian dan Lusi tidak sadar diikuti. Mereka saling berpelukan di motor. Angga juga tidak tahu dia diikuti Elisa.
Fabian dan Lusi sudah sampai di tempat yang di tuju dan itu adalah sebuah hotel.
"Sweepy, ini kan hotel".
"Iya, aku udah booking kamar untuk kita makan malam".
"Tapi,...., "
"Tapi apa, aku janji gak macam-macam. Kita cuma makan".
"Benar ya, janji".
"Iya, I swear".
Akhirnya mereka masuk menuju kamar yang memang sudah di siapkan Fabian.
Kamar itu sudah ditaburi bunga-bunga dan bunga bentuk cinta di atas ranjang.
Angga masih mengikuti mereka, begitupun Elisa.
Saat sampai di kamar, Lusi nampak terkejut dengan kamar yang penuh bunga.
"Wah, indah banget. Kamu yang persiapkan ini semua".
"Iya, aku yang siapkan ini semua cuma untuk kamu, Sweeny".
"Kamu memang my Sweepy, idaman para wanita".
"Kok para wanita, aku tuh sayangnya cuma sama kamu dan pengen kamu satu-satunya".
Fabian mulai memeluk Lusi dan mencium bibir merah Lusi. Lusi awalnya agak menolak tapi dia tak kuasa menahan ciuman Fabian yang lembut dan mulai terasa liar.
Bibir mereka saling menyambut dan tangan Fabian pun mulai menjelajahi setiap bagian tubuh Lusi. Gairah keduanya makin memanas, kancing kemeja yang Lusi kenakan saat itu mulai di buka satu persatu sampai terlihat bra yang Lusi kenakan saat itu. Fabian pun sudah membuka kaos yang dia pake. Tubuhnya yang kekar dan otot-otot perutnya nampak menggoda.
Tepat saat itu, handphone Lusi berbunyi, panggilan masuk dari Angga, Lusi mengabaikan panggilan itu.
"Siapa?"
"Bukan siapa-siapa".
Dan mereka melanjutkan hasrat mereka. Angga yang merasa khawatir takut terjadi hal buruk dengan Lusi tanpa berpikir lagi menggedor pintu kamar mereka.
"De, buka pintunya, ini Ka Angga. Ade, De".
Lusi yang mendengar teriakan Angga dari luar kamar langsung panik.
"Ka Angga, itu Ka Angga".
"Ka Angga, siapa?"
"Aku harus segera menemuinya,....", sambil mengancingkan kembali kemejanya dan merapihkannya.
"Tolong Sweepy, kamu juga segera berpakaian, please", pinta Lusi sambil menatap gugup.
Lusi berusaha menenangkan dirinya sementara Fabian memakai kembali kaosnya. Lusi mengatur napasnya dan membuka pintu kamar.
"Ka Angga, kakak kenapa ada di sini?"
"De, apa yang kamu lakukan dengan lelaki ini berduaan di dalam kamar?"
"Lusi cuma,....".
"Hey, kamu itu siapa sih? Lusi ini pacar gua dan dia di sini sama gua bukan urusan loe".
"Maaf, tapi saya ini pacar Lusi. Dan kamu, kamu itu bukan lelaki baik, kamu cuma ingin mempermainkan Lusi kan, jadi lebih baik kamu tinggalkan dia sekarang atau saya akan bertindak".
"Pacar, Lusi, apa maksud orang ini? Dia benar pacar kamu? Jadi aku ini siapa?"
"Kamu jangan bentak-bentak dia, pergi kamu sekarang juga".
"Oke, gua cabut".
Dan tanpa mereka sadari, Elisa merekam semua kejadian tadi di handphonenya.
"Wah, ini bisa jadi heboh besok di kampus. Playboy yang dipermainkan cewek sok polos".
Elisa segera membalikkan badan saat Fabian keluar kamar. Elisa lalu segera mengupload videonya di group kampus.
"De, kenapa kamu sampai begini? Apa salah Ka Angga sama kamu?"
"Maaf Ka, Lusi butuh perhatian, butuh kenyamanan, butuh pertemuan, Lusi merasa kekosongan di hubungan kita. Kakak selalu sibuk kerja, kerja dan kerja. Lusi merasa diabaikan. Dan Lusi merasa Fabian dapat mengisi kekosongan itu".
"De, Ka Angga selalu berusaha memberi perhatian itu. Maaf, kalau Ka Angga lupa kamu butuh pertemuan dan kenyamanan. Ka Angga janji akan memberikan yang kamu minta. Jadi, tolong jangan seperti ini. Kakak sayang banget sama kamu".
Lusi hanya bisa menangis dan Angga memeluknya berusaha menenangkannya.
Setelah hampir sejam berlalu, Lusi akhirnya dapat tenang kembali. Lalu Angga mengantarnya pulang ke rumah.
"Ka, maaf. Lusi minta maaf. Tolong Ka Angga maafin Lusi dan jangan beritahu Abah soal kejadian hari ini".
"Iya, De. Ka Angga juga salah dalam hal ini. Kakak juga minta maaf ya. Soal Abah, Ka Angga janji akan merahasiakan hal ini".
"Terimakasih Ka. Lusi pamit dulu ya".
"Iya, kamu istirahat ya".
Lusi berjalan pulang dari depan gang sementara Angga melihatnya sampai Lusi masuk ke rumah.