bc

PENGHIANAT

book_age18+
777
FOLLOW
6.9K
READ
drama
tragedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Jangan merasa bangga dengan pernikahan yang tidak diuji, karena ujian itu, datang ketika kita lalai.

Seperti kisah hidupku yang mempercayai istri dan sahabatku, sehingga kepercayaan itu, menjadikan bumerang dalam rumah tangga kita.

Mereka  menipuku, mereka membohongiku, mereka membunuhku secara perlahan. Sakit hatiku berlipat ganda, saat ku tahu mereka menghianatiku. kekasih tercinta yang sangat kusayangi, bersama sahabat yang paling ku banggakan.

Sungguh aku tak ingin, berubah membenci mereka berdua. namun luka ini sulit tuk terobati.

"dua penghianatan dalam hidup."

chap-preview
Free preview
tanda merah
Pov Arfan "Pulang berdua?" Tanyaku menyambut kedatangan istri dan sahabatku yang baru pulang dari kantor. "Yah, sekalian! kebetulan Farid mau main ke sini." Jawab Erni, Wanita yang sudah hampir 4 tahun menemaniku. "Kangen gua sama lu! Sudah lama kita nggak main PS." Timpal Farid sambil mengepalkan tangan, untuk mengajakku tos. "Ya sudah! ayo masuk." Ajakku tanpa ada sedikitpun rasa curiga, karena kita bertiga sudah bersahabat, sejak duduk di bangku SMA. "PS. nya, sudah update apa belum?" Tanya Farid yang berjalan mendahuluiku. "Sudahlah! masa, Master ketinggalan update." Jawabku yang merasa bangga, karena memang setiap ada update pemain aku selalu mengupdatenya. Istriku yang berjalan paling depan, dia masuk ke kamarnya. Sedangkan kita berdua masuk ke kamar ruang Kerjaku, karena semua peralatan dan mainanku ada di sana. Sesampainya di ruang kerja, dengan cepat aku menyalakan PA. nya. lalu mengambil joystick sebagai kontrol permainan. kita pun duduk dengan santai, di kursi sofa. Sambil menunggu PS itu selesai booting. "Gua pakai Madrid saja!" Gumam Farid sambil memilih salah satu klub favoritnya untuk duelkan. "Nggak ngaruh, karena menurut gua. klub itu nggak penting, yang terpenting adalah, siapa orang yang memainkannya." jawabku sambil memicingkan mata ke arah Farid. "Kita buktikan! siapa yang paling hebat." Tantang Farid sambil memencet tombol Start untuk memulai permainan. "Goooooooooool! Tahan dong Bro! masak sama Atletico Bilbao saja, Madrid bisa kebobolan." "Tenang Bro, ini baru pemanasan, gua masih belum panas nih." "Pemanasannya. jangan panas-panas! nanti bisa meledak." ujarku sambil mengangkat satu sudut bibir. "Benzemaaaa! Benzemaaaaa! gooooool! masukkan Bro?" ujar Farid sambil berdiri, setelah bisa membobol gawang Atletico Bilbao, tim yang aku mainkan. "Jangan senang dulu, Lihat skornya!" "Skor nggak penting, gua bisa membobol gawang Lo, saja! itu sama dengan 10 gol." Jawab Farid sambil mendudukkan kembali tubuhnya. "Minumnya!" tawar istriku sambil menyimpan dua gelas jus mangga meja yang ada di hadapan kita. Tak ada respon dari kita berdua, kita hanya terfokus Menatap layar 32 inci, mengamati setiap pergerakan karakter game yang ada di dalamnya, seolah melupakan keadaan sekitar. Istriku yang sudah mengetahui sikap kita, ketika bermain PS. dia hanya menggeleng-gelengkan kepala, lalu pergi keluar kembali, tak memperdulikan kita yang sedang asyik bermain PS. "Aduh!" Gumam Farid. "Kenapa Bro?" tanyaku sambil menatap ke arah wajahnya yang meringis. "Mules banget perut gua! Mugkin gara-gara tadi siang makan ayam geprek, dari karyawan yang sedang berulang tahun." jawab Farid sambil memegangi perutnya. "Lah, kok bisa? sudah tahu, lu tidak kuat dengan pedas? Kenapa masih di embat saja?" ujarku sambil menggelengkan kepala. merasa khawatir dengan keadaannya. "Namanya juga gratis, ya gua embat sajalah Bro!" jawab Farid sambil berdiri "Eh, lu mau ke mana?" "Mau buang yang ada didalam perut. Elu main sendiri saja dulu! sama komputer!" Jawab Farid sambil melangkah menuju pintu kamar. "Wc-nya kan ada di situ! Ngapain lo keluar?" Terangku sambil menunjuk ke arah pintu kamar mandi. "Kalau di sini, Nanti ruang kerja lo, bau! Emang lu mau? mendengar bunyi-bunyi yang membuatmu mual." jawab Farid yang pergi meninggalkan kamar ruang kerjaku. Mendengar penjelasannya seperti itu, aku hanya mendengus kesal. Kemudian melanjutkan kembali, bermain PS yang sempat tertunda. Babak pertama permainan game itu sudah selesai, namun Farid Belum menunjukkan batang hidungnya, atau memberi tanda dia akan cepat kembali. "Dasar aneh! orang sudah tahu nggak kuat makan pedas, malah main embat saja." gumamku sambil melanjutkan permainan ke babak kedua. Di menit ke 85. barulah Farid muncul, dengan muka pucat. Dia terus memegangi perut, masuk ke kamarku. "Bagaimana?" tanyaku sambil mem-pause game. "Waduh, sumpah! bener nggak enak banget. gua izin pulang saja! sekalian mau membeli obat di apotek." Farid tergesa-gesa mengambil tas yang ada di samping kursi. "Gua antar, nggak?" aku menawarkan jasa, mengingat tidak tega jika sahabat yang sudah dianggap sebagai saudara, menahan sakit seperti itu. "Nggak usah Bro! lagian nanti setelah minum obat juga sembuh." "Serius? nanti lu kenapa kenapa, lagi?" Aku memastikan khawatir takut terjadi sesuatu terhadapnya. "Kalem saja bro! nanti kalau gua sudah sampai rumah, pasti gua telepon lu!" ungkap Farid sambil menaikan kedua sudut bibirnya, menandakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Setelah rapi, Farid pun berpamitan. lalu mengajakku tos kembali. "Sorry banget ya, bro! Lain kali kita lanjut!" Ujar Farid sambil berlalu pergi menuju arah luar. Aku yang hobi main PS, tidak memperdulikan lagi dengan keadaan Farid, mataku kembali terfokus ke arah layar. karena ini adalah hiburan mudah, setelah 6 hari berkutat dengan urusan kantor. Setelah selesai memainkan game pertama, sepeninggal Farid, yang pulang ke rumahnya. aku mematikan PlayStation ku, lalu merapikan kembali aksesorisnya. Dengan malas aku pun menyeret tubuhku keluar, dari kamar yang kujadikan tempat kerja, ketika aku berada di rumah. menuju kamar pribadi yang ada di samping. "Baru beres mandi ya?" aku bertanya Sama istriku yang sedang memoles tubuhnya di meja rias. Erni hanya menoleh sebentar, lalu kembali memperhatikan wajahnya, yang berada di dalam cermin. seolah tidak mau diganggu, ketika dia berada di dunianya. Perlahan kudekati istriku, lalu memeluknya dari belakang. tercium aroma tubuhnya yang begitu khas, membuatku sedikit menginginkannya. "Udahan main ps-nya?" Tanya istriku yang tak bergeming. "Sudah! si faridnya sakit perut, Jadi nggak seru kalau main sendiri." Jawabku sambil terus mendekat tubuh Istriku yang sint4l. "Sudahlah jangan dekat-dekat! mending kamu mandi. katanya Nanti sore, mau ke rumah ibu!" usir Erni sambil melepaskan pelukanku. Namun aku tak menghiraukan penolakannya, aku malah menc1um pundaknya, yang tidak tertutup apapun. karena Erni hanya memakai handuk yang dililitkan di dad4nya. aku menc1umi pundak sampai ke leher jenjang milik Erni, dengan begitu lembut, sehingga dia pun mulai menggelenjang kegelian. "Sudah mandi sanaaaaaaaaa! jangan buat mandiku sia-sia!" usir Erni untuk yang kedua kalinya, namun dengan suara yang sedikit tertahan, terlihat di cermin istriku yang memejamkan mata, seolah menikmati sentuhan yang keluar dari bibirku. Tak Ada Jawaban yang keluar dari Mulutku, aku terus menc1umi pundak leher sampai ke punggungnya. mendapat perlakuan seperti itu. Erni, hanya mendesis pelan menikmati setiap sentuhanku yang menyentuh kulitnya. Perlahan ku balikan tubuhnya, agar aku bisa mencium bibir yang begitu indah, bibir tipis yang berwarna merah muda. Membuat Siapa saja yang melihatnya, pasti mereka akan menginginkan menyentuh bibir tipis itu dengan bibirnya. Aku mendekatkan bibirku ke bibir Erni, sehingga pertarungan itu tidak terelakkan. Cium4nku perlahan turun ke bawah dagunya, menikmati leher jenjang milik istriku. kutarik handuk yang menutupi tubuhnya, agar leluasa ketika hendak menikmati benda berukuran 38b milik istriku. namun aktivitas itu terhenti, setelah melihat ada tanda merah di d4danya. Merasa kenikmatan yang kuberikan berhenti, Erni pun perlahan membuka mata, menatap sayu ke arahku, seolah bertanya kenapa berhenti. "Kok dad4 kamu merah?" Tanyaku dengan nafas tersenggal-senggal, karena hasrat lelakiku yang sudah meninggi. Mendapat pertanyaan seperti itu Erni yang semula menatap sayu, menjadi segar. lalu memperhatikan tubuh bagian dad4. di mana tanda merah itu terpampang dengan begitu jelas. "Eeeeeeee, emmmmm, eeeeee. Tadiiii akuuuu kerikan. ya aku kerikan." jawab Erni yang sedikit tergagap, Entah kenapa dia bisa seperti itu. "Kamu sakit?" pandanganku memenuhi wajahnya. "Iya! tadi aku nggak enak badan!" "Ayo kita ke klinik, biar kamu bisa diobati." "Halah! lebay, baru masuk angin saja, sudah panik seperti itu." jawabnya sambil menyempitkan pandangan mata. Ku perhatikan kembali tanda merah yang ada di dad4 istriku, dengan teliti. memang benar terlihat seperti goresan yang memanjang, namun di bagian titik lain goresan itu membulat sempurna. seolah bukan hasil dari benda tumpul yang digesekkan. "Lanjut nggak?" tanya istriku sambil meraih handuk yang sudah tergeletak di lantai. Aku yang sudah on fire, tidak rela kalau hasratku tidak tersalurkan. dengan cepat aku peluk tubuh istriku, lalu membopongnya ke atas kasur. membaringkan tubuhnya yang begitu indah di atasnya .sehingga walaupun sudah 4 tahun menikah, aku tidak pernah merasa bosan memandangi tubuh istriku. Perlahan aku melanjutkan aktivitas tubuh, dengan menc1um dan meremas benda berukuran 38b milik istriku. bibirku terus menari di atas tubuhnya, menjelajahi dari atas Dad4 sampai ke bawah perut. memberikan kenikmatan yang tidak bisa terlukiskan, sehingga hanya eregan dan desah4n yang keluar dari mulut istriku. 30 menit berlalu. akhirnya tubuhku ambruk di tubuh Erni, setelah menyemprotkan cairan kenikmatan. Perlahan aku mengangkat tubuhku dari atas tubuhnya, membaringkan di sampingnya. "Terima kasih ya, sayang!" ujarku sambil mencium lembut keningnya kemudian menatap istriku dengan penuh cinta. Erni hanya tersenyum, lalu menutupi tubuhnya dengan selimut. Dan mengganjal bagian bawahnya, agar usaha yang baru kita lakukan, membuahkan hasil. karena sudah 4 tahun menikah, buah hati itu belum hinggap di keluarga kecil kami. Tubuhku yang begitu lemas, seusai melaksanakan pergulatan suami istri. membuat mataku mulai terpejam, dengan perlahan meninggalkan semua rasa nikmat, yang baru saja kudapatkan dari istri tercintaku.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.6K
bc

My Secret Little Wife

read
95.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook