Bagian 1

1161 Words
Pagi hari ini, Karin tengah bersiap-siap untuk berangkat ke luar negeri—meeting dengan bos killer itu, dia tak pernah tahu kenapa bisa-bisanya meeting hampir setiap hari ke luar negeri. Karin memoles wajah dengan bedak bayi supaya wajahnya tak terlihat begitu pucat, memakai lip balm agar bibirnya tetap terlihat segar, tak lupa dia menyemprotkan parfum harum aroma bunga mawar ke seluruh tubuhnya. “Aduh, bisa telat, kenapa juga harus setiap hari! Dasar bos aneh,” gerutu Karin yang melihat jam dinding, menandakan dirinya hampir telat. Sudah menjadi kebiasaan bagi Karin sendiri telat dan yang pasti si Presdir itu selalu mengumpat padanya. Tapi, tak pernah menghukumnya lebih dari itu. Karin menunggu angkutan umum lewat, tapi sudah beberapa menit menunggu belum juga ada yang lewat. Sampai akhirnya mobil fazero mewah berwarna merah itu berhenti tepat di hadapannya. Tidd... Tidd! Siapa? Aih itu kan mobil si macan eh bosku. Aduh kok dia sampai ke sini bisa mati aku. Karin menggigit telunjuk dan salah tingkah. Brak! pintu mobil itu terbuka. Dia keluar dan menghampiri Karin yang masih menggigit telunjuknya. Melihat sang sekretaris itu salah tingkah membuatnya semakin geram. “Kamu tuli? Tidak bisa dengar suara klakson mobil mewah, kah? Kamu juga tidak bisa melihat kalau saat ini mobil dan bosmu tepat di hadapan sang sekretaris yang doyan sekali buat ulah!” Jleb! Dasar macan tutul di ragunan yang kabur terus nggak ada penjaga yang nyari makanya nyasar ke sini ngamuk-ngamuk dan meresahkan. “Kamu lagi ngumpat di dalam hati, ya? Sialan, buruan masuk ke dalam,” titah Reyhan. “Hah? Dalam mana, Pa?” tanya Karin ternganga. “Masuk ke liang kubur!” Karin membelalakkan matanya menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa takutnya kali ini. “Ya masuk ke dalam mobil saya lah, kamu ini lulusan sarjana kok bodoh, eh lupa beasiswa ha ha.” Dia menghina lagi. “Ii-iya, Pa. Maaf pa.” “Masuk, jangan harap saya akan bukakan pintu untuk kamu seperti seorang putri!” cecar Reyhan. “Ii-iya, Pa.” “Satu lagi, kamu duduk di samping saya alias di depan jangan duduk di belakang lagi seperti dulu, emang kamu pikir saya supir pribadi kamu apa,” ucap Reyhan yang lebih dulu masuk ke dalam mobil itu. Karin pun menghela napas berat kemudian melangkah dan masuk ke dalam mobil mewah itu, dia deg-degan sebenarnya setiap satu mobil dengan bos itu. Bukan karena deg-degan jatuh hati dan terpesona melainkan takut mati di usia muda karena sengatan mulut Presdir itu. *** Sudah sampai bandara, semuanya sudah selesai dan beres bahkan saat ini Karin dan bosnya duduk bersebelahan di dalam pesawat. “Kamu bau! Tidak pernah mandi apa!” Kali ini Reyhan membekap mulut dan hidungnya pakai sapu tangan. Hah pria killer seperti dia masih pakai sapu tangan? “Nggak bau, Pa. Saya pakai parfum kok aroma bunga mawar,” tutur Karin. “Apa? Aroma bunga mawar?” tanya Reyhan. “Iya, Pa. Memangnya kenapa? Saya kan, harus selalu wangi kata Bapa juga,” jawab Karin polos. “Saya pernah bilang saya alergi aroma atau bau bunga-bunga apapun itu jenis bunga!” ketus Reyhan. Alama ... Lagi-lagi kena semprot! dia laki-laki asli apa tulen? Dia bukan emak-emak rempong yang suka ikutan arisan bulanan di komplek yang menyamar sebagai Presdir laki-laki kan? “Nih, saya baik berikan parfum pribadi saya. Aroma buah jeruk enak wanginya, pakai sekarang ke seluruh tubuh kamu, pakaian kamu dan ah semuanya gak mau tahu,” titah Reyhan. “Baik, Pa. Terimakasih,” ucap Karin. Sebenarnya Karin tidak suka aroma buah seperti ini! Karena Karin masih sangat membutuhkan biaya untuk pengobatan ibunya di desa, dia harus bisa menahan amarahnya. “Karin, kamu di sana akan jadi pengantin. Bersiaplah karena saya sudah mempersiapkan semuanya," ucapnya kemudian. “Hah pengantin, Pa? Nikah sama siapa?” kedua mata Karin sedikit melotot, setelah dia berhasil mengganti parfum nya. “Dengan saya! Kamu akan jadi istri kedua saya,” jawab Reyhan. “Hah, apa?” Saat ini Karin bukan hanya membelalakkan matanya sekaligus bicara sampai muncrat ke wajah bosnya. Fush! “Karin!!! Kamu mau mati ya?!” Karin langsung menggeleng. “Enggak, Pa. Enggak Pa maafkan saya Pa.” “Saya bisa memaafkan kamu dengan syarat kamu mau menikah dengan saya dan berikan saya bibit unggul!” “Hah bibit unggul?” Kedua mata Karin hampir saja panas, kedua telinganya juga serasa mendadak tuli mendengar semua ini. “Iya, bibit unggul itu anak! Anak saya dan kamu nanti. Semuanya sudah saya persiapkan kamu tinggal persiapkan diri saja.” Pria itu pun langsung fokus kepada laptopnya. Karin benar-benar bingung harus berbuat apa, dia mau menolak tapi tidak bisa karena posisinya sebagai sekretaris akan terancam diganti, mau terima pun Karin malas sekali jika harus menikah dengan bos itu. Bukan suatu kebanggaan menjadi istri kedua dari bos tapi suatu bencana yang akan segera terjadi. *** Keesokan harinya, malam itu sudah sampai ke Eropa. Karin sudah dipersiapkan untuk acara pernikahan yang belum Karin setujui sebenarnya. Karin hanya bisa mengangguk disaat bos itu memerintahkan segalanya. Sampai hari ini hari dimana pernikahan itu akan dilaksanakan dengan meriah dan mewah di negara Eropa. “Kamu sudah dandan! Jangan nangis napa! Gak usah cengeng. Saya tunggu di depan karena sebentar lagi akan dimulai acaranya,” titah Reyhan. Lagi dan lagi Karin hanya bisa mengangguk saja, dia pasrah apapun yang akan dia jalani kedepannya nanti. Menjadi pengantin yang sangat cantik dan istimewa tapi itu semua bukan yang Karin harapkan dalam hidupnya. Sampai akhirnya janji suci itu pun sudah diikrarkan di depan penghulu yang sengaja ikut dari Indonesia ke Eropa. Banyak saksi yang datang dan menyaksikan acara akad nikah ini. Karin hanya bisa menunduk dan tak bisa bicara sepatah kata pun. “Saya terima nikah dan kawinnya Karina Saraswati binti bapa Zaenudin dengan maskawin berupa uang sejumlah 1M dibayar tunai.” Sah. Sah secara agama tapi tidak dengan negara, sedih memang jadi istri kedua hanya karena demi sejumlah uang yang tak sebanding dengan harga diri seorang wanita. Karin melakukan semua ini terpaksa demi pengobatan orang tuanya di kampung yang mengidap paru-paru. Karin juga harus bayar sekolah adiknya yang masih sekolah SMP. Malam ini pun malam pengantin Karin dengan Reyhan di Eropa. Dia berhasil merenggut kesucian yang selama ini Karin pertahankan, memang sah seorang suami tapi Karin masih tidak ikhlas harus menikah seperti ini. Malam yang panjang sudah Karin lewati bersama Reyhan suaminya, setelah selesai melakukan kewajiban mereka. “Setelah kamu berhasil memberikan saya seorang anak, kamu akan saya ceraikan! Setelah itu kita kembali menjadi bos dan sekretaris di perusahaan Jakarta. Mengerti?” Bisa-bisanya dia mengatakan bahwa aku harus pisah dengannya setelah dia mendapatkan seorang anak, istrinya yang akan bahagia! bukan aku seorang istri kedua. Aku benar-benar rendah, maafkan aku Tuhan. Maafkan aku bapak, ibu, maafkan aku Mbak Adinda. Demi keluargaku, aku merelakan kesucian ini senilai 1M. Pada akhirnya, aku pun menyesal karena sudah ceroboh dalam pernikahan ini yang seharusnya tak aku lakukan, uang bisa dicari dengan mudah tapi harga diri? Tidak. Aku adalah Karina Saraswati wanita yang terpaksa menjadi pelakor, terpaksa jadi istri kedua dari bosku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD