Ibu Untuk SenjaUpdated at Aug 4, 2022, 01:32
Aku hanyalah laki-laki biasa yang dapat merasakan susah hati, terlebih ketika istriku tiba-tiba menenteng travel bag besar dari dalam kamar. Enam bulan lalu, kami sempat adu argumen, aku merasa perlu menuntutnya yang kerap kali mengabaikan Senja.
Aku mencegahnya pergi keluar rumah, dan mencoba menasehatinya dengan tutur kata lembut. Namun, dia tak mau mendengar apapun yang keluar dari bibirku.
“Mas, kamu tuh ngerti nggak, sih? Aku tuh malu mas kalo kemana-mana harus bawa Senja,” teriak istriku di malam itu.
“MasyaAllah, Dek, mengapa kamu tega sekali pada putri kita. Dia itu malaikat kecil titipan Allah, yang harusnya kita jaga, Dek,” jawabku berusaha membuka pikirannya.
“Harus ya, kalo ngomong itu selalu bawa-bawa nama Tuhan?” katanya kasar.
“Kita hidup di dunia ini, berkat Kehendak Tuhan,” ujarku, yang masih bisa menahan amarah agar tak meledak.
“Mas itu ribet banget, ya. Kan sudah ada Ibu yang jaga Senja, lagi pula, Senja lebih suka sama Ibu kok, dibanding aku,” kilahnya.
“Senja bukan lebih menyukai Ibuku, tapi karena dia tak punya sosok lain selain Ibu,” lirihku berusaha menahan tangis karena Senja mendengar suara ribut kami dan dia memeluk tubuhku ini.
“Lihatlah, wajah Senja ini, dia cantik sepertimu, Dek,” tambahku.
Istriku sama sekali tak mengiraukan ratapanku dan tangisan Senja.
“Sudah, Mas, jujur aku sudah tak tahan lagi. Aku tuh malu sama temen-temenku.” Lagi-lagi dia mengatakan hal yang sepatutnya tidak diucapkan oleh seorang Ibu.
Istriku kemudian bergegas keluar dari rumah, tanpa menoleh.
Dalam sekejap ada luka menganga lebar dalam hatiku, seiring langkah istriku yang semakin menjauh dari kami.
Senja mendongak menatap wajahku. Aku cepat-cepat menyeka airmata yang meleleh hangat di pipi. Wajah polos Senja membuat hati ini semakin sakit.