bc

Weight Lo(ve)ss

book_age12+
149
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
independent
brave
boss
journalists
twisted
sweet
office/work place
chubby
foodie
like
intro-logo
Blurb

Bagi Gema, Gemilang Senja nama lengkapnya, menjadi seorang Food Reviewer bisa diibaratkan mendapatkan durian runtuh. Gema merasakan ikatan khusus yang tercipta antara ia dan makanan. Maka, tak perlu meminjam jiwa kemunafikan untuknya mempresentasikan nikmatnya menyantap berbagai jenis kuliner. Dari cemilan hingga makanan berat, dari appetizer hingga makanan penutup. Gema melakukannya dengan hati riang dipangkat empat.

Bencana mulai menyapanya ketika ucapan lucu yang dimaksudkan oleh orang yang ia gadang-gadang menjadi pasangan sebagai bahan bercanda merasuk ke hati kecil Gema. ‘Lelaki mana pun takkan pernah menggunakan wanita gendut sebagai objek fantasi seksualnya’.

Gema mati kutu!

Terlebih dentangan jam biologis seolah mimpi buruk baginya. Direpresentasikan dengan satu persatu sahabatnya melepaskan gelar sebagai lajang bahagia. Gema terpuruk, menunggu di satu sudut yang kekeringan cinta.

Mendekati tiga puluh dan belum memiliki pasangan itu mimpi buruk.

Mendekati tiga puluh, gendut dan tak pernah dilirik oleh lelaki adalah kiamat.

chap-preview
Free preview
Prolog
“Kalau gitu, ki-kita putus aja!” Meski kedengaran sangat yakin, tapi baik aku ataupun lelaki di hadapanku ini tahu persis betapa terbatanya aku saat mengucapkannya. Dan seberapa yakin aku dengan ucapan itu! Ya Tuhan... apa yang barusan kuucapkan? Gimana kalau dia justru mengiyakan omonganku barusan? Boleh nggak aku berharap dia bersikap sebaliknya? Tersedu-sedu—akh... itu terlalu lebay, maksudku setidaknya biarkan dia memohon agar aku memikirkan lagi ucapanku barusan—untuk memintaku mengurungkan dan kami kembali lagi kayak biasa. Pacaran. Ada hubungan atau apapun lah sebutannya. Kuangkat wajahku sedikit. Iya, dari tadi aku hanya bisa menunduk. Aku benar-benar nggak bisa menatap wajahnya. Raut muka yang selama ini selalu menemani aku dalam kondisi apa—ralat, mana ada! Pikir lagi Gema, ingat-ingat lagi. Gimana akhirnya kamu sampai pada kesimpulan untuk mengambil kesimpulan ini. Saat kami bersitatap, kutemukan wajahnya yang... datar. Sangat jauh dari ekspektasiku! Nggak ada sama sekali raut wajah mempertanyakan keputusan, atau bahkan sekadar menganggap ucapanku barusan adalah candaan. Nggak... wajahnya sedatar itu, seolah ucapanku tadi hanyalah sesuatu yang nggak berpengaruh banyak baginya. Sepertinya... malah omongan ini yang justru dia tunggu-tunggu keluar dari mulutku. Oh, Tuhan... apa yang udah kulakuin? “He-hei!” panggilku, tanganku mencengkeram erat sisi lengannya. Dia bergeming saat menatapku, namun tangannya perlahan dan pasti menurunkan cengkeramanku yang nggak punya pilihan lain selain melonggarkan. Aku menggeleng kuat saat kami berpandangan sekali lagi. No! Jangan! Bukan ini maksudku! “Kamu yang bilang,” desisnya dingin. “Turun!” lanjutnya lagi dengan nada rendah yang benar-benar menyeramkan di telingaku. Hingga sanggup membuat bulu kudukku meremang. Ketakutanku mengambil alih. Aku terbata-bata namun nggak bisa mengeluarkan suara sedikit pun. Tenggorokanku tersumbat, seolah tersekat benda tak kasat mata. Yang kutahu hanya tangis yang perlahan mulai menuruni pipiku. Aku menggeleng lagi, berharap dia benar-benar mengerti maksudku dan seperti biasa merengkuhku dalam pelukan untuk menenangkanku. Tapi... ternyata tidak. Telunjuknya terulur runcing melewati kepalaku, menunjuk pintu. Aku tersedu saat meraih handel pintu dan sekali lagi menatapnya. Berharap dia menganulir keputusan gila yang aku buat tadi. Tolong! Bukan kayak gini caranya! Harusnya kamu benar-benar mencegahku berbuat seperti tadi! Harusnya kamu maafin! Nggak papa kamu tegur aku dengan kat-kata pedas kayak biasa! Tapi tolong... jangan iyakan ucapan sembaranganku tadi. Tapi dia mengalihkan tatapan, lurus ke depan. Seolah aku yang sedang tersedu sedan di sisinya bukanlah apa-apa. “Turun, Gema!” Kali ini nyaris seperti bentakan. Dan aku membeku hingga beberapa menit lamanya. Hening. Dadaku sakit bertalu-talu, debarannya tidak lagi mewakili kesenangan luar biasa. Tapi kali ini berupa kesakitan yang merajalela. Yang sedikit demi sedikit dinginnya menjalar ke sepanjang tubuhku. Gerakanku bahkan kaku saat dengan kekuatan yang tersisa kuraih handel pintu mobil dan mendorongnya perlahan. Sama seperti detik yang terasa sangat lambat, kedua kakiku turun dengan pelan dan hingga menjejak bumi dengan heels runcing favoritnya—yang selalu dia minta aku kenakan setiap kali kami kencan—pintu mobil kututup dengan sama pelannya. Di detik itu aku membeku. Aku benar-benar berharap kaca mobil akan diturunkan dan dia ikut menggeleng kuat karena sama-sama nggak menginginkan peristiwa ini terjadi. Namun... yang terjadi adalah sebaliknya. Mobilnya meraumkan derum memekakkan telinga, meninggalkanku yang masih berdiri membeku mengharap uluran tangannya. Tanganku gemetar mencari anak kunci yang entah kenapa rasanya tersembunyi di dalam tas tanganku. Saat kutemukan, beberapa kali aku gagal memasukkan ke lubang kunci. Ini pasti karena mataku sudah memburam tertutup air mata. Kumasuki kamar kosku yang gelap, namun nggak ada sedikit pun hasrat untuk menyalakan lampunya. Kulempar tas tanganku, kucopot sepatu yang kini kubenci setengah mati. Tanpa ada keinginan untuk mengganti pakaian, aku melemparkan diri di atas kasur, memeluk bantal yang langsung basah dengan air mata dan tangis teredam. Yah... biar! Biarkan kali ini aku menangis semalaman. Biarkan aku melampiaskannya dengan sengguk patah hati. Karena aku tengah melepaskan hidup seolah mimpi indah panjang yang selama ini kujalani. Hidup yang kudambakan setengah mati. Karena aku tahu, hidup yang sebenarnya aku hadapi dimulai dari saat air mataku mengering nanti. Yaitu hidup dalam kesendirian lagi. Hidup tanpa siapa-siapa lagi. Tuhan, aku kepingin mati.   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MY ASSISTANT, MY ENEMY (INDONESIA)

read
2.5M
bc

Accidentally Married

read
102.8K
bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M
bc

Me and My Broken Heart

read
34.6K
bc

BILLION BUCKS [INDONESIA]

read
2.1M
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.2K
bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook