Tidak pernah aku bayangkan akan tersesat di tengah hutan. Entah pada ketinggian berapa, pada suhu ke berapa. Entah di utara atau di selatan, di barat atau di timur. Yang pasti dingin ini cukup menusuk mengalahkan dinginnya AC. Yang membuat semua ini terasa memuakan adalah bagian aku yang tersesat bersama orang yang bayang-bayangnya setengah mati berusaha kukubur. Di awal kami terperangkap pada hamparan yang tak kami ketahui ujungnya ini. Di situ aku berpikir Tuhan tak pernah salah, membawa takdir memasuki alam rimba ini. Seolah Tuhan ingin memberi tahu bahwa Amar tak ayal memang merupakan sekumpulan dari mereka penghuni sini. Meski aku sempat protes. Dia yang masuk ke dalam spesies penghuni hutan, tapi kenapa harus menyeretku juga? Namun kini, ketika pemilik lesung pipi itu sedang menun

