Terdengar kekehan dari orang di sebelahku. Bukan! Bukan dari makhluk hutan, tapi dari Ayah anakku. "Kamu pikir aku mau ngapain, Wi?" Aku membuka mata. Amar mengambil sesuatu di atas kepalaku. Seringai mengejek terlihat jelas di iris wajahnya. Baik! Wajahku sepertinya sudah mirip udang rebus. Ingin rasanya aku mencari cangkul saat ini juga, menggali dan mengubur diri lalu bertemu dengan bongkahan batu bara yang sudah tertanam ribuan tahun di dalam sana. Tuhan... Rasanya aku ingin membuang wajahku ke palung terdalam saat ini juga. "Kamu memikirin yang lain, hem?!" ucapnya dengan senyum yang menurutku lebih mirip ejekan. Beberapa kali aku mengedipkan mata, mengembalikan keseimbangan serta kewarasan akal pasca ekspresi bodoh yang baru saja kuperlihatkan. “Jadi sekarang bagaimana?” “Bagaima

