11| Hiraeth

1051 Words
TAWA yang menggelegar dari arah Keyla sudah sedari tadi terdengar menghiasi ruang bermain di dalam salah satu rumah mewah milik sahabat Raynzal. Dari jarak yang tak begitu jauh, Raynzal yang saat ini tengah meneguk perlahan minumannya di dalam mini bar milik Arga nampak sesekali melirik ke arah Keyla. Gadis itu tengah bermain kartu dengan beberapa sahabatnya; Al, Steve dan Arkan. Dengan taruhan, siapapun yang kalah harus meneguk gelas kecil berisi wine yang sudah mereka siapkan. Ketika Al kembali kalah untuk yang kesekian kalinya, tawa dari Keyla kembali pula terdengar. Tawa yang entah mengapa memancing sudut bibir Raynzal untuk tertarik ke atas. Merasa bahwa pilihannya untuk membawa Keyla ke tempat ini adalah hal yang benar. Karna cowok itu tahu, bahwa para sahabatnya pasti mampu mengembalikan mood baik gadisnya. Terbukti dengan apa yang tengah terjadi saat ini. Menghadirkan lirikan singkat dari arah Arga, si tampan satu itu juga tengah meminum minumannya tepat disamping Raynzal. "Suka?" Pertanyaan yang menghadirkan perhatian Raynzal, cepat-cepat menghilangkan senyum kecilnya begitu menyadari kalau sahabatnya itu sudah berhasil menangkap basah dirinya. "Apa?" Raynzal bertanya, pura-pura bodoh. Malas mengulang, hanya tunjukan dari arah dagunya saja yang menjadi respon Arga. Tunjukan yang mengarah pada Keyla. Sempat meneguk kembali minumannya sebelum menjawab; "Biasa aja." Entah mengapa jawaban itu malah menghadirkan senyum kecil dibibir Arga, mendatangkan kernyitan dahi dari arah Raynzal. "Kenapa lo senyum?" "Iya?" si tampan kembali mengulang pertanyaannya dengan wajah sebrengsek mungkin, membuat Raynzal tak memiliki pilihan lain. Karna jelas-jelas Arga sudah menangkap basah dirinya. Jadi untuk apa berbohong? "Iya." adalah jawaban yang akhirnya Raynzal keluarkan untuk pertanyaan satu itu. Anggukan samar menjadi respon dari kejujuran sahabat bertattonya. Mengapresiasikan kejantanan Raynzal. Kali ini terlihat mengangkat gelasnya, kemudian menempelkannya ke arah gelas milik Raynzal, "Cheers, buat yang bentar lagi gak jomblo." Gantian Raynzal yang tersenyum geli, sebelum kembali pada minumannya. Menerima ledekan yang Arga berikan dengan lapang d**a dan hati ikhlas. "IJAL!" Suara tak asing yang berasal dari arah Keyla membuat aktivitas kedua cowok tampan itu berhenti. Kepala Raynzal nampak berputar, menatap Keyla yang saat ini tengah duduk tepat di sofa depan TV. Di kanan dan kirinya terdapat sosok Al dan Steve. Gadis itu terlihat menatapnya balik sembari cemberut, memperhatikan wajahnya yang saat ini sudah dipenuhi oleh coretan bedak. "Al jahat, masa gue disuruh minum segelas penuh!" adunya dengan menunjuk tepat ke arah Al, membuat tersangka utama itu secepat kilat mengangkat kedua tangannya ke udara sembari menggeleng berkali-kali. "Enggak, anjir! Boong dia sumpah, nyet." "Bener, nyet--" Arkan nimbrung, terlihat dengan santainya melipat tangan di depan d**a sembari mengangguk, "Gue jadi saksinya." Bantuan lain datang, kali ini dari Steve. Cowok itu terlihat melempar-lemparkan chiki miliknya ke udara, menganggapnya sebagai salju. "Bentar lagi ada yang akan menghilang dari muka bumi ini. Mari sama-sama kita bimbing dia agar menuju jalan Tuhan." Dengan kesal, tendangan pada b****g Steve terlihat, "Apaan, t*i? Kenapa lo penghianat banget bangsat." "Gue gak bakal masuk ke kubu lemah--" responnya menyebalkan sebelum kembali menoleh ke arah Raynzal, "Hajar, nyet. Gue dukung!" Dalam diam, Keyla hampir saja meledakkan tawanya sebelum si tampan bertatto terlihat bangkit dari mini bar milik Arga, lalu tanpa beban berjalan mendekati keramaian. Menghadirkan diamnya Al, tidak dengan Steve yang semakin gencar menggoda sobatnya itu. Dan siapa sangka, sambaran pada segelas penuh wine yang saat ini terletak di meja hadapan Keyla, kemudian tanpa aba-aba meminumnya sampai habis. Menghadirkan tatapan tak percaya dari arah semua orang, bahkan Keylapun saat ini membuka mulutnya kaget. "Anjir, baru kali ini gue liat si monyet jadi pahlawan kesiangan." Al bertepuk tangan bangga, masih dengan tatapan tak percayanya pada Raynzal. "Emang, nyet, jatuh cinta bisa buat lo gila," sambung Steve jahil sebelum cowok itu beralih pada Keyla, "Gue jamin, Key, dia bakal berentiin mobil kayak Edward Cullen di film Twilight kalo lo nanti mau ketabrak." "Ijal!" aduan kedua datang sesaat setelah Raynzal meletakkan gelas kosong itu ke tempatnya semula, "Masa Steve doain gue ketabrak mobil." Walau pelan, Keyla masih dapat mendengar Steve menggerutu. Bahkan terlihat berbisik pada Al, "Gue bela lo, nyet. Males kubuan sama Keyla, ngaduan, sementang punya bodyguard badan montok macam gorengan Mpok Onah." Sebelum menjalankan aksinya, Raynzal terlihat menggulung jaket putihnya, memperlihatkan tatto yang berada di kedua sisi lengannya. Terimakasih untuk kalian yang sudah mengingatkan Raynzal untuk menendang b****g kedua sobatnya itu. •••• "Ijal belum tidur?" Kehadiran Keyla di balkon lantai dua rumah Arga jelas saja mengalihkan perhatian cowok yang saat ini tengah menghirup dalam-dalam batang rokoknya. Tanpa menunggu jawaban, Keyla berjalan menghampiri si tampan, lalu terlihat berdiri tepat di sampingnya. "Lo ngapain?" "Bosen. Al, Steve, Arkan sama Arga pergi clubbing. Tinggal Derren, itu juga dia lagi baca buku di ruang tengah, gak seru." Anggukan samar Raynzal balas sebagai aduan itu, kembali menghisap rokok miliknya perlahan. Dengan manik yang saat ini nampak menatap langit tanpa bintang pada malam menjelang pagi hari itu. "Jadi kalian suka kumpul dirumah Arga?" Keyla memulai pertanyaannya. "Iya." "Kenapa?" Sempat melirik Keyla sekilas, "Tempat ternyaman, bokap Arga jarang balik soalnya." "Nyokapnya?" "Udah cerai." Keyla terdiam. Fakta terbaru yang Keyla ketahui hari ini. Sangat menahan bibirnya untuk kembali melanjutkan kekepoannya. Namun justru hal itu mendatangkan perhatian dari arah Raynzal, sangat mengetahui sifat Keyla yang sedang seperti ini. "Kenapa?" Jangan salahkan Keyla untuk bertanya karna Raynzalah yang memancing. "Ehm--" gadis itu sempat memutuskan kalimatnya, merasa tak pantas untuk bertanya hal ini, "Kalo nyokap-bokap lo?" Pertanyaan yang mendatangkan diamnya Raynzal, tak ada jawaban langsung yang Keyla dengar. "Gak usah jawab gak apa-apa kok--" sambar Keyla tak enak, bahkan ia terlihat memukul/mukul bibirnya sebal, "Sorry-sorry, mulut gue emang kadang kayak sampah." "Intinya, kita semua anak broken home." Fakta kedua kembali Keyla dengar, walau ia masih merasa tak enak sudah bertanya sembarangan, tetap saja ia senang karna mendapatkan fakta itu. Mulai merasa dirinya bukan lagi orang asing bagi Raynzal. "Besok mending lo balik. Gue yakin bokap lo udah ngerahin semua pengawalnya buat nyariin lo." Lamunan Keyla berakhir saat suara Raynzal kembali terdengar. Kembali pula membawa Keyla pada dunia nyata. "Lo nganterin gue, kan?" Tanpa jeda Raynzal mengangguk. Menghadirkan senyum di bibir Keyla, sebelum tangannya nampak memeluk lengan si tampan. Kemudian menyenderkan kepalanya di bahu cowok itu. "Gak nyari kesempatan, lagi butuh pelindung aja kok." Keyla bersuara sebelum tuduhan kembali menyerangnya, menyamankan posisinya dengan mata terpejam. Kejujuran yang berhasil menghadirkan senyum kecil di bibir itu. Senyuman yang hanya bisa tercipta karna Keyla. Entah ucapan, kelakuan, atau bahkan kehadirannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD