bc

Wanita Berhijab Panjang Itu Maduku

book_age18+
911
FOLLOW
8.0K
READ
others
drama
twisted
sweet
heavy
serious
female lead
realistic earth
slice of life
like
intro-logo
Blurb

Obsesinya pada darah perawan benar-benar membawa bencana. Bahkan dia seharusnya cukup cerdas untuk menerima dan meyakini penjelasan medis mengenai hal yang aku alami ini. Bukankah sudah menjadi pengetahuan publik bahwa tidak semua wanita mengeluarkan darah perawaan di malam pertama.

chap-preview
Free preview
Selaput Dara
Chapter One Sejumput cinta yang yang hadir dalam kisahku, nyatanya kini semakin memudar bak serbuk sari yang tak berdaya dihempas oleh angin. Kelopak-kelopak cinta yang bermekaran ternyata tak bertahan lama hanya karena sebuah alasan, yang pada dasarnya dapat di patahkan oleh penjelasan medis. Axel, suamiku dengan wajah oriental dan mata minimalis adalah laki-laki yang telah mengikatku dengan sebuah janji suci setelah menjalin hubungan tak kurang dari tiga tahun. Dia sangat agamis, tutur katanya selalu lembut, dan sebelum datangnya malam pertama kami, dia benar-benar tak pernah menyentuhku. Hingga saat malam pertama yang dia dambakan dalam hidupnya itu hadir, kami merenda cinta kasih dalam sebuah ikatan sakral. Kami terbuai dalam gairah asmara dalam balutan cinta yang halal. Mas Axel, yang begitu mengidamkan malam pengantin ini begitu menikmati setiap detik yang kami punya. Dia seolah terbenam ke dasar kolam penuh kelopak bunga harum dan indah seiring dengan helaan nafas yang aku dengar. Namun, malam pengantin itu menjadi mimpi buruk tak berkesudahan bagiku, hanya karena dia menyadari tak ada darah perawan di malam itu. Keesokan harinya, saat dia terbangun. Dia seperti terlahir kembali menjadi Axel yang amat berbeda. Obsesinya pada darah perawan benar-benar membawa bencana. Bahkan dia seharusnya cukup cerdas untuk menerima dan meyakini penjelasan medis mengenai hal yang aku alami ini. Bukankah sudah menjadi pengetahuan publik bahwa tidak semua wanita mengeluarkan darah perawaan di malam pertama. “Aku tidak menyangka ternyata istriku lebih buruk dari seorang p*****r,” ucapnya untuk kesekian kalinya di pekan itu. Perkataan kejam itu terus saja dia lontarkan padaku. “Ya Allah, Mas. Sudah ku jelaskan berkali-kali tentang ini.” Aku mulai berderai air mata, seperti yang sudah-sudah. “Menjelaskan kebohonganmu padakku? Kau tahu bagaimana aku menjaga diriku dari hal-hal yang tidak pantas, tapi justru aku mendapatkan istri yang sangat tak pantas. Entah dengan siapa kau berbuat saat keperawananmu hilang.” Dia menggertakkan rahang tegasnya, kata-kata itu menghujam jantungku, sakit sekali. “Mas, darah itu bukan satu-satunya tanda perawan atau tidaknya seorang wanita, aku pikir kau cukup bijak untuk memahami itu,” tuturku pilu. Pria tampan itu tersenyum sinis, “Zanna, berapa jilid pun penjelasanmu, aku tidak percaya sedikitpun!” “Mas, jangan seperti ini!” Entah kalimat apalagi yang harus digunakkan agar dia percaya. Aku hanya bisa memegangi d**a yang sesak dan menangis. Dia sudah sangat berburuk sangka padaku yang telah berusaha jujur tentang apapun padanya. “Lalu aku harus bagaimana? Berdiam diri dan menerima semua tipuan darimu? Iya? Begitu?” “Tak ada yang bilang aku menipu kamu, Mas! Aku memang tak pernah berbuat apapun dengan siapapun! Lelaki yang dekat denganku hanya kamu, dan yang menikahi aku hanya kamu!” “Sudahlah, Zanna! Aku muak dengan airmata dan tangisan palsumu! Tak aku sangka kamu pandai sekali berakting!” “Mas, besok kita temui dokter! Dan Mas akan mendapatkan penjelasan terperinci darinya tentang kasus yang terjadi padaku ini, Mas.” Mas Axel terkekeh, wajahnya sungguh aneh. “Dokter mana yang sudah kamu suap? Berapa banyak uang yang kamu berikan padanya untuk bekerja sama mengelabui aku?” “Ya Allah, Mas! Mana ada dokter yang seperti itu!” “Ada, kalau dia dokter gadungan!” “Mas, jangan seperti ini. Aku harus bagaimana agar kamu mau percaya? Aku harus apa, Mas?” ratapku putus asa. “Sudahlah, Zanna! Jangan membuat segalanya jadi lebih memuakkan!” “Tapi, Mas..” Suamiku duduk bersandar di sofa ruang tamu, dia menghela nafas berat. Wajah teduh yang selalu dia tunjukan kini tak pernah lagi terlihat. Dia benar-benar berubah. “Harusnya kuturuti titah ibukku untuk menikahi Clarissa, sudah pasti perempuan dengan hijab panjang itu adalah wanita soleha, bukan wanita jalang sepertimu!” Mas Axel menunjuk batang hidungku dengan emosi yang meluap. Lalu dia mendengus dan pergi ke kamar. Membanting pintu dengan kasar. Aku menunduk dalam tangis, tanganku meremas ujung tunik berwarna ungu muda yang kukenakkan. Mengapa pernikahan kami yang belum ada sepekan ini justru menyeretku ke dalam neraka dunia. Tega sekali, dia menyebutku jalang. Bahkan sampai hari ini dia sudah tak pernah lagi menyentuhku. Ekspresi jijik selalu terlihat saat dia melihat wajahku. Malam pertama kami, adalah kali pertama aku dapat mereguk manisnya cinta bersama pria yang telah halal untukku. Namun, malam itu rupanya akan jadi malam terakhir pula untukku. “Apa yang dia katakan tadi? Kenapa tiba-tiba dia membahas Mbak Clarissa?” lirihku nelangsa. “Mas, Aku merindukan pelukanmu. Kemana dirimu yang aku kenal itu, Mas.” Ratapku pilu. *** Hari itu, Mas Axel pulang agak larut. Aku tertidur di sofa ruang tamu saat menunggu kedatangan suamiku itu. “Darimana saja, Mas?” tanyaku pelan sambil mengusap wajahku yang baru saja terbangun. Mas Axel melempar tas kerjanya padaku. “Aku mau mandi, sebaiknya kamu siapin air hangat di bath-up!” Dia masuk ke dalam rumah begitu saja, sama sekali tidak mengindahkan kalimat tanya dariku. Impianku adalah menjadi seorang istri yang berbakti pada suami. Baiklah, demi baktiku padanya aku berusaha keras mengalah kali ini. Aku bergegas ke kamar mandi, mengisi bath-up dengan air panas dan air dingin agar tercampur jadi hangat-hangat kuku. Mas Axel memang suka sekali mandi air hangat sepulang kerja. Masih ada hal mengganjal dalam benakku, entah darimana saja suamiku itu. Jam kantor berakhir pukul empat sore, biasanya sebelum magrib dia sudah sampai rumah. Tapi, hari ini dia sampai rumah pukul sebelas malam. Aku memainkan jari di pangkuan sambil menunggu Mas Axel selesai mandi. Dia masuk ke kamar dengan bertelanjang d**a, mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Aku menyerahkan tshirt berwarna biru padanya, dia merampasnya begitu saja dan mengenakkannya tanpa bicara apapun. “Mas,” “Aku ngantuk!” Dia melempar handuk kecil ke arahku dan berbaring di tempat tidur. Aku hanya ingin bertanya apakah dia sudah makan malam, karena jika belum aku akan menghangatkan lauk pauk yang aku masak sore tadi. Tapi, sudahlah mungkin dia sudah makan di luar. Aku hanya bisa menghela nafas dan perlahan melangkah ke luar kamar. Mungkin sebaiknya aku melanjutkan tidurku yang tadi, di atas sofa. Perih sekali rasanya berada dalam satu ranjang dengan suamiku tapi dia selalu menghadap ke arah lain saat tidur, benar-benar enggan bersentuhan denganku. “Bunda, Ayah! Pasti dosa Zanna sangatlah banyak, hingga diberikan cobaan seberat ini.” Gumamku sambil membaringkan diri di sofa panjang. Entah sudah berapa kali aku menangis hari ini. Zanna, kamu kuat kan? Bertahanlah, suamimu akan berubah. Tetaplah yakin bahwa dia adalah laki-laki terbaik untukmu. Aku berkali-kali mengatakan hal itu hingga aku benar-benar tertidur di ruang tamu yang dingin, tanpa suamiku yang sungguh aku rindukan pelukan hangatnya. Sepertiga malam, aku terbangun. Menunaikan sholat sunnah sebanyak empat rakaat dan berbaring di tempat tidur, menatap punggung suamiku yang gagah. Malam ini, aku benar-benar merindukan orang yang berada tepat di sisiku. Zanna, bersabarlah.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook