bc

The End of Sunshine

book_age16+
511
FOLLOW
2.4K
READ
friends to lovers
goodgirl
boss
drama
sweet
bxg
office/work place
cheating
naive
like
intro-logo
Blurb

Ceralsa Alethea Romanova, harus mengubur dalam-dalam impiannya untuk menikah karena Kris, kekasih yang telah menemaninya selama sembilan tahun, berselingkuh dengan sahabatnya yang bernama Ilona.

Rasa kecewa yang begitu dalam membawa Alsa pergi menjalani hidup baru di New York. Ternyata memulai kehidupan di tempat baru tidak semudah yang ia kira. Berbagai masalah baru juga ikut muncul dalam kehidupannya. Untungnya ia ditemani oleh dua lelaki tampan yang berusaha menarik perhatiannya.

Gavin, seorang chef terkenal yang merupakan tetangga apartemen Alsa. Ia adalah teman pertama Alsa di New York.

Greyson, orang yang pernah menolong Alsa di saat paling memalukan dalam hidupnya. Tak disangka, mereka dipertemukan kembali sebagai partner kerja.

Di saat Alsa berpikir hatiya mulai berpindah, Kris kembali hadir dan membuat hati Alsa goyah. Mampukah Alsa mempertahankan perasaannya? Atau justru malah kembali pada sang mantan?

- cover photo by nathan dumlao on unsplash -

chap-preview
Free preview
MIMPI
"TOLONG!! TOLONG AKU!" Suara teriakan seorang anak perempuan terdengar dari dalam rumah yang tengah terbakar. "Aku ke sana Ra!" Teriak seorang anak perempuan lainnya sambil berlari menerjang api yang membakar rumahnya.  Api berkobar semakin besar, suara gemeretak api semakin jelas terdengar. Panasnya api dan tebalnya asap tidak membuat anak itu berhenti memasuki rumah. Langkah kaki gadis kecil yang bernama Alsa itu terhenti ketika sebuah lemari besar yang tengah terbakar, jatuh tepat di depannya. Karena panik, ia mencoba memanggil saudaranya. "Aura!" teriak Alsa sambil melihat sekitar. Namun yang dilihatnya hanyalah kepulan asap tebal dan kobaran api.  "Uhuk uhuk ... Alsa, dapur Alsa." Suara Aura terdengar oleh Alsa.  Ia segera berlari menuju dapur dengan bersusah payah menembus asap yang semakin tebal. Ia tidak kuat lagi,  paru-paru Alsa terasa sesak dan semakin sulit bernafas. Tubuhnya semakin lemas hingga akhirnya ia tidak mampu berdiri. Bruk Tubuh mungil Alsa membentur lantai dengan keras. Namun hal itu tidak membuatnya menyerah mencari kembarannya.  "Aura!" teriak Alsa. Alsa menunggu jawaban, tapi yang ia dengar hanyalah suara kobaran api. Alsa merangkak menuju dapur sambil menahan panas api dan tebalnya asap. Dadanya semakin sesak dan tubuhnya semakin terasa lemas. "Aura."  Ia berusaha memanggil kembarannya itu, tapi yang keluar dari mulutnya hanya sebuah suara lemah. Suara itu bahkan tidak dapat didengar oleh dirinya sendiri. Alsa sudah hampir menyerah untuk mencari Aura, namun sedikit harapan muncul ketika ia melihat bayangan seseorang tergeletak di lantai. "Aura!" Suara yang tadi hampir tidak keluar kini bersahutan dengan suara gemeretak api. Alsa berusaha berdiri untuk mendekati Aura, tapi pandangannya mendadak buram dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap. "Alsa tolong aku!" Bayangan suara Aura berputar di kepala Alsa. Alsa terbangun dari tidurnya dengan keringat yang telah membasahi bajunya. Nafasnya sesak dan tidak beraturan, rasanya ia seperti kembali merasakan kejadian kebakaran yang telah dialaminya tujuh belas tahun silam. Ia pun mengambil gelas berisi air di meja samping tempat tidurnya. Air di dalam gelas itu langsung habis tak bersisa. Alsa menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri. *** Matahari baru saja terbenam, Alsa masih duduk termenung di sofa ruang tamu rumahnya. Ia masih memikirkan mimpi semalam.  “Bagaimana bisa aku kembali bermimpi tentang peristiwa yang telah berhasil membuatku trauma terhadap api  selama tujuh belas tahun terakhir?” pikirnya. Berbagai pikiran muncul di dalam benaknya.  “Di mana Aura sekarang?” Alsa sangat merindukan kembarannya itu. Terakhir kali Alsa bertemu dengan Aura adalah saat kebakaran itu terjadi. Bukannya Alsa tidak berusaha untuk mencari kembarannya itu, tapi kebanyakan orang yang ia tanya memang tidak mengetahui di mana keberadaan Aura secara pasti. Orang-orang itu hanya mengetahui kalau Aura pergi berobat ke luar negeri. Bahkan saat Alsa bertanya pada ayahnya tentang keberadaan Aura, ayah hanya menatap nanar langit-langit rumah sakit lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia masih mengingat jelas kejadian itu. Meskipun belasan tahun telah berlalu, luka batin yang dialaminya ketika berusia delapan tahun masih terasa sakit hingga sekarang. Meskipun tidak sesakit dulu karena bantuan medis, selain itu ia masih sedikit merasa takut bila berada di dekat api yang menyala besar. Alsa memutar kembali memori saat ayahnya memberi tahu keadaan Aura. Alsa tahu, saat ayahnya memalingkan wajah, ia sedang berusaha keras agar air mata tidak jatuh membasahi pipinya. Kemudian menarik nafas panjang dan mulai menjelaskan pada Alsa kalau Aura pergi berobat ke luar negeri. Dulu, dengan polosnya Alsa percaya begitu saja dengan kata-kata ayahnya tanpa memikirkan kemungkinan terburuk bahwa Aura tidak akan pernah kembali. Bahkan saat Ayah dan Ibunya meninggal, Aura tidak ada di sana. Alsa terlarut dalam lamunan sampai tidak menyadari kehadiran seorang laki-laki di dalam rumahnya.  "Alsa," panggil laki-laki itu sambil menyentuh bahunya. Alsa terkejut melihat kekasihnya yang tiba-tiba datang.  "Eh, emm ... hai Kris," sapanya sambil memaksakan sebuah senyuman muncul dari bibirnya yang pucat. “Kamu baru mikirin apa? Aku panggil berkali-kali tapi kamu nggak jawab. Terus kenapa pintu rumah nggak kamu kunci?" tanya Kris. "Iya kah? Aku nggak sadar kalau kamu udah datang. Maaf, aku sedikit nggak enak badan, kepalaku pusing jadi aku nggak memperhatikan pintu," kelit Alsa. "Kamu sakit apa Shine?” ucap Kris sambil memegang kening Alsa.  “Kamu demam Shine. Ayo aku antar periksa ke rumah sakit," lanjutnya. "Nggak usah Sun, cuma kecapekan aja kok. Sama sedikit masalah kerjaan, makanya aku jadi gini," jawab Alsa berbohong. Alsa tidak ingin Kris tahu kalau semalam ia kembali memimpikan tentang kebakaran. Kalau Kris tahu, pasti ia akan membawa Alsa pergi ke rumah sakit untuk konsultasi dengan dokternya. Padahal Alsa sudah merasa jenuh bertemu dengan dokter. Menurutnya, apa yang dilakukan dokter padanya itu tidak terlalu berguna. Karena pada akhirnya Alsa sendiri lah yang harus berusaha mati-matian untuk mengurangi rasa takut. Kebohongan yang telah ia ucapkan sepertinya sudah membuat Kris curiga. Karena Kris sudah memanggilnya dengan panggilan kesayangan. Panggilan kesayangan bukanlah hal yang aneh di zaman sekarang. Sun adalah nama panggilan untuk Kris dan Shine adalah nama panggilan untuk Alsa. Sunshine. Mereka berharap hubungan mereka dapat langgeng seperti cahaya matahari. Tapi keadaan kali ini sedikit berbeda, kalau sudah begini biasanya Kris akan memaksa Alsa untuk berbicara tentang apa yang terjadi. Alsa merutuki dirinya di dalam hati, “Aduh, bodohnya diriku ini. Kris pasti tahu aku bohong. Semoga dia nggak sadar. Tapi bagaimana mungkin seorang Krisna nggak sadar?” Alsa memikirkan sesuatu untuk mengalihkan perhatian Kris. Tiba-tiba ia mendapatkan sebuah ide yang menurutnya bagus. Ia langsung mencoba berbicara pada Kris. "Sayang, besok malam kita dinner di restoran favoritmu yuk." "Boleh. Tapi kalau kamu udah sembuh ya Shine. Kalau kamu masih sakit dan memaksakan diri untuk pergi, siap-siap kamu yang jadi menu makan malamku." Kris mengancam dengan menunjukkan barisan giginya seolah ia akan menggigit Alsa.  Hal ini yang selalu membuat Alsa jatuh cinta berkali-kali pada Kris, dia mampu menghibur Alsa tanpa harus berkata-kata banyak. Sikapnya yang lembut mampu membuat Alsa merasa istimewa. Matanya yang coklat selalu memberikan keteduhan saat Alsa menatapnya.  Alsa merasa sangat bahagia bersama dengannya dan berharap hubungan mereka bisa terus langgeng sampai tua nanti. "Tapi kamu beneran nggak apa-apa? Perlu aku antar ke dokter?" tanya Kris memastikan kembali sambil memegang kening Alsa. "Iya Krisna. Mungkin aku cuma butuh istirahat sebentar dan minum obat." "Tapi kamu kelihatan pucat banget Alsa, kamu demam. Lebih baik sekarang kamu tidur di kamar, aku keluar dulu buat beliin kamu makan." "Maaf ya Kris aku jadi ngrepotin, padahal kamu barusan sampai Indonesia." "Sstt ... Udah. Sekarang kamu istirahat aja, biar aku beliin makanan dan obat buat kamu. Aku pergi dulu ya Shine." Kris mengusap kepala Alsa lalu pergi keluar rumah. Alsa masuk ke dalam kamar dan merebahkan dirinya di kasur. Ia memijit-mijit keningnya sambil berkata dalam hati, “Kenapa aku harus mimpi tentang kejadian itu saat Kris ada di sini?” Tiga jam sudah berlalu, namun Kris belum juga menunjukkan batang hidungnya setelah pamit pergi tadi. Padahal perut Alsa sudah berdemo untuk segera diisi. Alsa sudah berusaha menelepon Kris tapi tidak kunjung diangkat. Ia tidak tahu apa yang sedang dilakukan Kris. Tapi, pergi tanpa kabar dan kepastian seperti ini membuat Alsa merasa sedikit kecewa. Alsa pun memutuskan untuk membuat makanannya sendiri. Tapi sialnya setelah mencari-cari ke seluruh penjuru rumah, ia tidak menemukan sesuatu yang mengenyangkan untuk dimakan, Alsa hanya menemukan beberapa makanan ringan yang sering ia makan. Akhirnya Alsa memutuskan untuk membeli sendiri makan malam dan obat melalui aplikasi online.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Accidentally Married

read
102.8K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.9K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.5K
bc

Mengikat Mutiara

read
142.5K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.2K
bc

Wedding Organizer

read
47.0K
bc

YUNA

read
3.0M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook