Sore itu, Al menyeret paksa Fara ke unitnya dan langsung menuju dapur. Sepulangnya dari tempat Liona, ia tidak kembali ke kantor. Melainkan mampir ke pusat perbelanjaan terdekat untuk membeli berbagai kebutuhan harian. Sudah cukup lama kulkasnya kosong melompong karena keenakan 'menumpang makan' dengan adiknya, terhitung sejak sibuk memikirkan kasus si mes*m tempo hari. “Apaan sih, Bang?” protes Fara heran. Ia kepayahan membawa perut besarnya mengiringi langkah Alfaraz. “Bantuin Abang masak. Bentar aja, please!” pinta Al memohon. Matanya mengerjab-ngerjab sarat rayuan. Fara terbahak geli. “Tumben?” “Abang udah lama nggak makan masakan kamu.” “Lha? Biasanya juga tiap hari Abang makan masakan aku?” jawab Fara mengingatkan bekal yang ia siapkan untuk Alfaraz setiap hari, begitupun makan

