Puzzles 3. Bagai Misteri

1265 Words
Arya masih menatap Sasmitha yang terlihat mengernyitkan dahinya. “Nak! Apa mimpimu itu menyimpan sebuah pesan yang harus diungkap?” Sasmitha merasa sangat penasaran sekaligus takut jika memang apa yang dilihat dalam mimpi Arya menjadi sebuah kenyataan. “Arya takut, Bu! Setiap malam mimpi itu selalu muncul!” Arya berharap Ibunya akan membantunya untuk mengatakan hal ini kepada kedua orang tua Nikita. “Ya sudah! Kamu belajar yang rajin! Pulang mengantar kamu, Ibu akan mampir ke rumah orang tua Niki.” Sasmitha tersenyum hangat kepada Arya, agar putranya merasa nyaman dengan keadaan yang sebenarnya meresahkan. Arya mengangguk, berharap semua maslah dapat segera teratasi. Ia pun berharap kalau Nikita akan segera ditemukan. *** Pagi itu, Sasmitha mengunjungi rumah Erna dan Anton yang merupakan kedua orang tua Nikita. Sejak n yang sering terjadi antara Erna dan Anton, mereka sudah tidak tinggal satu atap. Namun setelah menghilangnya Nikita dari rumah, mereka kembali tinggal satu atap, bersama keluarga mereka yang menemani Erna, karena sakit setelah putri satu-satunya menghilang. Kedatangan Sasmitha pagi itu, disambut baik oleh Erna dan keluarganya. Sasmitha menemani Erna yang masih berbaring di kamar Nikita. “Mbak! Aku turut prihatin atas permasalahan yang sedang dihadapi keluarga Mbak Erna.” Sasmitha menatap temannya itu dengan raut wajah penuh iba. “Iya, Mbak! Aku masih berharap kalau Niki bisa segera ditemukan ... Aku nggak bakal sanggup kalau sampai kehilangan Nikita, putri kecil kami yang selalu membuat kami bahagia, tap—tapi ... memang salah kami, belakangan ini menyia-nyiakan Niki.” Erna kembali menangis. Sasmitha mengambilkan tisu untuk Erna. Beliau juga mengambil dua lembar tisu yang dilipat, lalu mengusap air matanya yang mulai menggenang di pelupuh matanya. Kaca mata yang Beliau kenakan, dicopot lantaran derasnya air mata Sasmitha. “Aku bisa membayangkan jika berada di posisi Mbak Erna ... tapi, Mbak.” Ucapan Sasmitha tercekat. “Tapi apa, Mbak?” tanya Bu Erna kepada Sasmitha. “Putraku, belakangan ini sering dihantui mimpi-mimpi aneh yang datang bagai puzzles. Mimpi tentang Nikita. Mungkin cerita Arya akan menyayat hati Mbak Erna, tapi ... aku mohon, Mbak! Jangan salah paham dan dengarkan dulu apa yang ingin Arya sampaikan melalui aku, Mbak!” Sasmitha langsung meminta izin kepada Erna. “Memangnya? Arya memimpikan Nikita?” Erna langsung terbelalak membulatkan matanya saking penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh Sasmitha. “Tapi, Mbak! Sebelumnya saya minta maaf sekali! Nggak bermaksud menambah kisruh kasus ini, tapi ... aku hanya ingin menyampaikan apa yang Arya lihat dalam mimpinya!” Sekali lagi Sasmitha meminta izin. “Iya, Mbak! Katakan saja!” Erna merasa sangat penasaran dengan apa yang ingin Arya sampaikan melalui Ibunya. “Jadi ... belakangan ini, Arya dihantui oleh penglihatan dalam mimpinya mengenai Nikita. Arya bisa melihat masa lalu Nikita. Bahkan tentang pertengkaran ... maaf! Pertengkaran antara Mbak Erna dengan Mas Anton! Arya juga melihat kalau kebahagiaan Nikita direnggut oleh permasalahan yang datang menimpa Nikita belakangan ini. Jadi ... Arya ....” Sasmitha memotong ucapannya. “Lanjutkan saja, Mbak! Aku merasa kalau apa yang Arya lihat adalah sesuatu yang benar! Lalu di mana Nikita?” Erna kembali menatap Sasmitha sembari memegangi lengannya. “Sebelum Nikita pergi, Arya melihat kalau Nikita menulis sepucuk surat di dalam buku diarinya yang dia simpan di dalam lemari pakaiannya di rak paling atas.” Belum selesai Sasmitha menceritakan semua yang Arya lihat dalam mimpinya, Erna langsung mencoba beranjak dari tempat tidur Nikita dan melangkah menuju lemari baju Nikita, seperti apa yang Sasmitha ceritakan. Erna menatap nanar lemari pakaian putri kesayangannya. Lemari berwarna putih bergaya modern dengan satu cermin besar di salah satu pintunya. Perlahan, Erna membuka kunci lemari itu. Kemudian, ia membuka pintu lemari sembari teringat masa lalunya ketika Nikita masih ada di rumahnya. ‘Sayang ... maafkan Mama, Nak! Mama sangat menyesal sudah mengacuhkan kamu belakangan ini! Mama ... terluka, Nak! Kembalilah, Sayang!” ucap Erna dalam hatinya. Ia meraba kolom lemari paling atas. Sesuatu berbentuk segi empat dengan ketebalan tiga sentimeter, teraba oleh Erna. Ia segera mengambilnya. Ternyata benar! Erna mengambil sebuah buku berwarna putih dengan gambar bunga Tulip berwarna merah muda. Erna memeluk buku itu sembari menitikkan air matanya. Seketika Erna teringat akan senyuman manis putri kesayangannya yang kini hilang entah ke mana. Erna menoleh kepada Sasmitha yang ikut menegang melihat apa yang Erna temukan di sana. Erna kembali membalikkan badan dan berjalan perlahan menuju tempat tidur Nikita. “Mbak! Ternyata apa yang Arya katakan itu benar, Mbak! Aku buka dulu diari Nikita.” Terpancar senyum dari seorang Ibu ketika mengingat putrinya. Perasaan rindu akan putri tercinta, membuat Erna tersenyum manis. Ia berharap kalau Nikita segera ditemukan setelah membaca buku diari milik Nikita. Hal yang berbeda justru dirasakan oleh Sasmitha. Ia sangat ketakutan, kalau apa yang putranya ceritakan akan menjadi kenyataan. Sasmitha berkeringat dingin. Ia meremas jemarinya, persis seperti Arya. “Mbak! Bener ini aku nemu buku diari Nikita.” Erna sangat bahagia walau hanya menemukan buku diari Nikita. Dengan segera Erna membuka isi buku diari itu. Dia mencoba menemukan surat yang dimaksud dalam mimpi Arya. Ia ingin membuktikan kalau apa yang Arya lihat dalam mimpinya adalah sebuah pesan yang ingin Nikita sampaikan. Erna masih membuka lembar demi lembar kertas berwarna putih dengan corak bunga Tulip berwarna merah muda. Hingga Erna menghentikan laju jemarinya. Erna tercengang dengan apa yang dia temukan di sana. Sebuah surat untuk Mama dan Papa, sebelum Nikita pergi meninggalkan rumah. Untuk Mama dan Papa Tidak ada yang bisa membuat Niki bahagia selain kasih sayang Mama dan Papa. Sedih rasanya melihat Mama dan Papa yang sering bertengkar di hadapan Niki. Rasanya Niki sudah tidak berarti lagi di mata Mama dan Papa. Padahal dulu, Niki selalu bangga sama Mama dan Papa. Niki bahagia banget jadi anak Mama dan Papa. Tapi Niki nggak tahu permasalahan Mama dan Papa. Niki mau bantu, tapi Niki masih kecil. Pasti setiap kali Niki mau bicara, Mama dan Papa selalu melarang. Jujur! Niki rindu akan kasih sayang Mama dan Papa. Niki kesepian, sendirian, maaf kalau Niki selalu menyusahkan Mama dan Papa. Maaf kalau Niki bukan anak yang bisa Mama dan Papa banggakan. Maaf! Kalau Niki meminta izin untuk pergi. Kalau Mama dan Papa membaca surat ini. Itu berarti Niki sudah pergi dan bahagia. Niki sayang Mama dan Papa. Salam sayang Nikita. Membaca surat dari anak berusia 13 tahun. Dengan bahasa yang polos dan apa adanya, tangisan Erna pecah hingga memekik menahan luka hati yang terasa seperti ditusuk oleh belati. Keluarga mereka menghampiri ke kamar Erna. Mereka bersedih, bahkan Erna sempat pingsan setelah membaca surat dari putrinya. Erna mulai meracau, setelah terbangun dari pingsannya. Ia memanggil-manggil nama putrinya. “Nikita ... kesayangan Mama, jangan pergi, Nak!” “Nikita ....” “Mbak Sasmi, ini bukan surat terakhir dari Nikita kan, Mbak?” Erna meracau karena pikirannya tidak tenang. “Mbak yang sabar, ya!” Sasmitha hanya bisa memberikan senyum yang juga penuh luka melihat kenyataan yang terjadi. Setelah Sasmitha menceritakan potongan mimpi yang menghantui putranya setiap malam, bagai potongan puzzles mimpi yang menyimpan pesan. Sasmitha menceritakan semua kepada keluarga Nikita, persis seperti apa yang Arya ceritakan. Akhirnya keluarga memutuskan untuk mencari Nikita ke dalam danau. Pihak tim Sar gabungan beserta TNI dan Polri ikut membantu pencarian Nikita di dalam danau. Setelah hampir setengah hari dan hampir berputus asa, akhirnya tim Sar menemukan jasad Nikita yang tenggelam di dalam danau karena kakinya tersangkut pada akar-akar yang ada di dalam danau. *** Sejak Arya mengetahui kenyataan tentang Nikita. Dia menjadi pemuda yang pendiam, tertutup, dan misterius. Dia bisa menyelami masa lalu seseorang melalui penglihatan dalam mimpinya. Arya pun selalu dihantui puzzles mimpi yang menyimpan pesan yang harus ia pecahkan. Setelah pesan itu terpecahkan, maka Arya tidak akan dihantui lagi oleh penglihatan mimpi mengenai peristiwa itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD