Arya kembali melangkah menuju kelas. Ia teringat kalau sebentar lagi waktu toleransi keterlambatan berakhir.
“Tinggal dua menit lagi? Astaga! Aku harus berlari mengejar waktu!” Arya berlari menuju kelas. Tubuh sporty dan proporsional, raut wajah maskulin, berlari menuju kelas. Terlihat dari kejauhan, Dosen sudah duduk di kursinya. Sedangkan pintu masih terbuka yang mengisyaratkan waktu toleransi keterlambatan belum usai.
Arya melesat hingga tergopoh-gopoh sampai di depan pintu kelas.
Tok! Tok! Tok!
“Pagi, Pak! Maaf saya terlambat.” Arya berusaha terlihat tenang, sembari menahan napasnya yang sesungguhnya tersengal-sengal pasca lari.
“Silakan, masuk! Lalu tutup pintunya!” Dosen pria bernama Pak Kasmo itu, duduk pada tempatnya melihat Arya dengan tatapan killer.
“Baik, Pak!” Arya menutup pintu ruangan kelas tempat kuliah pertamanya berlangsung. Ia kembali berjalan mencari bangku kosong. Kebetulan kursi pada barisan belakang ada beberapa yang kosong. Sehingga Arya melangkah menuju ke sana.
Pandangan Arya terfokus pada bangku kosong di sana. Tanpa melihat-lihat lagi, siapa saja yang duduk di bangku sebelah Arya, dengan melenggang, Arya duduk manis di sana. Perkuliahan sudah dimulai dengan perkenalan antara dosen dengan mahasiswanya. Dimulai dari perkenalan Pak Kasmo terhadap semua mahasiswa dal kelas itu. Obrolan itu berlangsung hingga sepuluh menit berlalu. Kemudian Pak Kasmo memberikan Silabus terkait mata kuliah yang akan dia ajarkan nantinya.
Pandangan Arya mulai engedar ke seluruh penjuru ruangan. Tidak ada yang aneh, semua lumrah dan baik-baik saja. Sebelum ia menyadari siapa sosok yang duduk di sebelahnya.
“Astaga!” bisik Arya spontan, melihat siapa yang duduk di sebelahnya. Sedangkan gadis itu tampak cuek, seperti tidak memedulikan keberadaan orang-orang di sekitarnya.
‘Gadis Kanebo? Satu kelas sama aku?’ Arya terbelalak karena tidak percaya kalau gadis berperilaku kaku itu adalah teman sekelasnya.
Arya ingin menyapa, tapi juga segan, lantaran sikap kakunya yang membuat Arya mengurungkan niatnya menyapa Mikha.
“Hei!” seseorang yang berada di bangku belakang Arya menepuk pundaknya. Spontan Arya menoleh ke arah mahasiswa itu.
“Siapa nama kamu? Kenalin the next monster rider Moto GP, Reno. ” Mahasiswa itu terlihat ingin berkenalan dengan Arya. Maklum, Arya sudah lama menutup dirinya dari pergaulan, lantaran ia takut akan Puzzles mimpi tentang masa depan dari orang-orang yang berada di dekatnya datang menghantuinya. Namun, saat ini Arya merasa harus bisa menjadi sosok lain dan mulai beradaptasi lagi, demi melupakan kemampuan supranatural yang ia miliki itu.
“Arya.” Ia tersenyum ke arah pemuda itu, sembari bersalaman.
“Bawa pulpen berapa, Bro? Aku pinjam satu!” tegas pemuda yang baru saja menanyakan nama Arya.
‘Ya ampun! Aku pikir dia memang mau kenalan, huft ... ternyata pinjam pulpen?’ gerutu Arya dalam hatinya, sembari melirik ke arah Reno. Dia adalah pemuda berparas tampan dan senang tebar pesona. Senang meminjam barang-barang milik temannya, sebagai kebiasaan buruknya.
“Bawa satu,” tegas Arya kesal. Sembari memperlihatkan pulpennya.
“Oh ....” Reno tetap menjaga ketampanannya dengan raut wajah cool. Padahal setelah Arya kembali melihat ke arah depan, Reno kembali sibuk meminjam pulpen kepada mahasiswi yang duduk di sebelah kanannya.
‘Sssttt ... cewek! Sssttt ....’ suara bisikan Reno kepada mahasiswi yang berada di samping kanannya terdengar oleh Arya. Suara bisikan itu membuat Arya sulit berkonsentrasi. Sehingga dengan spontan, Arya menoleh ke arah Reno yang sedang sibuk meminjam pulpen kepada seorang mahasiswi.
Mata Arya terbelalak ketika ia melihat gadis itu. Baru kali ini, Arya merasakan debaran dalam jantungnya ketika ia melihat gadis dengan rambut panjang di bawah bahu, mengenakan kemeja warna merah muda, juga pulpen dengan hiasan pompon berwarna merah muda.
‘Dia cantik, tapi nyentrik.’ Arya berkomentar dalam hatinya sembari tersenyum melihat Reno dan gadis itu berbincang.
‘Kenalin, aku Reno ... nama kamu siapa?’ bisikan Reno kepada gadis itu masih terdengar jelas di telinga Arya yang sedari tadi mengamati mereka.
"Hai, Ren! Aku Syila!’' gadis itu tersenyum ceria.
"Boleh pinjam pulpennya?" Reno kembali berbisik. Arya masih memperhatikan tingkah mereka.
"Kebetulan aku bawa beberapa pulpen yang lucu-lucu, tunggu ya!" Dengan ramah Syila berusaha mengambilkan pulpen untuk Reno.
"Nah ini!"gadis yang bernama Syila mengeluarkan sebuah pulpen untuk dipinjamkan kepada Reno.
Arya menahan tawa sampai wajahnya memerah. Ia tidak menyangka kalau gadis ceria itu memiliki banyak koleksi pulpen nyentrik. Lantaran Syila meminjamkan kepada Reno sebuah pulpen dengan boneka Unicorn terpejam di ujungnya, berwarna gradasi merah muda, ungu, dan putih.
Wajah Reno menganga seketika Syila meminjamkan pulpen miliknya kepada Reno. Sedangkan Arya tertawa puas dalam hatinya. Melihat ekspresi wajah Reno yang langsung menciut menatap pulpen milik Syila.
Ketika Arya menahan tawa hingga wajahnya mulai memerah, seorang gadis yang duduk di sebelah Mikha sedang memperhatikan Arya. Wajahnya berseri ketika melihat Arya menahan tawa. Tatapan keduanya beradu ketika Arya tidak sengaja menoleh ke arah sebelah kiri.
Arya terpaku dan sedikit salah tingkah ketika gadis itu mengulas senyuman manis kepada Arya. Hanya dengan membalas senyuman ramah sang gadis, Arya menunjukkan kalau mulai hari ini, dia akan mengarungi kehidupan yang baru, dan lebih baik dari sebelumnya.
‘Aku harus melupakan semua kejadian yang pernah membuatku tidak tenang dan tidak bisa tertidur dengan pulas. Mungkin dengan membuka diri untuk berteman dengan siapa pun lagi, aku berharap potongan mimpi-mimpi menyeramkan itu bisa menghilang dari penglihatan dalam mimpi-mimpiku,' ujar arya dalam hatinya. Ia berharap bisa memulai kembali kehidupan normal seperti orang lain yang tidak dihantui Puzzles mimpi setiap hari.
***
Seperti penggalan kisah Arya Rangga Kusuma yang menyadari memiliki kemampuan menyelami masa lalu seseorang melalui mimpinya, enam tahun silam. Dia bersyukur memiliki kemampuan itu, walau awalnya dia merasa sangat takut. Lama kelamaan kemampuan itu bisa dia kendalikan. Arya banyak menolong orang lain yang kehilangan suatu barang, atau pun mencari orang hilang. Namun ketika Arya berhasil mengendalikan kemampuannya, tiba-tiba muncullah peristiwa baru yang ia alami dalam mimpinya.
Arya dapat melihat suatu peristiwa yang akan terjadi pada seseorang, bagai potongan-potongan mimpi yang harus ia pecahkan. Jika terlambat memecahkannya, maka kemungkinan terburuk bisa terjadi. Namun, semua kembali lagi kepada takdir Tuhan. Tidak ada manusia yang memiliki ramalan yang tepat. Ketika potongan mimpi-mimpi itu muncul dalam mimpi Arya, dia merasa tidak tenang. Pikirannya terus berjalan untuk memecahkan pesan dalam mimpinya. Karena jika dia tidak segera menemukan pesan yang muncul bagai potongan Puzzles dalam mimpinya, maka mimpi itu akan terus menghantuinya.
Perjalanan mimpinya tidak selalu mulus. Arya pernah menolak untuk mengikuti alur dari potongan mimpi-mimpi mengenai masa depan seseorang. Arya mencoba bangun dari tidurnya. Bukannya terbangun, ia justru tersesat di dalam mimpinya. Pikiran Arya sudah menyadari kalau dia masih berada di dalam alam mimpi. Namun jiwanya tersesat untuk kembali pada raganya. Arya tidak tahu ke mana arah jalan pulang. Napasnya terengah-engah, lantaran dirinya lelah berlarian ke sana kemari mencari jalan pulang. Hingga datanglah seorang gadis misterius di dalam mimpinya.
Gadis dengan rambut panjang dan mengenakan pakaian berwarna merah muda, membawa boneka beruang berwarna cokelat, dengan cepat menarik tangan Arya dan mengajaknya berlari tanpa menoleh ke arah Arya. Gadis itu membawa Arya pada sebuah kabut berwarna putih dengan sorot cahaya di belakangnya. Arya mengerti maksud dari gadis itu. Dia membawa Arya menuju jalan pulang. Sebuah cahaya tempat kembalinya jiwa yang sedang berada di dalam alam mimpi, menuju raganya.
Sejak saat itu, Arya takut untuk menolak alur dari mimpi yang sedang dialaminya. Namun, jika Arya benar-benar menolak mengikuti alur dalam mimpinya, sudah pasti dia akan tersesat kembali. Namun, gadis itu akan datang kembali ke dalam mimpi Arya dan menolongnya mencari jalan pulang. Hingga sampai saat ini, Arya tidak pernah bisa mengingat bagaimana wajah gadis itu.
***
Bersambung ...
Siapakah gadis yang menolong Arya itu? Apakah petualangan kehidupan Arya yang baru mengantarkannya menemukan gadis itu? Akankah Arya terbebas dari Puzzles mimpi yang selalu menghantuinya? Atau justru Puzzles mimpi itu muncul kembali dalam tidurnya?