bc

Kaladuta (Pembunuh Bayaran)

book_age16+
814
FOLLOW
3.0K
READ
killer
dark
mystery
genius
ambitious
detective
male lead
supernature earth
supernatural
crime
like
intro-logo
Blurb

Seorang aktris sinetron kejar tayang ditemukan tewas di dalam mobilnya dalam keadaan kepala terbakar. Kematian tersebut menjadi berita hangat.

Ikhar dan Dema adalah polisi yang sedang menangani kasus pembunuhan berantai. Mereka berusaha menyelidiki kasus pembunuhan artis itu. Lantaran metode pembunuhan itu sama dengan pembunuhan-pembunuhan sebelumnya.

Sayangnya, jalan yang dilalui Ikhar dan Dema tidak mudah. Mereka dihadapkan dengan masalah area yang bukan wewenangnya. Namun itu bukan satu-satunya masalah, ada rahasia tergelap yang belum mereka ketahui tentang pembunuh itu. Pembunuh itu bukan hanya membunuh karena ia psikopat, tapi ada alasan lain. Apakah Ikhar dan Dema bisa mengungkap kasus pembunuhan berantai itu sebelum korban bertambah?

chap-preview
Free preview
Rencana Jahat
Nyaris tengah malam sebuah mobil berhenti di halaman bangunan terbengkalai. Dua pria berjas keluar dari mobil tersebut, seorang berusia setengah baya dan yang lain sekitar akhir tiga puluhan. Mereka melihat keadaan sekitar, lalu memasuki bangunan dengan langkah cepat. Salah satunya memegang senter, memandu jalan. Mereka menaiki tangga ke lantai empat dengan hati-hati. “Kamu yakin mereka bisa bekerja profesional?” tanya pria setengah baya. Suaranya agak menggema. “Saya yakin, Pak. Ini cerita dari klien saya yang sudah pernah memakai jasa mereka.” “Klien kamu siapa? Saya tidak bisa percaya begitu saja. Ini menyangkut nasib saya.” “Itu rahasia, Pak, menyalahi kode etik kalau saya sebut nama. Pokoknya kita temui dulu mereka, setelah itu Bapak bisa pertimbangkan mau lanjut atau tidak.” Ketika dua pria itu sampai di lantai empat, mereka sudah disambut oleh dua pria berpakaian serba hitam. Mereka berdiri di dekat api yang berkobar di dalam tong. Pria paruh baya mengamati mereka dengan saksama. Mereka terlihat lebih muda daripada advokatnya, tapi memiliki wajah garang. Mereka sama-sama memiliki brewok dan kumis tipis. Salah seorang pria memakai topi beanie dan pria lainnya memakai kalung emas yang mencolok, serta rambut diikat ke atas. Si advokat maju ke depan memperkenalkan kliennya yang merupakan pejabat daerah. Pria berkalung emas menatap pria setengah baya dari bawah hingga atas, lalu menyeringai. “Wajah yang familiar. Sebutkan tawaranmu!” “Di bawah dua ratus.” Pria berkalung emas tertawa mengejek. “Murah sekali.” “Itu nggak masalah. Siapa korbannya?” kata pria bertopi. “Aku belum bisa menjelaskan kalau belum mendapat jaminan tidak akan diseret dalam kasus pembunuhan itu nantinya.” “Jana, Pak tua ini meremehkan kita.” Pria bertopi tidak terima. Jana menenangkan laki-laki yang terlihat lebih muda darinya itu. “Aku memiliki penawaran lain. Naikkan pembayarannya tiga kali lipat dan kami pastikan tidak ada bui. Bayar setengahnya saat kami membuat rencana. Setelah eksekusi selesai, lunasi pembayaranmu.” Pria paruh baya masih menimbang-nimbang, sementara advokatnya terus membujuk. Nasibnya berada di ujung tanduk, tidak ada pilihan lain. Toh uangnya melimpah. “Baiklah.” “Jadi siapa yang harus kami bunuh?” “Selingkuhanku, namanya Vindy Irama. Kalian pasti tahu, kan? Dia artis sinetron.” Jana dan pria bertopi saling pandang. Ekspresi mereka menjelaskan tidak pernah tahu siapa Vindy Irama. Lagipula pembunuh bayaran mana yang menonton sinetron. “Kenapa dia harus kami bunuh?” tanya Jana. “Kalian tidak perlu tahu, lakukan saja perintahku.” Pria bertopi menarik kerah pria paruh baya hingga dia merasa tercekik. “Pak tua, jangan seenaknya karena merasa punya uang! Kami nggak butuh uangmu!” “Prada, tenang!” Jana dan si advokat berusaha menarik tangan Prada hingga cengkeramannya lepas. Pria paruh baya terbatuk-batuk. Wajahnya memerah. Jana menyuruh Prada mundur. Negosiasi tidak pernah menjadi keahlian Prada. Selain temperamental, Prada tidak peduli harga yang akan dibayarkan untuknya. Dia membunuh hanya untuk kesenangan. “Kami terbiasa mengetahui secara detail apa yang akan kami kerjakan, termasuk motif calon klien kami. Tapi, kalau kamu tidak mau menjelaskan tidak masalah, perjanjian batal.” “Jangan begitu, akan aku jelaskan. Vindy sedang hamil 2 bulan, tapi bukan itu satu-satunya alasan. Aku melakukan pencucian uang. Vindy salah satu orang yang menerima uangku. Dia tahu terlalu banyak. Ditambah istriku mulai mencium perselingkuhanku.” Jana tersenyum tipis. “Kami akan bereskan Vindy.” Pria paruh baya memberi kode kepada advokatnya. Lalu, si advokat mengeluarkan dokumen. Dia mengisi beberapa bagian dengan tulisan tangan. “Kami ingin membuat perjanjian di atas kertas.” Jana mengangguk. “Tentu saja.” Si advokat menyerahkan dokumen tersebut beserta pena, tapi Jana mengeluarkan pisau lipat. Lalu, dia menyayat ibu jarinya. Dia menempelkan ibu jari berdarah tersebut ke dokumen perjanjian. Kini giliran pria paruh baya. Baru saja dia ingin berkomentar, tapi si advokat menyuruhnya diam. Dia juga harus membubuhkan sidik jari menggunakan darahnya tanpa terkecuali. Pria paruh baya kesakitan saat si advokat menyayat ibu jarinya. Dia menempelkan ibu jarinya di atas kertas, lalu cepat-cepat membebatnya menggunakan sapu tangan. Si advokat menyerahkan dokumen lain tentang Vindy. Jana memeriksa dokumen itu sekilas. “Seminggu dari sekarang temui kami lagi di sini pada jam yang sama. Siapkan uang muka. Ingat kami hanya mau uang tunai!” Pria paruh baya itu mengangguk, lalu buru-buru pergi bersama advokatnya. Dia terlihat cemas dan ketakutan, terlebih setelah Prada menarik kerahnya. Dia menuruni tangga dengan cepat, nyaris terpeleset andai tidak dipegangi advokatnya. “Sialan, aku hampir kehabisan napas! Ditambah sayatan ini! Tanda tangan saja kan cukup. Kamu tidak bilang mereka temperamental dan aneh.” “Saya tidak tahu, Pak. Ini kan pertama kali saya bertemu mereka. Sebelumnya saya cuma dengar-dengar cerita dari orang lain. Pokoknya kita ikuti saja mau mereka. Kita percayakan juga Vindy kepada mereka.” “Ingat ya, kalau sampai terbongkar kamu juga akan terseret!” “Tidak akan Pak, kita harus yakin.” “Tetap saja aku was-was.” Dua pria itu masih saja berdebat hingga masuk ke dalam mobil. Kemudian, mobil sedan mereka pun meninggalkan halaman bangunan, meluncur dengan pelan di jalanan rusak. Dari lantai empat Jana dan Prada masih mengamati. “Wisa mencari klien yang bagus, meskipun menjengkelkan. Aku nggak sabar, seminggu terlalu lama. Kenapa kita nggak membunuhnya malam ini aja?” “Sabar, Pra. Oh iya, jangan lupa membagi hasilnya di meja makan.” “Iya iya, kecuali Mayang, si anak durhaka. Kita nggak perlu memberinya apa-apa. Ditawari pun nggak akan mau.” “Mayang itu gila, sudah tidak tertolong.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Scandal Para Ipar

read
694.1K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
860.8K
bc

My Devil Billionaire

read
94.8K
bc

Marriage Aggreement

read
81.0K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.1K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
624.8K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook