bc

Jodoh Dari Masa Lalu

book_age18+
38
FOLLOW
1K
READ
boss
comedy
twisted
sweet
humorous
realistic earth
like
intro-logo
Blurb

Seandainya saat itu kamu mencegahku pergi, menitikkan air matamu karena takut merindu. Mungkin kini, kulitku ini adalah penghangat sempurna dalam malam dengan hujan.

Ailee menyimpan cintanya untuk Galen hanya karena keyakinan dirinya atas apa yang disebut realistis. Menikah dengan Fintan adalah keputusan terbaik untuk Ailee, meski dia membenamkan dirinya dalam otoritas penuh sang Kekasih.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Chapter 1 Seandainya saat itu kamu mencegahku pergi, menitikkan air matamu karena takut merindu. Mungkin kini, kulitku ini adalah penghangat sempurna dalam malam dengan hujan. "Galen, aku.." Galen menunggu rangkaian baris mutiara indah yang akan keluar dari bibir Ailee. Dipandanginya wajah Ailee lekat-lekat. Sebuah pemberitahuan dari pengeras suara terdengar, tanda pesawat Galen akan take off tak lama lagi. "Galen.." ulang Ailee. Wajah teduh Galen masih setia menunggu bait-bait yang mungkin akan membuatnya tinggal lebih lama di sini. Setidaknya sampai hubungan mereka jelas adanya. Dan, itu semua tergantung apa yang keluar dari bibir Ailee saat ini. "Ailee, kamu mau bilang apa?" Galen mencoba mempercepat percakapan itu. Karena jantungnya terasa akan berhenti berdegup. "Ehm, enggak apa-apa. Kamu hati-hati ya!" Ailee mengulas senyum yang terkesan dipaksakan. Hatinya sedang tidak tersenyum. Ada onak yang melukainya. "Ailee.." lirih Galen. Ailee meraih tubuh Galen, memeluknya untuk sesaat lalu mendorong tubuh Galen agar menjauh darinya. "Ailee.." d**a Galen sesak. Ailee hanya melambaikan tangan. Saat Galen menjauh, menyeret koper kecilnya. Saat itu, Ailee menitikkan air mata. Bulir-bulir bening yang diharapkan Galen. *** November 2016 "Galen!!" Seru Ailee dari dalam mobil. Gadis berambut panjang bergelombang itu meminta supirnya menghentikan mobil dan keluar mendatangi Galen yang tengah berjongkok di pinggir jalan, menekan ban belakang motornya yang kempes. "Galen ngapain duduk di jalanan?" Tanya Ailee dengan senyum cerianya. Nafasnya agak tersengal karena berlari tadi. "Ailee! Kamu ngapain kesini! Udah siang nanti telat ke kampus." Galen menepuk-nepuk telapak tangannya yang berdebu. "Kamu sendiri ngapain? Duduk di tengah jalan begitu?" Tanya Ailee ingin tahu. "Oh, ini.. apa.. ehm.. ban aku kurang angin kayaknya." "Kurang angin? Yah, terus gimana? Biasanya kalau kurang angin itu diapain Galen?" Tanya Aille antusias karena hal itu terdengar asing baginya. "Ya, di tambah angin, di pompa!" "Oh, pompanya punya?" Tanyanya tak sambil berkali-kali berkedip. "Yaaa, enggak ada!" Jawab Galen. Dia sudah terbiasa menjawab pertanyaan-pertanyaan tak biasa dari Ailee. "Yah, terus gimana dong!?" Ailee nampak ikut bingung. "Gampang kok, tinggal ke pom bensin aja." "Motor kamu kurang angin apa kurang bensin sih?" Cicit Ailee. Galen terkekeh pelan. "Duh, Nona muda! Udah sana masuk mobil! Udah siang, nanti dosen kamu ngamuk!" "Ah, aku mau ikut kamu aja ke pom bensin! Aku bosan belajar." "Kamu ini.." Galen menggelengkan kepalanya. "Udah ayo, aku temenin! Naik apa ke pom bensinnya?" "Ya di dorong, Ailee." "Yaudah, aku naik ya! Kamu dorong!" "Ya enggak bisa dong Ailee cantik!" Galen sudah sangat gemas dengan keluguan Ailee. Ailee tampak menggaruk lehernya, bingung. Anak sultan itu sejak kecil tidak pernah bergaul dengan kawan yang punya perbedaan status sosial darinya. Jadi, banyak hal yang tak dia mengerti. "Yaudah, kalau mau ikut ayo. Jalan di belakang aku! Jangan terlalu ke tengah nanti keserempet motor!" "Wah, seru dong jalan. Ayo Galen!" Ailee memegang bagian belakang motor Galen, dengan senang hati ikut mendorong motor matic tua itu. "Mang Aday! Sana pulang!! Sana-sana!" Ailee mengibaskan tangan ke arah mobil. Orang yang dipanggil mang Aday itu, menerima perintah Ailee dengan cara memberi hormat. Tersenyum, dan pergi sambil bersiul. Galen memerhatikan tingkah Ailee dari pantulan spion, senyum merekah di bibir Galen. Bagi Galen, si cerewet satu ini sering kali menjadi vitamin baginya. Ailee berjalan di belakang Galen yang menuntun motornya. Tapi tiba-tiba sebuah mobil sport berhenti di depan mereka. Seorang pemuda tinggi keluar dari balik kemudi. "Ailee, ngapain di sini!" Cowok itu menarik tangan Ailee begitu saja. "Aduh, aduh.. sakit dong!" Rengek Ailee yang merasakan nyeri di lengannya. "Fintan, jangan kasar dong!" Tegur Galen. "Eh, anak supir! Anak supir mah anak supir aja! Gaulnya sama anak supir angkot, supir taksi, supir delman! Kalau sama Ailee tuh sama sekali ga pantes!" Tukas Fintan kasar. "Kamu ini bodoh ya Fintan? Delman mah bukan supir!" Celetukan Ailee untuk hal yang tak begitu penting. Galen hanya menghela nafas. Dia tak ingin mencari masalah dengan anak dari bos bapaknya itu. "Ayo Ailee!" Fintan merangkul pundak gadis itu. Ailee nampak cemberut, dia benar-benar sebal dengan tindak tanduk Fintan yang kasar dan sok punya otoritas di kampus. "Galen, sampai ketemu di kampus yaa!! Galen!! Babay!!" Ailee melempar senyumnya lagi ke arah Galen. Galen hanya tersenyum tipis dan mengangkat sebelah tangannya membalas lambaian tangan Ailee, angin jalanan menerpa rambutnya. Membuatnya jadi tak serapih saat dirinya baru keluar rumah tadi. Galen, terdiam sampai mobil berwarna merah cerah itu menderu pergi. Membawa Ailee, si cantik nan riang yang selalu menempel padanya itu. Bagi Galen, tidak ada yang namanya jatuh cinta. Cinta adalah hal mewah untuknya. Dia berjanji untuk tidak menemukan cintanya, sampai dia memiliki sesuatu untuk dia hadiahkan untuk gadis pilihannya itu. Galen merapikan rambut yang menutupi matanya, dia harus tegas pada dirinya sendiri. Bahwa hal yang disebut perjalanan hidup itu adalah yang tengah dia kayuh kini. Dengan begitu, langkahnya di hari ini pun akan terasa ringan. "Galen, kamu punya apa sekarang?" Tanyanya pada spion yang berisi pantulan wajah tampannya yang teduh. Galen tidak setinggi Fintan, dia pemilik porsi tubuh standar. Wangi tubuhnya juga hanya berasal dari cologne semprot murahan dengan botol plastik. Rambutnya tidak lembut, sama sekali tidak, karena pagi tadi dia harus me-refill botol shamponya dengan cairan H2o agar dia bisa keramas pasca mimpi basah semalam. "Hei, Galen! Jawab! Punya apa? Hutang sama Bu kantin aja belum di bayar kan? Sok-sok an mau kenal sama cinta, huh!" Ulang Galen dengan pertanyaan tambahan, serta masih menatap dirinya di spion motor. Sudah bisa ditebak, Galen terlambat datang ke kampus. Pom bensin jaraknya cukup jauh. Ditambah isi perutnya hanyalah teh manis sisa semalam yang ada di atas meja belajar di kamarnya. Ibu? Galen tidak punya Ibu. Dia hanya tinggal bersama Ayahnya. Sejak kecil. Setiap kali Galen bertanya dimana Ibu, maka Ayahnya akan mengusap puncak kepalanya, dan berkata dengan bangga. "Ibumu itu wanita anggun. Kamu akan bertemu dengannya, suatu saat nanti." Begitu ucap sang Bapak. Entah bertemu dimana, dan kapan. Saat Galen dewasa, dia tak lagi menanyakan dimana Ibu. Bukan jenuh atau lelah. Hanya saja, dia sudah lupa rasa ingin memiliki Ibu. Karena terbiasa sendiri. Baginya, Bapak sudah lebih dari cukup untuk menjadi teman hidup Galen.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Revenge

read
18.1K
bc

The CEO's Little Wife

read
630.1K
bc

After That Night

read
9.2K
bc

BELENGGU

read
65.0K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
9.0K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.6K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook